Suasana Pondok Tahfidz Putri: Dzikir dan Tilawah Rutinitas Santri

Suasana Pondok Tahfidz Putri: Dzikir dan Tilawah Rutinitas Santri

Pondok tahfidz putri bukan hanya tempat belajar dan menghafal Al-Qur’an, tetapi juga rumah bagi hati yang ingin selalu dekat dengan Allah. Di tengah rutinitas padat, dzikir dan tilawah menjadi bagian penting dari keseharian santri. Keduanya bukan sekadar amalan rutin, melainkan sumber ketenangan batin dan penguat semangat dalam menempuh jalan ilmu.

Sejak subuh, suasana di pondok putri terasa begitu damai. Suara lantunan ayat suci menggema dari setiap sudut kamar, disusul dengan dzikir yang menenangkan hati. Dalam kesederhanaan hidup santri, ada kedamaian yang sulit dijelaskan—kedamaian yang muncul dari kedekatan mereka dengan Al-Qur’an. Tak berlebihan jika banyak yang mengatakan bahwa pondok adalah tempat menempa jiwa, bukan hanya tempat menimba ilmu.

Dzikir Sebagai Obat Hati

Dzikir memiliki kekuatan luar biasa untuk menenangkan jiwa yang gundah. Allah berfirman dalam surah Ar-Ra’d ayat 28:

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

Dalam setiap jeda waktu belajar, para santri melantunkan hafalan Al-Qur’annya. Ada yang murojaah sambil duduk di aula, ada pula yang saling menyimak hafalan Al-Qur’an bersama teman seangkatan. Semua itu menjadi penyejuk bagi hati yang mungkin lelah oleh tugas, teman, atau rindu keluarga di rumah.

Sebagaimana pesan dalam lagu Tombo Atiyang populer di kalangan pesantren:

Tombo ati iku lima perkarane,
kaping pisan moco Qur’an lan maknane…

Lirik itu mengingatkan bahwa membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan berkumpul dengan orang saleh adalah “obat hati” sejati. Inilah amalan yang terus dijaga oleh para santri di pondok putri setiap harinya.

Tilawah yang Menumbuhkan Cinta Al-Qur’an

Selain dzikir, tilawah menjadi kegiatan utama yang tak pernah terlewat. Di pondok tahfidz putri, tilawah dilakukan bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai bentuk cinta kepada Al-Qur’an. Setiap bacaan diiringi dengan niat mendekatkan diri kepada Allah dan memperindah akhlak.

Bagi para santri, setiap huruf yang dibaca adalah pahala, dan setiap ayat yang dihafal adalah cahaya. Tak heran jika wajah-wajah mereka selalu tampak tenang dan berseri. Ketekunan mereka dalam membaca Al-Qur’an menjadi teladan bagi siapa pun yang ingin merasakan manisnya iman.

Dzikir dan tilawah di sini bukan hanya rutinitas, melainkan perjalanan spiritual yang mendalam. Dari kegiatan sederhana ini lahir hati-hati yang lembut, sabar, dan penuh syukur. Seperti pesan dalam “Tombo Ati”, mendekat pada Al-Qur’an dan berdzikir adalah jalan terbaik untuk menemukan ketenangan sejati.

gambar para santri putri sedang mengaji Al Quran
Kegiatan belajar bersama di Pondok Tahfidz Putri Al Muanawiyah Jombang

Kenapa Harus Pondok Tahfidz Putri?

Pondok tahfidz putri pun terus menjadi tempat terbaik bagi generasi muda muslimah untuk belajar mencintai Allah lewat ayat dan zikir—dua penyejuk hati yang abadi.

Di Pondok Tahfidz Putri Al Muanawiyah Jombang, suasana dzikir dan tilawah bukan sekadar rutinitas, melainkan budaya yang hidup di setiap santri. Melalui program tahfidz, pembinaan akhlak, dan kegiatan ruhiyah harian, santri dibimbing agar menjadikan Al-Qur’an sebagai sahabat sejati. Tidak ada senioritas, tidak ada tekanan—yang ada hanyalah ukhuwah yang menumbuhkan semangat saling mendukung. Di lingkungan yang penuh kasih dan keikhlasan ini, santri bebas berekspresi serta menampilkan bakatnya tanpa khawatir akan adanya bullying. Inilah yang membuat Al Muanawiyah menjadi rumah bagi hati yang rindu ketenangan dan ilmu yang berkah.

Kunjungi website resmi Al Muanawiyah untuk mengenal lebih dekat kehidupan santri dan program unggulan di sana.

Wisuda Tahfidz 2025: Mewujudkan Mimpi Ayah Tercinta

Wisuda Tahfidz 2025: Mewujudkan Mimpi Ayah Tercinta

Al-MuanawiyahDi balik megahnya acara Wisuda Tahfidz 2025 yang akan segera digelar, ada kisah perjuangan panjang yang bisa menjadi motivasi menghafal Al Qur’an. Salah satunya datang dari seorang santri putri bernama Nasywa Mitsfalah, 21 tahun, asal Gresik. Ia merupakan calon wisudawati kategori bil ghoib,  santri kelas tahfidz murni yang telah menempuh perjalanan dua tahun penuh dedikasi di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang.

