Niat Puasa Qadha atau Ganti Puasa Ramadhan

Niat Puasa Qadha atau Ganti Puasa Ramadhan

Al MuanawiyahRamadhan tinggal menghitung hari. Semakin dekat datangnya bulan suci, semakin penting bagi umat Islam untuk mengevaluasi diri—terutama soal hutang puasa yang belum terbayar. Banyak yang bertanya, “puasa Ramadhan berapa hari lagi?” Namun, pertanyaan yang lebih penting adalah: sudahkah kita melunasi puasa yang tertinggal tahun lalu? Maka, sebelum Ramadhan tiba, sudah sepatutnya kita memperbarui niat dan semangat untuk menunaikan niat puasa qadha dengan sungguh-sungguh.

Mengapa Harus Segera Mengqadha Puasa?

Puasa yang tertinggal di bulan Ramadhan bukan sekadar amalan yang bisa ditunda tanpa konsekuensi. Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa ibadah yang ditinggalkan karena uzur harus segera diganti setelahnya. Puasa yang belum terbayar termasuk hutang kepada Allah yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat.

Baca juga: Macam-Macam Puasa dalam Islam dan Hukumnya

Selain itu, jika seseorang belum melunasi qadha puasanya hingga datang Ramadhan berikutnya tanpa alasan syar’i, maka ia wajib menunaikan qadha ditambah membayar fidyah atau kafarat, sebagai bentuk tanggung jawab atas kelalaian tersebut. Itulah sebabnya, penting untuk tidak menunda-nunda.

Dari sisi spiritual, menyegerakan qadha puasa juga menumbuhkan rasa disiplin dan keikhlasan. Ia menjadi wujud pengakuan bahwa waktu adalah amanah, dan setiap kesempatan beribadah adalah bentuk kasih sayang Allah. Bahkan, secara psikologis, menunaikan qadha sebelum Ramadhan membantu kita menyambut bulan suci dengan hati yang tenang dan bebas dari beban dosa.

Lafadz Niat Puasa Qadha dan Artinya

gambar lafadz niat puasa qadha atau niat ganti puasa ramadhan
Lafadz niat puasa qadha

Berikut bacaan niat puasa qadha Ramadhan yang sesuai tuntunan:

وَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’i fardhi syahri Ramadhāna lillāhi ta‘ālā

Artinya: “Aku niat berpuasa besok untuk mengganti kewajiban puasa bulan Ramadhan karena Allah Ta‘ala.”

Waktu membaca niat ini sama seperti puasa wajib, yakni sejak malam hari hingga sebelum terbit fajar.

Baca juga: Cerita Teladan Sedekah dari Ummu Umarah

Mengqadha puasa sebaiknya tidak menunggu waktu sempit. Mulailah dari sekarang, walau satu hari demi satu hari. Dengan begitu, kita bisa menyambut Ramadhan tanpa rasa bersalah dan dengan hati yang lapang.

Ingatlah, melunasi hutang kepada Allah bukan sekadar kewajiban, melainkan juga kesempatan untuk memperbaiki diri. Jadikan momentum menjelang Ramadhan sebagai waktu terbaik untuk menuntaskan qadha dan memperbarui niat ibadah kita.

Wisuda Tahfidz 2025: Mewujudkan Mimpi Ayah Tercinta

Wisuda Tahfidz 2025: Mewujudkan Mimpi Ayah Tercinta

Al-MuanawiyahDi balik megahnya acara Wisuda Tahfidz 2025 yang akan segera digelar, ada kisah perjuangan panjang yang bisa menjadi motivasi menghafal Al Qur’an. Salah satunya datang dari seorang santri putri bernama Nasywa Mitsfalah, 21 tahun, asal Gresik. Ia merupakan calon wisudawati kategori bil ghoib,  santri kelas tahfidz murni yang telah menempuh perjalanan dua tahun penuh dedikasi di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang.

