Teladan KH Hasyim Asy’ari Inspirasi Santri di Era Modern

Teladan KH Hasyim Asy’ari Inspirasi Santri di Era Modern

Al MuanawiyahTeladan KH Muhammad Hasyim Asy’ari dimulai dari kelahiran beliau pada 10 April 1871 di Desa Gedang, Jombang, Jawa Timur. Beliau dikenal sebagai ulama besar, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), dan penggerak kebangkitan Islam Nusantara. Sejak muda, KH Hasyim Asy’ari menimba ilmu di berbagai pesantren ternama, seperti Pesantren Wonokoyo, Pesantren Trenggilis, hingga berguru langsung kepada ulama besar di Makkah selama tujuh tahun.

Sepulangnya ke tanah air, beliau mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng pada tahun 1899. Di tempat inilah beliau mengembangkan sistem pendidikan pesantren yang menyeimbangkan ilmu agama dan wawasan sosial. KH Hasyim Asy’ari berjuang melawan kebodohan dan kolonialisme dengan cara mencerdaskan umat.

Pada masa penjajahan, beliau menjadi salah satu tokoh sentral yang menolak keras dominasi Belanda dan Jepang. Ketika Jepang berkuasa, KH Hasyim Asy’ari bahkan pernah dipenjara karena menolak melakukan seikerei (membungkuk ke arah matahari sebagai bentuk penghormatan terhadap Kaisar Jepang), yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Sikap tegas itu menunjukkan keteguhan aqidah dan keberanian beliau dalam mempertahankan keyakinan.

gambar petugas lapas dan beberapa orang berdiri di depan penjara
Gambar penjara yang pernah ditempati KH Hasyim Asy’ari di Lapas Mojokerto (sumber: Radar Mojokerto Jawa Pos)

Puncak perjuangan beliau terjadi pada 22 Oktober 1945. Ketika melalui fatwanya yang dikenal sebagai Resolusi Jihad, KH Hasyim Asy’ari menyerukan kewajiban umat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman penjajah. Seruan inilah yang kemudian menggerakkan para santri, kiai, dan pejuang rakyat untuk terlibat dalam pertempuran melawan pasukan Belanda di Surabaya.

Peristiwa heroik itu menjadi dasar penetapan Hari Santri Nasional oleh pemerintah pada tahun 2015, sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa ulama dan santri dalam perjuangan kemerdekaan.

Baca juga: Sejarah Sarung yang Jadi Simbol Hari Santri

Relevansi Teladan KH Hasyim Asy’ari di Era Modern

Teladan KH Hasyim Asy’ari tidak hanya relevan di masa perang, tetapi juga di masa kini. Beliau menanamkan tiga nilai utama kepada para santri: ilmu, akhlak, dan keikhlasan. Nilai-nilai inilah yang harus dihidupkan kembali di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi.

Santri masa kini menghadapi tantangan baru berupa krisis moral, arus informasi digital tanpa batas, serta melemahnya semangat kebersamaan. Dalam situasi ini, semangat jihad ilmu ala KH Hasyim Asy’ari menjadi pedoman. Beliau mengajarkan bahwa santri sejati bukan hanya cerdas, tetapi juga harus berakhlak dan bertanggung jawab sosial.

Pesantren hari ini perlu meniru model pendidikan Tebuireng yang integratif: menanamkan nilai agama sekaligus membekali keterampilan menghadapi zaman. Dengan semangat itu, santri tidak hanya menjaga agama, tetapi juga berperan aktif membangun bangsa melalui dunia pendidikan, ekonomi, teknologi, dan sosial kemasyarakatan.

Baca juga: Pentingnya Adab Sebelum Ilmu di Era Digital

Menjadi Santri Kuat dan Tangguh di Era Baru

Perjuangan KH Hasyim Asy’ari adalah inspirasi abadi. Santri era modern harus meneruskan jejak perjuangan ulama terdahulu — memperjuangkan kebenaran, memperdalam ilmu, dan menjaga moral bangsa.

Menjadi santri hari ini berarti siap menghadapi dunia global dengan iman yang kokoh dan semangat belajar tanpa henti. Seperti KH Hasyim Asy’ari yang menolak tunduk pada penjajah, santri modern pun tidak boleh tunduk pada penjajahan gaya baru: kebodohan, kemalasan, dan degradasi akhlak.

Mari jadikan semangat beliau sebagai sumber kekuatan. Karena selama semangat KH Hasyim Asy’ari hidup di dada santri, maka perjuangan Islam dan kemerdekaan akan terus berlanjut. Bukan lagi di medan perang, melainkan di medan ilmu dan amal.

Pendidikan Pesantren Al Muanawiyah Siapkan Pemimpin Muslim

Pendidikan Pesantren Al Muanawiyah Siapkan Pemimpin Muslim

Al MuanawiyahHari Santri Nasional 2025 menjadi momentum untuk kembali meneguhkan arah pendidikan pesantren. Di tengah derasnya arus informasi dan konten digital, santri diharapkan mampu menjaga aqidah dan jati diri Islam. Tantangan di era baru ini bukan hanya tentang kemampuan berpikir kritis, tetapi juga keteguhan hati dalam menghadapi pengaruh pemikiran yang menyesatkan.