Perjuangan motivasi menghafal al quran santri putri pondok pesantren tahfidz terbaik Jombang
Kisah Inspiratif Perjuangan Menghafal Al Qur’an

Dari Tayangan Hafiz Cilik Hingga Wisuda Tahfidz

Kisahnya bermula dari ketertarikan masa kecil pada hafiz cilik yang sering ia lihat di televisi. Sejak saat itu, Nasywa kecil mulai mengenal kemuliaan para penghafal Al-Qur’an. Dengan bekal motivasi dari tayangan itu dan motivasi keluarga—terutama dari seorang anggota keluarga yang juga alumni pondok—Nasywa memutuskan untuk mondok setelah lulus SD. Sebelum bergabung di pondok saat ini, ia sudah mengantongi hafalan 15 juz.

Ketika santri lain sempat merasa iri melihat kehidupan luar pondok, Nasywa justru menjalaninya dengan sukarela. “Karena mondok keinginan sendiri, jadi tidak iri dengan temen-temen di luar,” ujarnya.

Namun, perjalanannya tak selalu mudah. Ia pernah mengalami masa bimbang antara mengutamakan hafalan atau pelajaran sekolah. “Dulu ketika SMP lebih banyak belajar pelajaran sekolah daripada menghafal, karena ada ketakutan ketinggalan pelajaran.” Hafalannya pun sempat berjalan lambat, hanya lima baris hingga setengah halaman setiap setoran.

Baca juga: Motivasi Menghafal Al-Qur’an: Tidak Mondok Bukan Hambatan

Kini, penyesalan kecil itu menjadi pelajaran besar. “Sekarang setelah menjalani prosesnya, akhirnya merasa menyesal kenapa tidak sejak dahulu fokus hafalan.” Ia menyadari, usia muda adalah masa emas dalam menghafal. Tapi meski tak sejak dini, ia tetap menjalani proses memutqinkan hafalan dengan tekad kuat. Setelah proses yang begitu panjang, Nasywa berhasil menjadi salah satu santri yang akan diwisuda tahun ini.

Kisah Inspiratif Motivasi Menghafal Al Quran
Tasmi’ Bil Ghoib 30 Juz Santri Berprestasi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang

Menjadi Tangguh Bersama Pondok dan Al-Qur’an

Lebih dari sekadar mengejar hafalan, pondok menjadi ladang tumbuhnya potensi diri. Nasywa dipercaya mengemban berbagai amanah, menjadi musyrifah penyimak hafalan, MC podcast, hingga akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa kuliah penuh (fully funded) melalui jalur tahfidz di Universitas Hasyim Asy’ari Jombang. Ini menjadi salah satu buah dari fokus hafalannya selama di pondok.

Namun, ujian hidup tak datang dari hafalan, melainkan dari rumah. Masalah ekonomi menimpa keluarganya sejak ia duduk di bangku SMP. Rumah harus dijual, orangtua sakit, dan ketika akhirnya ia khatam 30 juz, tak lama kemudian sang ayah meninggal dunia. “Ada titik di mana ingin menyerah untuk mengejar mimpi kuliah dan hafalan mutqin,” kenangnya. Tapi pondok bukan hanya tempat belajar, melainkan rumah kedua yang menguatkannya. Dengan bimbingan Ayah Amar dan Uma Ita Harits selaku pengasuh pondok, ia bangkit kembali, bahkan melanjutkan ke perguruan tinggi seperti yang diimpikan almarhum ayahnya.

Wisuda Tahfidz 2025 bukan sekadar seremoni. Ia adalah penanda perjuangan panjang, tangis dalam diam, dan doa orangtua yang dikabulkan. Nasywa adalah satu dari sekian banyak santri yang akan melangkah di panggung wisuda, membawa harapan, cita-cita, dan kebanggaan untuk orangtuanya.

“Hafalan itu harus dibuat target dan jadwal, kita harus bertanggung jawab. Semisal tidak sampai target, maka harus buat sanksi untuk diri sendiri, seperti tidak boleh jajan sehari, mencuci baju, menata lemari, dan lain-lain yang buat kapok tidak akan mengulanginya lagi. Hargai waktumu, sampai kamu merasakan bahwa waktu itu sangat berharga. Sekali kita melalaikan waktu, kita bisa kehilangan 1000 kesempatan di masa depan,”

Melalui cerita Nasywa, kita kembali diingatkan bahwa pondok pesantren bukan hanya tempat menuntut ilmu, tetapi juga tempat menempa jiwa, memperkuat mental, dan memantapkan jalan menuju keberkahan. Di sinilah calon-calon hafiz dan hafizah dibentuk, bukan hanya cerdas dalam hafalan, tetapi tangguh menghadapi kehidupan.