Adab Membaca Al-Qur’an yang Sering Diabaikan Padahal Penting

Adab Membaca Al-Qur’an yang Sering Diabaikan Padahal Penting

Al-Qur’an bukan sekadar bacaan, tetapi kalam Allah yang penuh petunjuk dan kemuliaan. Namun sayangnya, banyak dari kita yang terbiasa membacanya tanpa memperhatikan adab yang seharusnya dijaga. Padahal, adab membaca Al-Qur’an bukan hanya tentang cara duduk atau memakai pakaian bersih, tetapi juga tentang kesiapan hati, niat, dan penghormatan terhadap firman Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, adab-adab ini sering kali diabaikan—entah karena ketidaktahuan, terburu-buru, atau sudah menjadi kebiasaan yang kurang tepat. Artikel ini mengajak kita untuk kembali merenungi pentingnya menjaga adab dalam membaca Al-Qur’an, agar setiap huruf yang kita lantunkan benar-benar menjadi cahaya dan penenang hati.

Gambar beberapa anak membaca mushaf al quran bersama-sama dibimbing seorang ustadz contoh adab membaca Al-Qur’an dengan khusyuk
Adab membaca Al Qur’an yang dianjurkan

Adab Membaca Al Qur’an yang Jarang Diperhatikan

1. Meluruskan niat

Membaca Al-Qur’an seharusnya dimulai dengan meluruskan niat: bukan sekadar mengejar target khatam, apalagi hanya untuk didengar orang lain, tetapi semata-mata sebagai bentuk ibadah, sarana mendekatkan diri kepada Allah, dan upaya untuk mencari petunjuk hidup. Niat yang benar akan menghidupkan bacaan kita, menenangkan jiwa, dan menjadikan setiap huruf yang kita lantunkan bernilai pahala di sisi-Nya.

2. Membersihkan Diri Sebelum Membaca

Salah satu cara menghormati Al-Qur’an saat dibaca yang utama adalah menjaga kebersihan. Sebelum menyentuh mushaf, dianjurkan untuk berwudu. Ini menumbuhkan kesadaran bahwa kita sedang berinteraksi dengan kitab suci yang agung.

Baca juga: Tips Menghafal Al-Qur’an dengan Cepat dan Mudah

3. Menghadap Kiblat dan Duduk dengan Sopan

Menghadap kiblat dan duduk dengan sikap sopan menambah kekhusyukan. Meski tidak wajib, ini menjadi bagian dari adab yang dianjurkan oleh para ulama.

4. Membaca dengan Tartil dan Penuh Penghayatan

Allah berfirman: “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan (tartil)” (QS. Al-Muzzammil: 4). Membaca dengan tartil adalah inti dari tata cara membaca Al-Qur’an karena mencerminkan ketenangan dan penghayatan terhadap makna ayat-ayat Allah. Selain itu, berusaha menghayati makna setiap ayat, meski berpura-pura. Dianjurkan dengan menangis pada ayat-ayat yang berisi azab dan murka, serta berbahagia pada ayat-ayat yang berisi rahmah dan berita gembira.

ويستحب البكاء والتباكي لمن لا يقدر على البكاء

Artinya, “Disunnahkan untuk menangis dan pura-pura menangis (dipaksa menangis) jika tidak mampu menangis (dengan sendirinya),” (Lihat Muhyiddin Abu Zakariya An-Nawawi, Al-Adzkar An-Nawawi, [Beirut, Darul Kutub Al-Islamiyah: 2004], juz I, halaman 165) (islam.nu.or.id)

5. Memilih Tempat dan Waktu yang Layak

Hindari membaca Al-Qur’an di tempat ramai atau kotor. Pilih suasana yang tenang, agar jiwa lebih fokus. Ini termasuk dalam etika sopan santun dalam membaca Al-Qur’an yang sering dilupakan.

6. Menjaga Sikap dan Tidak Bermain-main

Saat membaca, jaga sikap tubuh dan hati. Jangan disambi bercanda, makan, atau bermain gadget. Ingatkan anak bahwa akhlak membaca Al-Qur’an yang baik adalah bentuk penghormatan kepada kalamullah.

Mempelajari dan membiasakan adab membaca Al-Qur’an bukanlah sekadar formalitas, tapi jalan untuk membuka hati agar lebih peka terhadap petunjuk-Nya. Saat orangtua mengajarkan adab ini kepada anak-anak, mereka sedang mewariskan nilai kehidupan yang tak lekang oleh waktu.

“Orangtua yang kuat adalah mereka yang tak hanya mengajari anaknya membaca Al-Qur’an, tapi juga menanamkan adab dalam mencintainya.”

Dengan memahami adab membaca Al-Qur’an, semoga hati kita dan keluarga senantiasa terhubung dengan Al-Qur’an, bukan hanya sebagai bacaan, tapi sebagai cahaya hidup sehari-hari.