Perjuangan motivasi menghafal al quran santri putri pondok pesantren tahfidz terbaik Jombang
Kisah Inspiratif Perjuangan Menghafal Al Qur’an

Dari Tayangan Hafiz Cilik Hingga Wisuda Tahfidz

Kisahnya bermula dari ketertarikan masa kecil pada hafiz cilik yang sering ia lihat di televisi. Sejak saat itu, Nasywa kecil mulai mengenal kemuliaan para penghafal Al-Qur’an. Dengan bekal motivasi dari tayangan itu dan motivasi keluarga—terutama dari seorang anggota keluarga yang juga alumni pondok—Nasywa memutuskan untuk mondok setelah lulus SD. Sebelum bergabung di pondok saat ini, ia sudah mengantongi hafalan 15 juz.

Ketika santri lain sempat merasa iri melihat kehidupan luar pondok, Nasywa justru menjalaninya dengan sukarela. “Karena mondok keinginan sendiri, jadi tidak iri dengan temen-temen di luar,” ujarnya.

Namun, perjalanannya tak selalu mudah. Ia pernah mengalami masa bimbang antara mengutamakan hafalan atau pelajaran sekolah. “Dulu ketika SMP lebih banyak belajar pelajaran sekolah daripada menghafal, karena ada ketakutan ketinggalan pelajaran.” Hafalannya pun sempat berjalan lambat, hanya lima baris hingga setengah halaman setiap setoran.

Baca juga: Motivasi Menghafal Al-Qur’an: Tidak Mondok Bukan Hambatan

Kini, penyesalan kecil itu menjadi pelajaran besar. “Sekarang setelah menjalani prosesnya, akhirnya merasa menyesal kenapa tidak sejak dahulu fokus hafalan.” Ia menyadari, usia muda adalah masa emas dalam menghafal. Tapi meski tak sejak dini, ia tetap menjalani proses memutqinkan hafalan dengan tekad kuat. Setelah proses yang begitu panjang, Nasywa berhasil menjadi salah satu santri yang akan diwisuda tahun ini.

Kisah Inspiratif Motivasi Menghafal Al Quran
Tasmi’ Bil Ghoib 30 Juz Santri Berprestasi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang

Menjadi Tangguh Bersama Pondok dan Al-Qur’an

Lebih dari sekadar mengejar hafalan, pondok menjadi ladang tumbuhnya potensi diri. Nasywa dipercaya mengemban berbagai amanah, menjadi musyrifah penyimak hafalan, MC podcast, hingga akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa kuliah penuh (fully funded) melalui jalur tahfidz di Universitas Hasyim Asy’ari Jombang. Ini menjadi salah satu buah dari fokus hafalannya selama di pondok.

Namun, ujian hidup tak datang dari hafalan, melainkan dari rumah. Masalah ekonomi menimpa keluarganya sejak ia duduk di bangku SMP. Rumah harus dijual, orangtua sakit, dan ketika akhirnya ia khatam 30 juz, tak lama kemudian sang ayah meninggal dunia. “Ada titik di mana ingin menyerah untuk mengejar mimpi kuliah dan hafalan mutqin,” kenangnya. Tapi pondok bukan hanya tempat belajar, melainkan rumah kedua yang menguatkannya. Dengan bimbingan Ayah Amar dan Uma Ita Harits selaku pengasuh pondok, ia bangkit kembali, bahkan melanjutkan ke perguruan tinggi seperti yang diimpikan almarhum ayahnya.

Wisuda Tahfidz 2025 bukan sekadar seremoni. Ia adalah penanda perjuangan panjang, tangis dalam diam, dan doa orangtua yang dikabulkan. Nasywa adalah satu dari sekian banyak santri yang akan melangkah di panggung wisuda, membawa harapan, cita-cita, dan kebanggaan untuk orangtuanya.