Menjaga Aqidah di Tengah Arus Konten Digital

Di masa kini, konten media sosial berlari begitu cepat. Semua ingin menjadi viral, memburu FYP, namun sering kali kehilangan makna dan konteks. Di sinilah pentingnya peran santri sebagai penjaga keseimbangan. Santri bukan hanya diajarkan untuk membaca dan menghafal, tapi juga memahami nilai-nilai kebenaran agar tidak terbawa arus informasi yang menyesatkan.

gamabr para santri sedang berdoa ilustrasi pendidikan pesantren
Pendidikan pesantren Al Muanawiyah yang mengedepankan adab dan keilmuan

Pendidikan pesantren Al Muanawiyah menanamkan prinsip bahwa ilmu harus dibarengi dengan adab dan aqidah yang lurus. Dengan bekal ini, santri dapat memilah mana pemikiran yang membawa manfaat dan mana yang justru menjauhkan dari kebenaran.

Baca juga: Refleksi Makna Hari Santri Nasional 2025 di Era Digital

Santri Aktif, Zaman Pun Tak Takut Dihadapi

Menjadi santri berarti siap untuk ikut aktif dalam perubahan zaman. Di era kebaruan ini, santri dituntut untuk mampu berpikir luas tanpa meninggalkan akar keislamannya. Di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah, setiap kegiatan dirancang agar santri belajar bertanggung jawab, disiplin, dan mandiri — mulai dari ibadah harian hingga pembelajaran formal. Manfaat mondok bukan hanya untuk mendapatkan ijazah, tetapi juga membiasakan amalan yang baik dalam keseharian santri.

Semangat kebersamaan, kesabaran, dan keikhlasan menjadi bahan bakar utama perjuangan mereka. Di sinilah nilai pendidikan pesantren bersinar: membentuk pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga tangguh secara spiritual dan emosional.

Melangkah Bersama Cahaya Ilmu

Berdirinya Al Muanawiyah bukan sekadar lembaga pendidikan, melainkan gerakan mencetak generasi yang siap memperbaiki kebaharuan. Santri diajak untuk selalu memperbarui diri tanpa kehilangan arah. Mereka belajar bahwa menjaga aqidah bukan berarti menutup diri, tetapi menghadirkan nilai-nilai Islam di tengah kemajuan zaman.

Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dan kemampuan kepada para santri untuk terus melangkah di jalan ilmu dan perjuangan ini. Karena dari pesantrenlah lahir generasi yang bukan hanya pintar berbicara, tetapi juga berani menjaga kebenaran.

HSN 2025 Al Muanawiyah Rayakan Semangat Kaum Sarungan

HSN 2025 Al Muanawiyah Rayakan Semangat Kaum Sarungan

Al MuanawiyahRabu, 22 Oktober 2025, menjadi hari yang penuh semangat di lingkungan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang. Sejak pagi, halaman pondok sudah ramai oleh para santri yang mengenakan busana khas pesantren untuk mengikuti upacara pembukaan HSN 2025 Al Muanawiyah.

Dalam suasana yang khidmat namun hangat, Pengasuh pondok Ustadz Amar memberikan pesan yang menggugah semangat. Ia mengingatkan bahwa Hari Santri adalah momentum kebangkitan generasi muda yang mewarisi semangat Resolusi Jihad KH. Hasyim Asy’ari.

“Tantangan kita sekarang adalah menjaga aqidah dari pemahaman kelompok yang menyesatkan. HSN ini menjadi titik bangkitnya santri. Sekarang, waktunya santri, kaum sarungan, aktif berperan dalam mensyiarkan keilmuan yang benar, berlandaskan Al-Qur’an dan hadits,” ungkap beliau.

Beliau juga menegaskan kepada para asatidz, bahwa santri hari ini adalah calon pemimpin masa depan yang akan meneruskan perjuangan para ulama.

“Anak-anak didik kita kelak akan menggantikan kita, memimpin dengan akhlak dan ilmu. Maka, mari didik mereka menjadi pribadi yang kuat. Kuatkan mereka dalam organisasi organisasi, hingga nanti mampu menjadi orang hebat. Kelak dapat mengisi posisi para pemimpin negeri di berbagai bidang,” tambahnya dengan penuh harapan.

Baca juga: Refleksi Makna Hari Santri Nasional 2025 di Era Digital

Jalan Sehat dan Bazar Penuh Keceriaan

Setelah upacara selesai, suasana berubah menjadi meriah. Ratusan santri berbaris rapi memulai jalan sehat keliling desa. Sambil membawa poster dan spanduk buatan sendiri, mereka meneriakkan yel-yel semangat santri yang menggema di sepanjang jalan. Warga sekitar pun tersenyum menyaksikan antusiasme mereka.

Kemeriahan berlanjut di halaman pondok. Aroma jajanan menggoda mulai tercium dari area bazar yang dikelola para santri. Ada makanan manis, gurih, dan minuman segar yang langsung diserbu begitu acara jalan sehat usai. Keceriaan makin terasa saat para santri saling bercanda dan menikmati hasil karya teman-temannya sendiri.

gambar santri putri sedang menunjukkan poster jalan sehat
Keceriaan santri saat jalan sehat HSN 2025

Semangat Santri untuk Negeri

Perayaan HSN 2025 Al Muanawiyah bukan hanya ajang seremonial, tetapi juga bentuk nyata rasa syukur dan tekad untuk terus menebar nilai keislaman. Ustadz Amar berharap semangat “kaum sarungan” terus tumbuh, melahirkan generasi yang tangguh, cerdas, dan berakhlak.

Kegiatan akan berlanjut hingga puncak acara pada malam berikutnya. Jangan lewatkan keseruannya dan ikuti momen spesial ini melalui media sosial resmi Al Muanawiyah.