Apa Itu Tari Saman, Tari yang Menutup Haflah Tasyakur II?

tari saman warisan budaya aceh kota serambi mekah. Penampilan haflah tasyakur wisuda tahfidz pondok pesantren tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang
Persembahan tari saman dalam acara Haflah Tasyakur II PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Tari Saman adalah salah satu warisan budaya Nusantara yang berasal dari dataran tinggi Gayo, Aceh. Tarian ini diciptakan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang menggunakan kesenian sebagai media dakwah Islam. Awalnya, tari ini berkembang di meunasah (surau) sebagai sarana pendidikan dan penyampaian pesan moral kepada masyarakat. Kini, ia telah diakui UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity, dan menjadi simbol kebersamaan, kekompakan, sekaligus kebanggaan bangsa Indonesia.

Makna Filosofis

Gerakan dalam Tari Saman begitu khas karena dilakukan dalam posisi duduk berbaris, diiringi dengan tepukan tangan, hentakan dada, dan nyanyian syair Islami. Filosofi utama dari tari ini adalah tentang keserasian, kekompakan, serta kebersamaan. Tidak ada penari yang menonjol sendiri, semua bergerak dalam irama yang sama. Hal ini mengajarkan bahwa dalam kehidupan sosial maupun beragama, umat harus saling mendukung dan berjalan seirama demi mencapai tujuan mulia.

Tari Saman sebagai Sambutan untuk Undangan

Dalam acara besar, warisan budaya dari Kota Serambi Mekah kerap ditampilkan sebagai sambutan yang hangat bagi para tamu undangan. Begitu pula dalam Haflah Tasyakur II PPTQ Al Muanawiyah pada Ahad (14/09) lalu. Tari Saman dipersembahkan dengan penuh energi dan khidmat di hadapan wali santri, tokoh masyarakat, serta pejabat daerah. Sambutan seni budaya ini membuat suasana terasa meriah sekaligus penuh makna, seolah menyampaikan pesan bahwa para tamu dihormati dengan cara yang indah dan berkesan.

Hadirnya Tari Saman di penutup acara menjadi simbol ucapan terimakasih bagi undangan, sekaligus memperlihatkan keterampilan dan semangat para santri dalam melestarikan budaya Islami Nusantara. Perpaduan nilai seni dan dakwah ini menjadikan persembahan ini lebih dari sekadar hiburan, tetapi juga bentuk penghormatan yang sarat makna.

Keistimewaan Tari Saman di Acara Besar

Keindahannya semakin terasa ketika ditampilkan dalam forum yang penuh kebersamaan. Gerakannya yang serempak menampilkan semangat persaudaraan, kerja sama, dan kedisiplinan yang menjadi nilai penting dalam dunia pesantren. Selain itu, kebudayaan ini membawa pesan spiritual karena syair yang dibawakan sering kali berisi nasihat Islami dan pujian kepada Allah.

Kehadirannya dalam Haflah Tasyakur tidak hanya menyemarakkan acara, tetapi juga menambah nilai syiar dakwah melalui seni. Para tamu undangan pun terkesan, karena tari ini mampu menciptakan suasana khidmat sekaligus penuh semangat kebersamaan.

Pesan Inspiratif

Tari Saman mengajarkan bahwa kekuatan lahir dari kebersamaan. Sama seperti para penari yang duduk sejajar tanpa membedakan satu sama lain, umat manusia juga seharusnya hidup dengan semangat kesetaraan. Pesan ini sejalan dengan semangat Haflah Tasyakur yang tidak hanya merayakan capaian para santri, tetapi juga mempererat silaturahmi dan persatuan umat.

Persembahan spesial ini bukan sekadar pertunjukan seni, tetapi juga sarana pendidikan, dakwah, dan perekat kebersamaan. Dengan tampilnya Tari Saman di Haflah Tasyakur II PPTQ Al Muanawiyah, para hadirin diingatkan bahwa seni dan budaya dapat menjadi jembatan untuk menumbuhkan semangat persaudaraan, syukur, serta cinta kepada Allah. Saksikan siaran ulang acara di Youtube Al Muanawiyah

Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah, Momen Apresiasi dan Motivasi

Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah, Momen Apresiasi dan Motivasi

wisuda tahfidz 30 juz pondok pesantren putri tahfidz Al Muanawiyah Jombang
Prosesi sungkeman wisudawati pada Wisuda tahfidz II Al Muanawiyah

Jombang – Ahad, 14 September 2025, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Al Muanawiyah Jombang menggelar Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah di Aula Bung Tomo Pemkab Jombang. Acara ini menjadi momentum penuh syukur sekaligus apresiasi untuk para santriwati yang berhasil menuntaskan seleksi wisuda tahfidz.

Sebanyak 20 santriwati binnadzor menuntaskan bacaan 30 juz, sementara 4 santriwati bil ghoib berhasil mengkhatamkan hafalan 30 juz di luar kepala. Ribuan doa dan rasa bangga pun hadir dari wali santri, tokoh masyarakat, hingga perwakilan pejabat daerah yang turut menghadiri acara.

gambar santri wisuda tahfidz haflah tasyakur II pondok pesantren tahfidz putri Jombang
Wisudawati bil ghoib (baju putih) dan binnadzor (baju abu-abu) PPTQ Al Muanawiyah

Suasana Khidmat Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah

Acara dibuka dengan lantunan nasyid santriwati Al Muanawiyah, disusul tahlil yang dipimpin Ustadz Syukron Al-Hafizh. Hadirin larut dalam suasana khusyuk, mengirimkan doa untuk para masyaikh, keluarga, serta seluruh jajaran pesantren.

Dalam sambutannya, perwakilan Bupati Jombang, Bapak Anwar dari BK PSDM Pemerintah Kabupaten Jombang, menyampaikan, “Membina santri dalam ilmu Al-Qur’an akan mencetak generasi yang mampu mengkaji, memahami, dan mengamalkan isi Al-Qur’an. Kami sangat mengapresiasi peran PPTQ Al Muanawiyah dalam perjuangan mulia ini.”

sambutan wali santri wisuda tahfidz pondok pesantren tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang
Sambutan wali santri dari Qurrota A’yun asal Sampang, Madura

KH. Fachrurrozi, wali dari salah satu wisudawati bil ghoib, turut menambahkan, “Menghafal Al-Qur’an adalah jalan yang tidak mudah. Namun Al Muanawiyah telah membuktikan bahwa dengan bimbingan yang tepat, santri bisa tumbuh tangguh dengan jiwa Qur’ani.”

Baca juga: Cerita Inspiratif Penghafal Al-Qur’an dari Entrepreneur Muda

Prosesi Wisuda Penuh Haru

Puncak acara dimulai dengan pembacaan Surat Keputusan Pengasuh oleh Ustadz Sodiqin, dilanjutkan bai’at dan isyhad para wisudawati bil ghoib. Saat nama-nama dipanggil, wajah haru dan syukur pun terpancar dari para santri dan wali. Bagi santri yang sudah kehilangan orang tua, foto ayah atau ibu mereka dihadirkan sebagai simbol doa dan kebanggaan keluarga.

Khas Al Muanawiyah, wisudawati diuji hafalannya secara langsung di hadapan hadirin tanpa simulasi. Mereka menjawab pertanyaan dari tokoh masyarakat dengan lancar, membuktikan kualitas hafalan yang teruji.

ujian terbuka musabaqah hifdzil qur'an wisuda tahfidz
MHQ ujian terbuka wisudawati bil ghoib oleh KH. Amir Jamiluddin Al-Hafidz

Momen sungkeman menjadi puncak keharuan. Diiringi puisi santriwati Ocha, air mata bahagia mengalir di pipi para orang tua. Rasa syukur kian bertambah ketika diumumkan penghargaan bagi wisudawati terbaik:

Wisudawati terbaik bil ghoib: Nasywa Mitswalah Adinda Hanafi

wisudawati tahfidz bil ghoib 30 juz terbaik, santri berprestasi, pondok pesantren tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang
Apresiasi wisudawati bil ghoib terbaik, Nasywa Mitsfalah Adinda Hanafi dari Gresik

Wisudawati terbaik binnadzor: Nazila Apriana Zahira Zulfa

apresiasi wisudawati binnadzor 30 juz terbaik pondok pesantren tahfidzul Qur'an Al Muanawiyah Jombang
Apresiasi wisudawati binnadzor terbaik, Nazila Apriana Zahira Zulfa dari Surabaya

Santri teladan: Hanun Aulia Fair Fathur

apresiasi santri berprestasi santri teladan pondok pesantren tahfidzul qur'an Al Muanawiyah Jombang
Apresiasi santri teladan, Hanun Aulia Fair Fathur dari Malang

Wisuda Tahfidz Bukan Akhir Perjalanan

Sebelum acara ditutup, Dr. Mufarrihul Hazin, dosen pascasarjana STAIMA Al-Hikam Malang, menyampaikan orasi ilmiah. Ia menekankan, “Khatam hafalan bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan 4M: Muroja’ah, Mentadabburi, Mengamalkan, dan Menyebarkan. Perjuangan ini harus terus mendapat dukungan keluarga dan lingkungan.” Menutup acara dengan khidmat dan menekankan cinta tanah air, santri PPTQ Al Muanawiyah mempersembahkan tari saman yang menggelegar.

Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah bukan sekadar wisuda, tetapi juga syiar untuk membangkitkan motivasi menghafal Al-Qur’an. Semoga para santriwati yang telah khatam mampu menjaga hafalannya, mengamalkan dalam kehidupan, dan menjadi inspirasi bagi umat.

Bagi yang ingin menyaksikan kembali suasana penuh haru ini, rekaman lengkap acara dapat dilihat di kanal YouTube resmi Al Muanawiyah.

Ujian Tertutup MHQ 30 Juz Road to Wisuda II Al Muanawiyah

Ujian Tertutup MHQ 30 Juz Road to Wisuda II Al Muanawiyah

Jombang, 9 September 2025 – Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Al Muanawiyah Jombang kembali menggelar agenda penting dalam rangkaian Road to Wisuda Tahfidz II, yaitu ujian tertutup MHQ 30 juz. Kegiatan ini dilaksanakan setelah sebelumnya para wisudawan menyelesaikan tasmi’ bil ghoib 30 juz.

Peserta dan Dewan Juri

Ujian tertutup ini diikuti oleh empat wisudawan bil ghoib: Qurrota A’yun (Madura), Irma Nurlailatul Mafaza (Gresik), Nasywa Mitsfalah (Gresik), dan Qori Qonitatuz Zahra (Jombang). Dalam acara ini, setiap santri maju secara bergiliran dan diberikan 15 soal dengan rincian: 10 soal sambung ayat, 2 soal tebak juz dan halaman, dan 3 soal menjawab awal surat. Para juri menggunakan tanda bel sebagai instruksi: mulai, salah, ganti soal, hingga tanda selesai. Pelaksanaan disaksikan oleh santriwati PPTQ Al Muanawiyah dengan penilaian dari dewan juri: Ustadzah Fiqul, Ustadzah Fauziah, dan Ustadzah Aini.

MHQ musabaqah hifdzil Qur'an 30 juz menjelang wisuda tahfidz Pondok Pesantren Tahfidz Putri Al Muanawiyah Jombang, ujian sambung ayat tahfidz
Tampilan salah satu wisudawan bil ghoib, Nasywa, dalam ujian tertutup MHQ 30 juz

Baca juga: Wisuda Tahfidz 2025: Mewujudkan Mimpi Ayah Tercinta

Semangat dalam Ujian Tertutup MHQ 30 Juz

Menurut pengasuh, Ayah A. Muammar Shalahuddin, ujian ini bukan hanya penilaian teknis hafalan, tetapi juga bentuk motivasi bagi seluruh santri.

“Momen ini adalah sarana untuk menguji kelancaran hafalan para wisudawan, sekaligus memberi inspirasi bagi santri lain agar semangat menuju mutqin 30 juz. Ujian tertutup ini bagian penting sebelum puncak Wisuda Tahfidz II mendatang.”

Selain itu, hasil ujian juga menjadi salah satu tolok ukur dalam menentukan wisudawan terbaik.

Salah satu wisudawan mengungkapkan pengalamannya:

“Semakin grogi ketika dengar tanda bel. Tapi Allah mudahkan, alhamdulillah sudah selesai, tinggal melanjutkan ke tahap berikutnya.”

Kegiatan ini menjadi pintu menuju ujian terbuka yang akan digelar bersamaan dengan Wisuda Tahfidz II pada 14 September 2025. Pada acara puncak nanti, para undangan hadir menyaksikan capaian luar biasa para penghafal Al-Qur’an Al Muanawiyah. Acara ini tidak hanya menjadi momen khidmat bagi para wisudawan, tetapi juga sarana syiar untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat kepada Al-Qur’an. Saksikan kemeriahan momen penganugerahan penghafal Al-Qur’an dalam Wisuda Tahfidz II PPTQ AL Muanawiyah live melalui akun youtube Al Muanawiyah

Tasmi’ Bil Ghoib 30 Juz Road to Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah

Tasmi’ Bil Ghoib 30 Juz Road to Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Al Muanawiyah Jombang kembali menggelar kegiatan tasmi’ bil ghoib 30 juz pada 7–8 September 2025. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian Road to Wisuda Tahfidz II yang akan berlangsung pada 14 September 2025 mendatang.

Kegiatan ini diikuti oleh empat wisudawan bil ghoib, yaitu Qurrota A’yun (Madura), Irma Nurlailatul Mafaza (Gresik), Nasywa Mitsfalah (Gresik), dan Qori Qonitatuz Zahra (Jombang). Mereka menjadi teladan dalam menjaga kemurnian hafalan Al-Qur’an, khususnya melalui tantangan membaca 30 juz tanpa melihat mushaf.

Gambar santri putri sedang tilawah Al-Qur'an tasmi' bil ghoib 30 juz sekali duduk
Potret santri dalam kegiatan tasmi’ bil ghoib 30 juz PPTQ Al Muanawiyah

Kegiatan dimulai serentak ba’da Subuh pada 7 September 2025, dibuka dengan tawashul yang dipimpin oleh Uma Ita Harits. Dalam kesempatan itu, para santri yang hendak tasmi’ juga menuliskan nama orang yang akan mereka kirimkan doa serta daftar mimpi-mimpi mereka. Harapannya, dengan wasilah Al-Qur’an, cita-cita tersebut dimudahkan oleh Allah ﷻ.

Proses tasmi’ berlangsung dengan para wisudawan membaca Al-Qur’an 30 juz tanpa berhenti, disimak oleh 20 santri lain yang bergantian. Ada yang berhasil menyelesaikan sebelum pukul 22.00 WIB, sementara yang lain melanjutkan hingga pagi keesokan harinya.

Baca juga: Ujian Tertutup MHQ 30 Juz Road to Wisuda II Al Muanawiyah

Pengasuh PPTQ Al Muanawiyah, Ayah A. Muammar Shalahuddin, menjelaskan bahwa tasmi’ ini diadakan sebagai wujud dari prioritas program pesantren, yaitu mutqin atau kokoh dalam hafalan. “Harapannya, tasmi’ bil ghoib 30 juz dalam sekali duduk ini menjadi momen untuk meningkatkan kelancaran hafalan Al-Qur’an wisudawan bil ghoib Al Muanawiyah,” tutur beliau.

Tasmi’ Bil Ghoib 30 Juz sebagai Momen Memutqinkan Hafalan

Uma Ita Harits menekankan bahwa tasmi’ bukanlah ajang untuk menunjukkan siapa yang paling cepat, melainkan perlombaan dengan diri sendiri. “Tidak perlu terburu-buru harus selesai cepat, yang penting dinikmati hingga selesai,” ungkapnya.

Dalam penutupan acara, Ayah A. Muammar Shalahuddin memberikan pesan mendalam kepada seluruh santri. Beliau menekankan pentingnya menginstal karakter pejuang yang tangguh, sebagaimana Rasulullah ﷺ yang meskipun hidup sebagai yatim piatu, sering dihina, dan dikucilkan, tetap teguh dalam perjuangannya. “Begitu juga dengan para penghafal Al-Qur’an, jangan pantang menyerah sampai mutqin 30 juz. Tasmi’ ini adalah bentuk perjuangan untuk menjaga hafalan agar tetap mutqin,” tegas beliau.

Kegiatan tasmi’ bil ghoib 30 juz ini tidak hanya menjadi syarat wisuda, tetapi juga momentum spiritual yang mengajarkan ketekunan, kesabaran, dan kecintaan mendalam pada Al-Qur’an. Semangat para santri Al Muanawiyah menunjukkan bahwa menjaga hafalan bukan sekadar kewajiban, melainkan jalan menuju keberkahan hidup di dunia dan akhirat.

Ikuti terus rangkaian kegiatan Wisuda Tahfidz II Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah di youtube Al-Muanawiyah

dan kanal Instagram Al-Muanawiyah

Seleksi Wisuda Tahfidz 2025 PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Seleksi Wisuda Tahfidz 2025 PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Pada Kamis, 21 Agustus 2025 Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Al Muanawiyah Jombang melaksanakan seleksi wisuda tahfidz bagi para santriwati. Kegiatan ini menjadi ajang penting untuk mengukur kemampuan bacaan Al-Qur’an santri sekaligus penentu santri lolos wisuda tahun ini.

Wisuda Tahfidz ini merupakan agenda rutin untuk memberikan penghargaan kepada santriwati yang telah mencapai target hafalan maupun bacaan Al-Qur’an dengan baik. Tahun ini menjadi pelaksanaan wisuda tahfidz kedua, dengan dua kategori, yaitu Bil Ghoib (hafalan) dan Binnadzor (membaca Al-Qur’an dengan tartil dan sesuai kaidah tajwid). Kedua kategori ini menunjukkan bahwa pesantren tidak hanya menekankan pada aspek hafalan, tetapi juga kualitas bacaan yang benar. Sehingga santri benar-benar siap menjadi generasi Qur’ani yang seimbang antara hafalan dan tilawah.

Baca juga: Santri Pramuka, Potret Santri Tangguh Berakhlak Mulia

Semarak Seleksi Wisuda Tahfidz 2025

Seleksi ini diadakan dengan tujuan memastikan bahwa santri yang terpilih benar-benar memiliki kualitas bacaan yang baik, tartil, dan sesuai dengan kaidah tajwid. Selain itu, proses ini juga menumbuhkan semangat belajar Al-Qur’an di kalangan santri lainnya agar terus meningkatkan mutu hafalan dan bacaannya. Suasana seleksi berjalan khidmat sekaligus penuh semangat. Para santri menampilkan bacaan terbaik mereka dengan harapan bisa masuk dalam daftar wisudawati tahun ini.

seleksi wisuda tahfidz 2025 binnadzor. ujian tartil Al-Qur'an, ujian membaca Al-Qur'an santri putri pondok pesantren tahfidz Jombang. Santri putri sedang setoran ke ustadz
Potret seleksi wisuda tahfidz binnadzor di PPTQ Al Muanawiyah Jombang (25/8/2025)

Tercatat ada 30 peserta yang mengikuti seleksi. Setelah melalui penilaian ketat, sebanyak 20 santri dinyatakan lolos untuk melangkah ke tahap wisuda. Hasil ini menjadi bukti kesungguhan para santriwati dalam menjaga dan memperindah bacaan Al-Qur’an mereka.

Seleksi dilakukan dengan sistem maju satu per satu. Setiap peserta diminta membaca satu halaman Al-Qur’an secara tartil di hadapan para penguji. Setelah itu, mereka mendapat lima pertanyaan seputar hukum tajwid untuk menguji pemahaman teori yang mendukung praktik bacaan.Dua penguji yang dipercaya dalam kegiatan ini adalah Ustadz Mustahal dan Ustadz Musthofa. Keduanya memberikan penilaian objektif, mencakup kelancaran bacaan, ketepatan hukum tajwid, serta adab membaca Al-Qur’an.

Semangat Santri dan Harapan Ke Depan

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah berharap kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang seleksi formal, tetapi juga menjadi motivasi bagi seluruh santri untuk terus memperdalam ilmu Al-Qur’an, baik dari sisi hafalan maupun pemahaman tajwidnya. Dengan adanya seleksi wisuda tahfidz ini, PPTQ Al Muanawiyah menegaskan komitmennya dalam mencetak generasi Qur’ani. Generasi yang tidak hanya menghafal, tetapi juga menjaga kesucian bacaan Al-Qur’an dengan penuh tanggung jawab.

Jadi Ketua OSIS Tak Menghalangi Sania Ikut Wisuda Binadzor

Jadi Ketua OSIS Tak Menghalangi Sania Ikut Wisuda Binadzor

Sania Aulia Nuraini, santri kelas 9 SMP asal Tulungagung, saat ini menjadi calon peserta wisuda binadzor di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah. Di usianya yang baru 14 tahun, ia telah menghafal 12 juz Al-Qur’an. Perjalanan menghafalnya dimulai dua tahun lalu, sejak pertama kali masuk pondok. Sebelumnya, Sania telah hafal surat An-Naas hingga Adh-Dhuha.

Meski sempat merasa iri kepada teman-teman yang lebih dulu banyak hafalannya, ia memilih untuk mengejar ketertinggalan. “Allah memberikan bantuan dengan menunda haid, karena ketika haid tidak bisa menghafal Al-Qur’an. Jadi sekarang lebih cepat,” jelasnya.

Baca juga: Motivasi Penghafal Al-Qur’an: Hafal 18 Juz di Usia 14 Tahun

Awalnya, keinginan untuk menghafal datang dari tawaran orang tua, dari mengenal tetangga penghafal Al-Qur’an yang lebih dahulu memulai hafalan. Setelah persiapan selama dua bulan, Sania pun memulai mondok dan menjalani prosesnya dengan penuh semangat.

Motivasi penghafal Al Quran wisuda binadzor ketua osis. Santriwati membaca Al Quran di masjid
Sania, sosok ketua OSIS yang akan mengikuti wisuda binadzor

Kini, ia juga dipercaya sebagai Ketua OSIS SMP Quran Al Muanawiyah. Di tengah padatnya kegiatan sekolah dan organisasi, ia tetap konsisten mengatur waktu hafalan. Usai setoran, ia langsung menyiapkan setoran berikutnya agar waktu lain bisa dimanfaatkan untuk rapat, persiapan lomba, dan agenda lainnya. Targetnya adalah dapat menghafal satu juz per bulan.

“Ketika selesai tasmi’ juz 1–5, saya menyadari bahwa diri saya mampu mengejar target,” tuturnya. Dari yang awalnya tertinggal, kini Sania justru telah melampaui beberapa teman. Hal ini menjadi motivasi penghafal Al-Qur’an bagi dirinya sendiri untuk terus semangat menuju khatam.

Saat semangatnya menurun, Sania memilih berbagi cerita kepada kakak tingkat di pondok. Ia merasa lingkungan pondok sangat mendukung prosesnya, karena bisa bersama dengan teman-teman seperjuangan.

Sempat Ragu Mendaftar Wisuda Binadzor

Sebelum mendaftar seleksi wisuda binadzor, sempat muncul keraguan. Ujian yang harus dihadapi cukup berat, mencakup tartil, tajwid, makharijul huruf, hingga setoran hafalan surat tertentu. Namun, ia tetap melangkah dan mulai menarget binadzor satu juz per hari dengan disimak langsung oleh ustadzah.

Sania merupakan anak pertama di keluarganya yang menjadi penghafal Al-Qur’an. Ia merasakan manfaat mondok, salah satunya adalah kedekatan dengan keluarga yang lebih terasa. “Dengan mondok, saya justru merasa lebih dekat dengan keluarga—salah satu kelebihan dibanding menghafal di rumah bersama orang tua,” ungkapnya.

Sebagai motivasi penghafal Al-Qur’an, Sania berpesan kepada teman-teman yang sedang berjuang:

“Semangat. Berjuang itu susah, tapi nanti enaknya di akhirat.”

Nyaris Menyerah, A’yun Lulus Wisuda Tahfidz dan Beasiswa

Nyaris Menyerah, A’yun Lulus Wisuda Tahfidz dan Beasiswa

Menjelang harunya prosesi wisuda tahfidz, tersimpan kisah perjuangan panjang yang penuh inspirasi. Salah satunya datang dari Qurrota A’yun, wisudawati tahfidz bil ghoib asal Madura, yang telah menjalani tiga tahun penuh dedikasi di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang.Sejak kecil, A’yun telah akrab dengan Al-Qur’an. Ia mulai menyetorkan hafalan juz 30, 1, dan 2 kepada ayahnya bahkan sebelum mondok. Perjalanan mondoknya dimulai dari pondok kitab sejak kelas 1 SMP hingga 2 SMA. Namun, karena harus membantu TPQ sang ibu, ia sempat boyong. Setelah itu, keinginan kuat untuk menghafal Al-Qur’an membawanya kembali mondok di Jawa.

Perjuangan penghafal al quran menuju wisuda tahfidz 30 juz
Perjuangan penghafal Al quran menuju wisuda tahfidz 30 juz

Ketika menemukan program tahfidz di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang tahun 2022, A’yun merasa mantap. “Awalnya ingin mondok karena melihat acara hafiz cilik, ketika kelas 3 SD jadi acara favorit setiap Ramadhan. Kagum melihat anak-anak kecil bisa sambung ayat, bisa dapat hadiah mengumrohkan orangtua,” ungkapnya.

Motivasi umroh itu yang mendorongnya untuk melanjutkan perjalanan menghafalkan Al-Qur’an. Kemudian didukung oleh kakaknya yang juga sudah menjadi hafidzah. Di pondok Al Muanawiyah, ia merasakan kenyamanan luar biasa. “Suka dengan program tilawah 5 juz setiap hari. Karena sangat membantu lebih akrab dengan Al-Qur’an, selain menguatkan hafalan.” Program setoran yang terstruktur juga membuat hafalannya semakin mantap.

Namun tentu saja, jalan menuju khatam 30 juz tidak selalu mudah.

 

Ujian Terberat Menuju Wisuda Tahfidz

Menurut A’yun, tantangan terberat justru datang saat menghafal juz 21 ke atas. “Karena selain ayatnya mulai kurang familiar, terutama di juz 25–28. Apalagi sedang diberi amanah untuk menjadi musyrifah penyimak di pondok.” Karena tugas itu, ia harus menyetor hafalan sejak pukul 6 pagi. Saat belum siap, setoran pun seringkali tidak lancar. Setelah itu, ia masih harus menyimak hafalan teman-teman yang juga belum lancar.

Ujian semakin berat ketika ia menjabat sebagai ketua kamar dan menghadapi konflik dengan santri, bahkan hingga dipanggil orang tua santri tersebut. Di saat bersamaan, nenek tercinta meninggal dunia. Tinggal 10 juz menuju akhir, namun justru saat itulah langkahnya terasa paling berat. “Sempat merasa ingin berhenti,” kenangnya.

Namun, dorongan dari Uma Ita Harits dan keluarga membuatnya bangkit. “Ingat orangtua di rumah dan kakak perempuan yang selalu mendorong khatam agar punya teman saling menyimak di rumah.” Dengan langkah tertatih dan sering dilanda rasa kurang percaya diri, A’yun tetap melanjutkan. “Yang penting usaha dulu, hasilnya serahkan ke Allah,” ucapnya penuh haru. Akhirnya, Allah berikan kekuatan hingga ia mampu khatam 30 juz.

Proses seleksi beasiswa tahfidz universitas al amien madura dengan hafalan 30 juz sekali duduk
A’yun ketika menuntaskan tasmi’ 30 juz sekali duduk dalam proses seleksi beasiswa tahfidz

Kenikmatan Pasca Khatam 30 Juz Justru Bertambah

Perjalanan itu tidak hanya mengantarkannya menuju wisuda tahfidz, tetapi juga membuka jalan ke masa depan. Ia berhasil meraih beasiswa fully funded jalur tahfidz untuk kuliah di Universitas Al-Amien Madura, jurusan Al-Qur’an dan Tafsir. “Mungkin bukan takdirnya ya. Takdirnya dapat mewujudkan keinginan orangtua kuliah di Al-Amien,” ujarnya, setelah sebelumnya sempat lulus beasiswa lain namun batal lanjut karena keberatan dengan syarat harus pindah pondok.

Beasiswa itu mewajibkan tasmi’ 30 juz sekali duduk—hal yang sempat membuatnya ragu. Namun, ia kembali membuktikan diri dan lulus. Kini, ia siap memulai kuliah pada Agustus mendatang. Tak hanya itu, proses menghafal juga membawa ketenangan jiwa dan menjadi sebab datangnya kemudahan rezeki bagi keluarganya. Ia memberikan motivasi untuk para pejuang Al-Qur’an:

“Menghafal Al-Qur’an itu jangan dianggap beban, berat. Jalani aja dengan santai, sebisanya yang penting istiqomah dan bisa tanggung jawab dengan hafalannya. Buat jadwal dan target hafalan, juga harus tirakat. Rajin puasa sunnah Senin Kamis, shalat malam, sedekah, dll. InsyaAllah akan lebih dipermudah Allah.”

Wisuda Tahfidz 2025: Mewujudkan Mimpi Ayah Tercinta

Wisuda Tahfidz 2025: Mewujudkan Mimpi Ayah Tercinta

Al-MuanawiyahDi balik megahnya acara Wisuda Tahfidz 2025 yang akan segera digelar, ada kisah perjuangan panjang yang bisa menjadi motivasi menghafal Al Qur’an. Salah satunya datang dari seorang santri putri bernama Nasywa Mitsfalah, 21 tahun, asal Gresik. Ia merupakan calon wisudawati kategori bil ghoib,  santri kelas tahfidz murni yang telah menempuh perjalanan dua tahun penuh dedikasi di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang.

Perjuangan motivasi menghafal al quran santri putri pondok pesantren tahfidz terbaik Jombang
Kisah Inspiratif Perjuangan Menghafal Al Qur’an

Dari Tayangan Hafiz Cilik Hingga Wisuda Tahfidz

Kisahnya bermula dari ketertarikan masa kecil pada hafiz cilik yang sering ia lihat di televisi. Sejak saat itu, Nasywa kecil mulai mengenal kemuliaan para penghafal Al-Qur’an. Dengan bekal motivasi dari tayangan itu dan motivasi keluarga—terutama dari seorang anggota keluarga yang juga alumni pondok—Nasywa memutuskan untuk mondok setelah lulus SD. Sebelum bergabung di pondok saat ini, ia sudah mengantongi hafalan 15 juz.

Ketika santri lain sempat merasa iri melihat kehidupan luar pondok, Nasywa justru menjalaninya dengan sukarela. “Karena mondok keinginan sendiri, jadi tidak iri dengan temen-temen di luar,” ujarnya.

Namun, perjalanannya tak selalu mudah. Ia pernah mengalami masa bimbang antara mengutamakan hafalan atau pelajaran sekolah. “Dulu ketika SMP lebih banyak belajar pelajaran sekolah daripada menghafal, karena ada ketakutan ketinggalan pelajaran.” Hafalannya pun sempat berjalan lambat, hanya lima baris hingga setengah halaman setiap setoran.

Baca juga: Motivasi Menghafal Al-Qur’an: Tidak Mondok Bukan Hambatan

Kini, penyesalan kecil itu menjadi pelajaran besar. “Sekarang setelah menjalani prosesnya, akhirnya merasa menyesal kenapa tidak sejak dahulu fokus hafalan.” Ia menyadari, usia muda adalah masa emas dalam menghafal. Tapi meski tak sejak dini, ia tetap menjalani proses memutqinkan hafalan dengan tekad kuat. Setelah proses yang begitu panjang, Nasywa berhasil menjadi salah satu santri yang akan diwisuda tahun ini.

Kisah Inspiratif Motivasi Menghafal Al Quran
Tasmi’ Bil Ghoib 30 Juz Santri Berprestasi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang

Menjadi Tangguh Bersama Pondok dan Al-Qur’an

Lebih dari sekadar mengejar hafalan, pondok menjadi ladang tumbuhnya potensi diri. Nasywa dipercaya mengemban berbagai amanah, menjadi musyrifah penyimak hafalan, MC podcast, hingga akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa kuliah penuh (fully funded) melalui jalur tahfidz di Universitas Hasyim Asy’ari Jombang. Ini menjadi salah satu buah dari fokus hafalannya selama di pondok.

Namun, ujian hidup tak datang dari hafalan, melainkan dari rumah. Masalah ekonomi menimpa keluarganya sejak ia duduk di bangku SMP. Rumah harus dijual, orangtua sakit, dan ketika akhirnya ia khatam 30 juz, tak lama kemudian sang ayah meninggal dunia. “Ada titik di mana ingin menyerah untuk mengejar mimpi kuliah dan hafalan mutqin,” kenangnya. Tapi pondok bukan hanya tempat belajar, melainkan rumah kedua yang menguatkannya. Dengan bimbingan Ayah Amar dan Uma Ita Harits selaku pengasuh pondok, ia bangkit kembali, bahkan melanjutkan ke perguruan tinggi seperti yang diimpikan almarhum ayahnya.

Wisuda Tahfidz 2025 bukan sekadar seremoni. Ia adalah penanda perjuangan panjang, tangis dalam diam, dan doa orangtua yang dikabulkan. Nasywa adalah satu dari sekian banyak santri yang akan melangkah di panggung wisuda, membawa harapan, cita-cita, dan kebanggaan untuk orangtuanya.

“Hafalan itu harus dibuat target dan jadwal, kita harus bertanggung jawab. Semisal tidak sampai target, maka harus buat sanksi untuk diri sendiri, seperti tidak boleh jajan sehari, mencuci baju, menata lemari, dan lain-lain yang buat kapok tidak akan mengulanginya lagi. Hargai waktumu, sampai kamu merasakan bahwa waktu itu sangat berharga. Sekali kita melalaikan waktu, kita bisa kehilangan 1000 kesempatan di masa depan,”

Melalui cerita Nasywa, kita kembali diingatkan bahwa pondok pesantren bukan hanya tempat menuntut ilmu, tetapi juga tempat menempa jiwa, memperkuat mental, dan memantapkan jalan menuju keberkahan. Di sinilah calon-calon hafiz dan hafizah dibentuk, bukan hanya cerdas dalam hafalan, tetapi tangguh menghadapi kehidupan.