Apa Itu Tari Saman, Tari yang Menutup Haflah Tasyakur II?

tari saman warisan budaya aceh kota serambi mekah. Penampilan haflah tasyakur wisuda tahfidz pondok pesantren tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang
Persembahan tari saman dalam acara Haflah Tasyakur II PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Tari Saman adalah salah satu warisan budaya Nusantara yang berasal dari dataran tinggi Gayo, Aceh. Tarian ini diciptakan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang menggunakan kesenian sebagai media dakwah Islam. Awalnya, tari ini berkembang di meunasah (surau) sebagai sarana pendidikan dan penyampaian pesan moral kepada masyarakat. Kini, ia telah diakui UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity, dan menjadi simbol kebersamaan, kekompakan, sekaligus kebanggaan bangsa Indonesia.

Makna Filosofis

Gerakan dalam Tari Saman begitu khas karena dilakukan dalam posisi duduk berbaris, diiringi dengan tepukan tangan, hentakan dada, dan nyanyian syair Islami. Filosofi utama dari tari ini adalah tentang keserasian, kekompakan, serta kebersamaan. Tidak ada penari yang menonjol sendiri, semua bergerak dalam irama yang sama. Hal ini mengajarkan bahwa dalam kehidupan sosial maupun beragama, umat harus saling mendukung dan berjalan seirama demi mencapai tujuan mulia.

Tari Saman sebagai Sambutan untuk Undangan

Dalam acara besar, warisan budaya dari Kota Serambi Mekah kerap ditampilkan sebagai sambutan yang hangat bagi para tamu undangan. Begitu pula dalam Haflah Tasyakur II PPTQ Al Muanawiyah pada Ahad (14/09) lalu. Tari Saman dipersembahkan dengan penuh energi dan khidmat di hadapan wali santri, tokoh masyarakat, serta pejabat daerah. Sambutan seni budaya ini membuat suasana terasa meriah sekaligus penuh makna, seolah menyampaikan pesan bahwa para tamu dihormati dengan cara yang indah dan berkesan.

Hadirnya Tari Saman di penutup acara menjadi simbol ucapan terimakasih bagi undangan, sekaligus memperlihatkan keterampilan dan semangat para santri dalam melestarikan budaya Islami Nusantara. Perpaduan nilai seni dan dakwah ini menjadikan persembahan ini lebih dari sekadar hiburan, tetapi juga bentuk penghormatan yang sarat makna.

Keistimewaan Tari Saman di Acara Besar

Keindahannya semakin terasa ketika ditampilkan dalam forum yang penuh kebersamaan. Gerakannya yang serempak menampilkan semangat persaudaraan, kerja sama, dan kedisiplinan yang menjadi nilai penting dalam dunia pesantren. Selain itu, kebudayaan ini membawa pesan spiritual karena syair yang dibawakan sering kali berisi nasihat Islami dan pujian kepada Allah.

Kehadirannya dalam Haflah Tasyakur tidak hanya menyemarakkan acara, tetapi juga menambah nilai syiar dakwah melalui seni. Para tamu undangan pun terkesan, karena tari ini mampu menciptakan suasana khidmat sekaligus penuh semangat kebersamaan.

Pesan Inspiratif

Tari Saman mengajarkan bahwa kekuatan lahir dari kebersamaan. Sama seperti para penari yang duduk sejajar tanpa membedakan satu sama lain, umat manusia juga seharusnya hidup dengan semangat kesetaraan. Pesan ini sejalan dengan semangat Haflah Tasyakur yang tidak hanya merayakan capaian para santri, tetapi juga mempererat silaturahmi dan persatuan umat.

Persembahan spesial ini bukan sekadar pertunjukan seni, tetapi juga sarana pendidikan, dakwah, dan perekat kebersamaan. Dengan tampilnya Tari Saman di Haflah Tasyakur II PPTQ Al Muanawiyah, para hadirin diingatkan bahwa seni dan budaya dapat menjadi jembatan untuk menumbuhkan semangat persaudaraan, syukur, serta cinta kepada Allah. Saksikan siaran ulang acara di Youtube Al Muanawiyah

Orasi Ilmiah Al-Qur’an DR. Hazin dalam Haflah II Al Muanawiyah

orasi ilmiah Al-Qur'an DR Mufarrihul Hazin wisuda tahfidz pondok pesantren tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang, menjadi orang shalih dan mushlih
DR. Mufarrihul Hazin dalam orasi ilmiah Al-Quran di Haflah Tasyakur II Al Muanawiyah Jombang (14/09)

Pada Haflah Tasyakur II PPTQ Al Muanawiyah yang digelar Ahad lalu (14/09), suasana haru sekaligus penuh semangat semakin terasa ketika acara ditutup dengan orasi ilmiah Al-Qur’an. Orasi tersebut disampaikan oleh DR. Mufarrihul Hazin, S.Pd.I., M.Pd., dosen pascasarjana Universitas Negeri Surabaya sekaligus lulusan doktoral tercepat dengan IPK Cum Laude dari kampus yang sama.

Pesan Tentang Nilai Manusia

Dalam orasinya, DR. Hazin membuka dengan perumpamaan sederhana namun penuh makna. Beliau mengangkat uang Rp100.000, lalu berkata:
“Kalau uang 100.000 ini sudah saya lipat-lipat, saya ludahi, saya injak-injak. Apa masih ada yang mau?”

Tentu saja, meskipun kondisi uang tersebut tidak lagi elok, nilainya tetap sama. Dari perumpamaan itu beliau menegaskan bahwa manusia akan dihargai jika memiliki nilai (added value). Meski dalam kondisi apapun, seseorang tetap bernilai ketika ia memberi manfaat. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah ﷺ:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”
(HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no: 3289)

Menjadi Shalih atau Mushlih

Lebih lanjut, DR. Hazin mengutip perkataan KH. Sahal Mahfudz: “Menjadi orang shalih itu mudah, cukup diam dan tidak neko-neko. Namun jadilah mushlih, yaitu orang yang mengajak orang lain untuk shalih juga.”
Pesan ini selaras dengan visi dan misi pembangunan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah, yakni mencetak generasi Qur’ani yang bermanfaat bagi sesama. Inilah pesan penting yang ditegaskan dalam orasi ilmiah Al-Qur’an yang beliau sampaikan.

Hafalan 30 Juz: Awal Perjalanan Baru

DR. Hazin juga mengingatkan bahwa khatam hafalan 30 juz bukanlah akhir perjalanan, melainkan awal perjalanan baru. Seperti firman Allah dalam QS. Al-‘Alaq ayat 1:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!”

Membaca dalam makna luas, tidak hanya teks, tetapi juga tanda-tanda alam (qouliyah dan kauniyah). Para penghafal Al-Qur’an diingatkan untuk melanjutkan perjalanan dengan 4M:

  1. Murojaah (mengulang hafalan),

  2. Mentadabburi (merenungi makna),

  3. Mengamalkan,

  4. Menyebarkan.

Pesan untuk Keluarga Penghafal Al-Qur’an

Dalam penutupnya, beliau menekankan bahwa keluarga yang memiliki anak penghafal Al-Qur’an patut bersyukur. Perjalanan itu tidak mudah, dan setelah hafalan, perjuangan berikutnya akan lebih berat. Dibutuhkan kerja sama, dukungan, dan kesabaran dari seluruh anggota keluarga.

Orasi ilmiah Al-Qur’an dari DR. Mufarrihul Hazin menjadi pengingat bahwa hafalan Al-Qur’an bukanlah tujuan akhir, melainkan pintu awal menuju kehidupan Qur’ani. Dengan memaknai, mengamalkan, dan menyebarkan Al-Qur’an, generasi penghafal dapat memberi manfaat yang luas bagi umat.

Semoga kita semua dimudahkan Allah untuk membangun keluarga Qur’ani yang tidak hanya menghafal, tetapi juga mampu menebarkan nilai Al-Qur’an dalam kehidupan.
Tonton cuplikan lengkapnya melalui Youtube Al Muanawiyah.

Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah, Momen Apresiasi dan Motivasi

Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah, Momen Apresiasi dan Motivasi

wisuda tahfidz 30 juz pondok pesantren putri tahfidz Al Muanawiyah Jombang
Prosesi sungkeman wisudawati pada Wisuda tahfidz II Al Muanawiyah

Jombang – Ahad, 14 September 2025, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Al Muanawiyah Jombang menggelar Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah di Aula Bung Tomo Pemkab Jombang. Acara ini menjadi momentum penuh syukur sekaligus apresiasi untuk para santriwati yang berhasil menuntaskan seleksi wisuda tahfidz.

Sebanyak 20 santriwati binnadzor menuntaskan bacaan 30 juz, sementara 4 santriwati bil ghoib berhasil mengkhatamkan hafalan 30 juz di luar kepala. Ribuan doa dan rasa bangga pun hadir dari wali santri, tokoh masyarakat, hingga perwakilan pejabat daerah yang turut menghadiri acara.

gambar santri wisuda tahfidz haflah tasyakur II pondok pesantren tahfidz putri Jombang
Wisudawati bil ghoib (baju putih) dan binnadzor (baju abu-abu) PPTQ Al Muanawiyah

Suasana Khidmat Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah

Acara dibuka dengan lantunan nasyid santriwati Al Muanawiyah, disusul tahlil yang dipimpin Ustadz Syukron Al-Hafizh. Hadirin larut dalam suasana khusyuk, mengirimkan doa untuk para masyaikh, keluarga, serta seluruh jajaran pesantren.

Dalam sambutannya, perwakilan Bupati Jombang, Bapak Anwar dari BK PSDM Pemerintah Kabupaten Jombang, menyampaikan, “Membina santri dalam ilmu Al-Qur’an akan mencetak generasi yang mampu mengkaji, memahami, dan mengamalkan isi Al-Qur’an. Kami sangat mengapresiasi peran PPTQ Al Muanawiyah dalam perjuangan mulia ini.”

sambutan wali santri wisuda tahfidz pondok pesantren tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang
Sambutan wali santri dari Qurrota A’yun asal Sampang, Madura

KH. Fachrurrozi, wali dari salah satu wisudawati bil ghoib, turut menambahkan, “Menghafal Al-Qur’an adalah jalan yang tidak mudah. Namun Al Muanawiyah telah membuktikan bahwa dengan bimbingan yang tepat, santri bisa tumbuh tangguh dengan jiwa Qur’ani.”

Baca juga: Cerita Inspiratif Penghafal Al-Qur’an dari Entrepreneur Muda

Prosesi Wisuda Penuh Haru

Puncak acara dimulai dengan pembacaan Surat Keputusan Pengasuh oleh Ustadz Sodiqin, dilanjutkan bai’at dan isyhad para wisudawati bil ghoib. Saat nama-nama dipanggil, wajah haru dan syukur pun terpancar dari para santri dan wali. Bagi santri yang sudah kehilangan orang tua, foto ayah atau ibu mereka dihadirkan sebagai simbol doa dan kebanggaan keluarga.

Khas Al Muanawiyah, wisudawati diuji hafalannya secara langsung di hadapan hadirin tanpa simulasi. Mereka menjawab pertanyaan dari tokoh masyarakat dengan lancar, membuktikan kualitas hafalan yang teruji.

ujian terbuka musabaqah hifdzil qur'an wisuda tahfidz
MHQ ujian terbuka wisudawati bil ghoib oleh KH. Amir Jamiluddin Al-Hafidz

Momen sungkeman menjadi puncak keharuan. Diiringi puisi santriwati Ocha, air mata bahagia mengalir di pipi para orang tua. Rasa syukur kian bertambah ketika diumumkan penghargaan bagi wisudawati terbaik:

Wisudawati terbaik bil ghoib: Nasywa Mitswalah Adinda Hanafi

wisudawati tahfidz bil ghoib 30 juz terbaik, santri berprestasi, pondok pesantren tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang
Apresiasi wisudawati bil ghoib terbaik, Nasywa Mitsfalah Adinda Hanafi dari Gresik

Wisudawati terbaik binnadzor: Nazila Apriana Zahira Zulfa

apresiasi wisudawati binnadzor 30 juz terbaik pondok pesantren tahfidzul Qur'an Al Muanawiyah Jombang
Apresiasi wisudawati binnadzor terbaik, Nazila Apriana Zahira Zulfa dari Surabaya

Santri teladan: Hanun Aulia Fair Fathur

apresiasi santri berprestasi santri teladan pondok pesantren tahfidzul qur'an Al Muanawiyah Jombang
Apresiasi santri teladan, Hanun Aulia Fair Fathur dari Malang

Wisuda Tahfidz Bukan Akhir Perjalanan

Sebelum acara ditutup, Dr. Mufarrihul Hazin, dosen pascasarjana STAIMA Al-Hikam Malang, menyampaikan orasi ilmiah. Ia menekankan, “Khatam hafalan bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan 4M: Muroja’ah, Mentadabburi, Mengamalkan, dan Menyebarkan. Perjuangan ini harus terus mendapat dukungan keluarga dan lingkungan.” Menutup acara dengan khidmat dan menekankan cinta tanah air, santri PPTQ Al Muanawiyah mempersembahkan tari saman yang menggelegar.

Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah bukan sekadar wisuda, tetapi juga syiar untuk membangkitkan motivasi menghafal Al-Qur’an. Semoga para santriwati yang telah khatam mampu menjaga hafalannya, mengamalkan dalam kehidupan, dan menjadi inspirasi bagi umat.

Bagi yang ingin menyaksikan kembali suasana penuh haru ini, rekaman lengkap acara dapat dilihat di kanal YouTube resmi Al Muanawiyah.

Ujian Tertutup MHQ 30 Juz Road to Wisuda II Al Muanawiyah

Ujian Tertutup MHQ 30 Juz Road to Wisuda II Al Muanawiyah

Jombang, 9 September 2025 – Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Al Muanawiyah Jombang kembali menggelar agenda penting dalam rangkaian Road to Wisuda Tahfidz II, yaitu ujian tertutup MHQ 30 juz. Kegiatan ini dilaksanakan setelah sebelumnya para wisudawan menyelesaikan tasmi’ bil ghoib 30 juz.

Peserta dan Dewan Juri

Ujian tertutup ini diikuti oleh empat wisudawan bil ghoib: Qurrota A’yun (Madura), Irma Nurlailatul Mafaza (Gresik), Nasywa Mitsfalah (Gresik), dan Qori Qonitatuz Zahra (Jombang). Dalam acara ini, setiap santri maju secara bergiliran dan diberikan 15 soal dengan rincian: 10 soal sambung ayat, 2 soal tebak juz dan halaman, dan 3 soal menjawab awal surat. Para juri menggunakan tanda bel sebagai instruksi: mulai, salah, ganti soal, hingga tanda selesai. Pelaksanaan disaksikan oleh santriwati PPTQ Al Muanawiyah dengan penilaian dari dewan juri: Ustadzah Fiqul, Ustadzah Fauziah, dan Ustadzah Aini.

MHQ musabaqah hifdzil Qur'an 30 juz menjelang wisuda tahfidz Pondok Pesantren Tahfidz Putri Al Muanawiyah Jombang, ujian sambung ayat tahfidz
Tampilan salah satu wisudawan bil ghoib, Nasywa, dalam ujian tertutup MHQ 30 juz

Baca juga: Wisuda Tahfidz 2025: Mewujudkan Mimpi Ayah Tercinta

Semangat dalam Ujian Tertutup MHQ 30 Juz

Menurut pengasuh, Ayah A. Muammar Shalahuddin, ujian ini bukan hanya penilaian teknis hafalan, tetapi juga bentuk motivasi bagi seluruh santri.

“Momen ini adalah sarana untuk menguji kelancaran hafalan para wisudawan, sekaligus memberi inspirasi bagi santri lain agar semangat menuju mutqin 30 juz. Ujian tertutup ini bagian penting sebelum puncak Wisuda Tahfidz II mendatang.”

Selain itu, hasil ujian juga menjadi salah satu tolok ukur dalam menentukan wisudawan terbaik.

Salah satu wisudawan mengungkapkan pengalamannya:

“Semakin grogi ketika dengar tanda bel. Tapi Allah mudahkan, alhamdulillah sudah selesai, tinggal melanjutkan ke tahap berikutnya.”

Kegiatan ini menjadi pintu menuju ujian terbuka yang akan digelar bersamaan dengan Wisuda Tahfidz II pada 14 September 2025. Pada acara puncak nanti, para undangan hadir menyaksikan capaian luar biasa para penghafal Al-Qur’an Al Muanawiyah. Acara ini tidak hanya menjadi momen khidmat bagi para wisudawan, tetapi juga sarana syiar untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat kepada Al-Qur’an. Saksikan kemeriahan momen penganugerahan penghafal Al-Qur’an dalam Wisuda Tahfidz II PPTQ AL Muanawiyah live melalui akun youtube Al Muanawiyah

Tasmi’ Bil Ghoib 30 Juz Road to Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah

Tasmi’ Bil Ghoib 30 Juz Road to Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Al Muanawiyah Jombang kembali menggelar kegiatan tasmi’ bil ghoib 30 juz pada 7–8 September 2025. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian Road to Wisuda Tahfidz II yang akan berlangsung pada 14 September 2025 mendatang.