“Hafalan itu harus dibuat target dan jadwal, kita harus bertanggung jawab. Semisal tidak sampai target, maka harus buat sanksi untuk diri sendiri, seperti tidak boleh jajan sehari, mencuci baju, menata lemari, dan lain-lain yang buat kapok tidak akan mengulanginya lagi. Hargai waktumu, sampai kamu merasakan bahwa waktu itu sangat berharga. Sekali kita melalaikan waktu, kita bisa kehilangan 1000 kesempatan di masa depan,”

Melalui cerita Nasywa, kita kembali diingatkan bahwa pondok pesantren bukan hanya tempat menuntut ilmu, tetapi juga tempat menempa jiwa, memperkuat mental, dan memantapkan jalan menuju keberkahan. Di sinilah calon-calon hafiz dan hafizah dibentuk, bukan hanya cerdas dalam hafalan, tetapi tangguh menghadapi kehidupan.

Wakaf Pendidikan Jalan Menuju Amal Jariyah yang Kekal

Wakaf Pendidikan Jalan Menuju Amal Jariyah yang Kekal

Setiap orang tentu ingin meninggalkan warisan terbaik di dunia, bukan sekadar harta, tapi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir bahkan setelah ia tiada. Salah satu cara paling mulia untuk mewujudkannya adalah melalui wakaf pendidikan, khususnya untuk lembaga-lembaga yang mencetak generasi Qur’ani seperti pondok tahfidz.

Wakaf pendidikan melalui pesantren tahfidz begitu penting karena ia menyentuh tiga hal utama yang disebut Rasulullah ﷺ sebagai sumber pahala tak terputus: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan. Melalui wakaf untuk pesantren, kita bisa mendapat ketiganya sekaligus—dalam satu amal yang ringan dilakukan, namun berat timbangan pahalanya.

Wakaf pendidikan pondok pesantren tahfidz putri jombang
Tanam pahala amal jariyah lewat wakaf pendidikan

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)

Itulah mengapa wakaf pendidikan untuk pondok tahfidz adalah ladang amal jariyah yang luar biasa. Setiap huruf yang dihafalkan santri, setiap ilmu yang diajarkan, dan setiap doa yang dilantunkan menjadi bagian dari aliran pahala bagi para pewakaf.

Mengapa Harus Wakaf untuk Pendidikan?

Wakaf untuk pendidikan menggabungkan manfaat dunia dan akhirat. Ilmu yang diajarkan akan terus diwariskan, santri yang belajar akan menjadi generasi shalih shalihah, dan setiap fasilitas pondok—dari mushaf, kitab, ruang kelas, hingga asrama—bisa menjadi perantara pahala jariyah. Pesantren tidak hanya mendidik akal, tapi juga hati. Maka, berwakaf untuk pendidikan berarti turut membangun masa depan umat Islam. Bentuk wakaf pendidikan dapat disalurkan melalui:

  • Pendirian bangunan hasil wakaf seperti ruang kelas dan asrama santri

  • Pengadaan Al-Qur’an, kitab kuning, atau perlengkapan belajar

  • Beasiswa santri yatim dan dhuafa

  • Wakaf air, listrik, dan fasilitas harian pondok

Kesempatan Menanam Amal Jariyah untuk Bekal Akhirat

Wakaf tidak harus besar jumlahnya. Bahkan dengan nominal kecil tapi konsisten, Anda telah membuka jalan amal yang tak terputus. Setiap kali santri membaca Al-Qur’an dari mushaf wakaf, atau guru mengajar di kelas hasil donasi Anda—pahala itu akan terus bertambah.

Sebagaimana kita ingin anak-anak kita mendapat pendidikan terbaik, mari bantu anak-anak pondok mendapat fasilitas terbaik pula. Wakaf pendidikan adalah bentuk kepedulian terhadap masa depan Islam—dan juga tiket menuju surga.

Jangan menunggu mampu untuk berwakaf. Tapi berwakaflah agar Allah menjadikan kita orang yang mampu. Salurkan wakaf terbaik Anda untuk pendidikan Qur’ani melalui Wakaf Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang.