Pentingnya Adab Sebelum Ilmu di Era Digital

Pentingnya Adab Sebelum Ilmu di Era Digital

Adab mencerminkan kesiapan hati dan jiwa dalam menerima ilmu. Apalagi di era digital seperti sekarang, ilmu bisa didapat dengan cepat. Namun, satu hal sering dilupakan: pentingnya adab sebelum ilmu. Padahal, para ulama terdahulu sangat menekankan bahwa akhlak harus didahulukan sebelum ilmu masuk ke hati. Seorang murid yang mengamalkan adab kepada guru, menjaga sopan santun di majelis ilmu, serta menunjukkan kesungguhan dalam belajar, akan lebih mudah menerima ilmu yang masuk. Sebaliknya, ilmu yang datang kepada orang yang sombong dan tidak beradab seringkali tidak menetap dan tidak membuahkan hikmah.

Imam Malik bin Anas, seorang ulama besar Madinah, menjadi contoh terbaik. Ibunya berkata, “Pergilah ke Rabi’ah, pelajarilah adabnya sebelum kau ambil ilmunya.” Nasihat itu bukan sekadar petuah. Ia menjadi fondasi kesuksesan Imam Malik dalam keilmuannya.

Seorang ulama zuhud yang lain, Abdullah bin Mubarak, pernah berkata,

“Kami mempelajari adab selama 30 tahun dan ilmu selama 20 tahun.”

Itu menunjukkan pentingnya adab sebelum ilmu sebagai bekal utama memperoleh ilmu yang bermanfaat. Contoh lain datang dari Imam Ahmad bin Hanbal. Beliau tidak hanya belajar dari Imam Syafi’i, tetapi juga sangat menghormatinya. Ia lebih memilih mendengar dan menyimak adab gurunya dibanding langsung bertanya atau mengoreksi.

gambar siswa sekolah membungkuk memberi penghormatan sebagai ilustrasi dari adab sebelum ilmu
Menghormati guru adalah salah satu bentuk pentingnya adab sebelum ilmu

Pentingya Adab di Era Digital

Kini, kita bisa belajar dari video ceramah, e-book, dan kelas daring. Namun, adab tetap penting. Misalnya, tidak memotong penjelasan guru saat Zoom. Atau, tidak asal menyebar ilmu tanpa memahami isinya. Karena itu, tetap jaga sikap hormat, meski hanya lewat layar.

Adab juga tampak dari kesiapan belajar. Datang tepat waktu, mencatat dengan serius, dan tidak melakukan kegiatan lain saat guru berbicara. Hal-hal kecil ini mencerminkan penghormatan terhadap ilmu dan pengajarnya. Singkatnya, pentingnya adab sebelum ilmu tidak hanya berlaku di pesantren, tetapi juga di dunia digital. Ilmu tanpa adab akan sulit berbekas dan membawa manfaat jangka panjang.

Bagi yang ingin belajar adab dari kitab klasik seperti Ta’lim Muta’allim dan yang lainnya, banyak pondok pesantren yang mengajarkannya secara sistematis. Salah satunya Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang , untuk membentuk generasi berilmu dan berakhlak mulia.

Tanda Ilmu yang Bermanfaat Bagi Kehidupan Sehari-Hari

Tanda Ilmu yang Bermanfaat Bagi Kehidupan Sehari-Hari

Ilmu yang sejati bukan hanya tumpukan hafalan atau gelar akademik. Dalam pandangan para ulama, tanda ilmu yang bermanfaat adalah ketika ilmu tersebut berdampak nyata pada perilaku dan hati seseorang. Ia menjadi penerang, bukan sekadar pengetahuan yang tak membuahkan amal.

1. Membawa Ketundukan dan Rasa Takut kepada Allah

Ilmu yang bermanfaat membuat pemiliknya semakin rendah hati dan semakin takut kepada Allah. Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang tafsir QS. Fathir ayat 28

“Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.”
(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 308).

Jika semakin banyak tahu, tapi semakin jauh dari ketaatan, maka ilmu itu belum membawa manfaat.

Baca juga: Motivasi Penghafal Al-Qur’an: Hafal 18 Juz di Usia 14 Tahun

2. Mendorong Pemiliknya untuk Mengamalkan Ilmu

Ilmu yang baik akan mendorong seseorang untuk mengamalkannya, bukan hanya menyimpannya dalam kepala. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
Ini menunjukkan bahwa salah satu tanda ilmu yang bermanfaat adalah ketika ia memberi manfaat juga bagi orang lain.

3. Membuat Hati Lebih Sabar dan Tidak Suka Pujian

Orang yang ilmunya benar akan semakin sabar, tidak mudah emosi, dan tidak mencari popularitas. Ia memahami bahwa ilmu adalah amanah yang harus disampaikan dengan ikhlas, bukan alat untuk meninggikan diri.

tanda ilmu yang bermanfaat berkah bagi kehidupan sehari hari bukan hanya gelar akademik
Tanda ilmu yang bermanfaat dan berkah bagi kehidupan sehari-hari

4. Menjauhkan Diri dari Perbuatan Sia-Sia

Ilmu yang bermanfaat akan menjaga pemiliknya dari kesia-siaan. Ia tahu mana yang layak dilakukan dan mana yang sebaiknya ditinggalkan. Waktunya terisi dengan hal-hal bermanfaat.

5. Menambah Cinta terhadap Kebaikan dan Kebenaran

Seseorang yang memiliki ilmu bermanfaat akan cenderung mencintai kebenaran, keadilan, dan nasihat. Ia terbuka terhadap perbaikan dan tidak membenci orang yang mengingatkan. Hatinya tidak keras, tapi lembut dan mudah menerima nasihat. Penting bagi penuntut ilmu agar senantiasa melantunkan doa dijauhkan dari syirik, karena ujian paling kecil dari ilmu salah satunya adalah kesombongan.

Tanda ilmu yang bermanfaat bisa dikenali dari efeknya dalam kehidupan: lebih taat kepada Allah, lebih baik akhlaknya, dan lebih besar kontribusinya untuk sekitar. Sehingga kita dianjurkan untuk melantunkan doa berikut, terutama selepas Shalat Subuh, agar Allah anugerahkan ilmu yang bermanfaat dan menjadikannya sebagai cahaya sepanjang hidup.

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu Majah no. 925. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.) (muslim.or.id)

Peran Orangtua dalam Membersamai Anak di Pesantren

Peran Orangtua dalam Membersamai Anak di Pesantren

Menyekolahkan anak di pesantren bukan akhir dari peran orangtua dalam mendidik, melainkan babak baru untuk terus membersamai mereka—meski dari kejauhan. Di balik santri yang kuat hafalannya, sabar adabnya, dan tenang jiwanya, ada orangtua yang tak lelah mendoakan, mendukung, dan memenuhi kewajiban mereka dengan penuh tanggung jawab.

Sebagian orangtua mungkin merasa kehilangan saat pertama kali anak masuk pondok. Tidak bisa lagi mengawasi secara langsung, apalagi saat anak sedang sakit, rindu rumah, atau menghadapi ujian. Namun, yakinlah bahwa dukungan orangtua tidak harus selalu berupa kehadiran fisik. Justru dari kejauhan, ada banyak cara untuk terus membersamai mereka.

Suasana podcast Al Muanawiyah yang membahas peran orangtua dalam membersamai anak di pesantren, menekankan pentingnya dukungan keluarga dalam pendidikan santri.
Podcast PPTQ Al Muanawiyah Jombang tentang peran orangtua dalam membersamai anak di pesantren

Peran Orangtua Bagi Anak di Pesantren

1. Doa yang Mengiringi Setiap Langkah

Doa orangtua adalah pelindung yang tak kasat mata. Rasulullah ﷺ menyebut doa orangtua sebagai salah satu doa yang mustajab. Maka, jangan pernah merasa kecil saat hanya bisa mendoakan. Setiap hafalan yang lancar, setiap ujian yang terlewati, bisa jadi buah dari doa-doa itu.

2. Menjalankan Kewajiban dengan Ikhlas dan Tepat Waktu

Salah satu bentuk dukungan yang jarang disorot adalah memenuhi kewajiban administratif seperti pembayaran syahriyah atau infak bulanan. Ini bukan sekadar tanggung jawab keuangan, tapi bukti keseriusan orangtua dalam ikut berjuang bersama anak. Pesantren yang dikelola dengan baik membutuhkan partisipasi aktif dari wali santri—baik secara spiritual maupun material.

Baca juga: Doa Sebelum Belajar Agar Mendapat Ilmu Bermanfaat

3. Menjaga Komunikasi dan Semangat Anak

Sesekali, kirimkan pesan yang menguatkan hati. Jangan hanya menanyakan nilai atau capaian hafalan, tapi tanyakan juga kabar hati dan keseharian anak. Kalimat sederhana seperti “Abi dan Umi bangga padamu” bisa menjadi penyemangat luar biasa bagi anak di pesantren.

4. Ikut Belajar dan Memahami Dunia Pesantren

Orangtua perlu membuka diri untuk memahami nilai-nilai dan ritme kehidupan pesantren. Dengan begitu, nasihat dan arahan dari rumah akan sejalan dengan yang diajarkan di pondok. Saat anak merasa ada sinergi antara rumah dan pesantren, mereka akan lebih mudah menjalaninya.

Anak yang berjuang di pondok butuh dukungan yang konsisten. Tidak harus selalu berupa materi, tapi cukup dengan kehadiran batin, doa  yang tak putus, dan tanggung jawab yang ditunaikan dengan ikhlas. Karena sejatinya, orangtua adalah tim utama dalam proses pendidikan, meskipun panggung utamanya kini ada di pesantren.

Untuk melihat lebih dalam bagaimana orangtua bisa terus membersamai perjuangan anak-anak mereka di pondok, simak video selengkapnya di kanal resmi kami YouTube Al Muanawiyah

Anak Shalihah Dimulai Dari Ilmu yang Bermanfaat

Anak Shalihah Dimulai Dari Ilmu yang Bermanfaat

Al-Muanawiyah – Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, berakhlak mulia, dan memiliki ilmu yang bermanfaat Dalam Islam, itu semua terangkum dalam satu cita-cita besar: menjadikan anak sebagai anak shalih atau shalihah. Namun, cita-cita ini tidak bisa terwujud hanya dengan niat. Diperlukan langkah nyata—terutama dalam memilih tempat menuntut ilmu terbaik dan terus mengiringi anak dengan doa serta dukungan yang tulus.

 

Pentingnya Ilmu yang Bermanfaat

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa ilmu bermanfaat bukan hanya bermanfaat bagi anak, tetapi juga bagi orang tuanya. Ketika seorang anak belajar dengan ikhlas, memahami ilmu agama, dan mengamalkannya—maka pahala itu juga akan terus mengalir kepada orang tua.

Karena itu, orang tua sebaiknya tidak hanya mengejar pendidikan yang bergengsi, tetapi juga memilih pendidikan yang mendidik hati dan jiwa anak agar ilmunya menjadi berkah dan bernilai ibadah.

Para santri sedang mengaji kitab kuning di pesantren, menggambarkan pentingnya ilmu agama sebagai dasar membentuk anak shalihah
Peran orangtua agar anak shalih shalihah dan ilmu bermanfaat

 

Peran Orang Tua dalam Keberkahan Ilmu Anak

Berikut beberapa peran orangtua yang bisa dilakukan agar ilmu anak menjadi berkah, kuat, dan bermanfaat sepanjang hidupnya:

1. Memilih Sekolah atau Pesantren yang Mendidik Akhlak dan Adab
Ilmu tanpa akhlak bisa menjadi bumerang. Pilihlah tempat belajar yang tidak hanya mengajarkan hafalan, tapi juga membentuk karakter. Pondok tahfidz yang berfokus pada adab, disiplin, dan cinta Al-Qur’an adalah investasi terbaik untuk masa depan anak.

2. Mendoakan Anak Secara Rutin
Salah satu bentuk dukungan terbaik orang tua adalah doa yang tak putus. Doa orangtua memiliki kekuatan luar biasa. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tiga doa yang mustajab, tanpa keraguan padanya: doa orang tua untuk anak…”
(HR. Tirmidzi)

Setiap kali anak belajar, murojaah, atau menghadapi ujian, iringilah dengan doa. Mohonkan kepada Allah agar anak diberikan ilmu yang bermanfaat, hati yang lapang, dan niat yang lurus.

3. Memberi Teladan dan Dukungan Emosional
Anak akan lebih mudah menerima ilmu jika didukung oleh suasana rumah yang tenang dan penuh kasih sayang. Jauhkan anak dari tekanan dan perbandingan yang tidak sehat. Jadilah orang tua yang hadir secara utuh, baik secara materi, emosional, maupun spiritual. Tanamkan juga adab menuntut ilmu yang baik di manapun mereka berada.

Ilmu yang Berkah Melahirkan Anak Shalih dan Shalihah

Ketika anak belajar di tempat yang benar, dengan niat yang benar, dan mendapat dukungan penuh dari orang tua, maka besar kemungkinan ia tumbuh menjadi anak shalih atau shalihah. Inilah anak yang tidak hanya berhasil secara akademik, tetapi juga membawa cahaya bagi keluarga di dunia dan akhirat.

Ilmu yang bermanfaat dan penuh keberkahan akan menumbuhkan kesadaran untuk selalu mendekat kepada Allah, menolong sesama, dan menjaga akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Dan semua itu dimulai dari doa dan pilihan orang tua yang penuh cinta dan tanggung jawab.

Tidak ada amal yang sia-sia ketika orang tua menyekolahkan anak di tempat yang baik dan terus mendoakan agar ilmunya membawa manfaat. Di balik setiap santri yang istiqamah, ada orang tua yang tidak pernah berhenti bersujud. Di balik anak yang hafal Al-Qur’an, ada orang tua yang memilih jalan hidup yang penuh keberkahan.

Mari kita jadikan anak-anak kita sebagai penyambung amal jariyah, dengan ilmu yang bermanfaat dan hati yang bersih. Karena dari santri yang shalih dan shalihah, lahirlah generasi yang menyejukkan mata dan membanggakan di hadapan Allah.