Kegiatan ini diikuti oleh empat wisudawan bil ghoib, yaitu Qurrota A’yun (Madura), Irma Nurlailatul Mafaza (Gresik), Nasywa Mitsfalah (Gresik), dan Qori Qonitatuz Zahra (Jombang). Mereka menjadi teladan dalam menjaga kemurnian hafalan Al-Qur’an, khususnya melalui tantangan membaca 30 juz tanpa melihat mushaf.

Gambar santri putri sedang tilawah Al-Qur'an tasmi' bil ghoib 30 juz sekali duduk
Potret santri dalam kegiatan tasmi’ bil ghoib 30 juz PPTQ Al Muanawiyah

Kegiatan dimulai serentak ba’da Subuh pada 7 September 2025, dibuka dengan tawashul yang dipimpin oleh Uma Ita Harits. Dalam kesempatan itu, para santri yang hendak tasmi’ juga menuliskan nama orang yang akan mereka kirimkan doa serta daftar mimpi-mimpi mereka. Harapannya, dengan wasilah Al-Qur’an, cita-cita tersebut dimudahkan oleh Allah ﷻ.

Proses tasmi’ berlangsung dengan para wisudawan membaca Al-Qur’an 30 juz tanpa berhenti, disimak oleh 20 santri lain yang bergantian. Ada yang berhasil menyelesaikan sebelum pukul 22.00 WIB, sementara yang lain melanjutkan hingga pagi keesokan harinya.

Baca juga: Ujian Tertutup MHQ 30 Juz Road to Wisuda II Al Muanawiyah

Pengasuh PPTQ Al Muanawiyah, Ayah A. Muammar Shalahuddin, menjelaskan bahwa tasmi’ ini diadakan sebagai wujud dari prioritas program pesantren, yaitu mutqin atau kokoh dalam hafalan. “Harapannya, tasmi’ bil ghoib 30 juz dalam sekali duduk ini menjadi momen untuk meningkatkan kelancaran hafalan Al-Qur’an wisudawan bil ghoib Al Muanawiyah,” tutur beliau.

Tasmi’ Bil Ghoib 30 Juz sebagai Momen Memutqinkan Hafalan

Uma Ita Harits menekankan bahwa tasmi’ bukanlah ajang untuk menunjukkan siapa yang paling cepat, melainkan perlombaan dengan diri sendiri. “Tidak perlu terburu-buru harus selesai cepat, yang penting dinikmati hingga selesai,” ungkapnya.

Dalam penutupan acara, Ayah A. Muammar Shalahuddin memberikan pesan mendalam kepada seluruh santri. Beliau menekankan pentingnya menginstal karakter pejuang yang tangguh, sebagaimana Rasulullah ﷺ yang meskipun hidup sebagai yatim piatu, sering dihina, dan dikucilkan, tetap teguh dalam perjuangannya. “Begitu juga dengan para penghafal Al-Qur’an, jangan pantang menyerah sampai mutqin 30 juz. Tasmi’ ini adalah bentuk perjuangan untuk menjaga hafalan agar tetap mutqin,” tegas beliau.

Kegiatan tasmi’ bil ghoib 30 juz ini tidak hanya menjadi syarat wisuda, tetapi juga momentum spiritual yang mengajarkan ketekunan, kesabaran, dan kecintaan mendalam pada Al-Qur’an. Semangat para santri Al Muanawiyah menunjukkan bahwa menjaga hafalan bukan sekadar kewajiban, melainkan jalan menuju keberkahan hidup di dunia dan akhirat.

Ikuti terus rangkaian kegiatan Wisuda Tahfidz II Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah di youtube Al-Muanawiyah

dan kanal Instagram Al-Muanawiyah

Seleksi Wisuda Tahfidz 2025 PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Seleksi Wisuda Tahfidz 2025 PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Pada Kamis, 21 Agustus 2025 Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Al Muanawiyah Jombang melaksanakan seleksi wisuda tahfidz bagi para santriwati. Kegiatan ini menjadi ajang penting untuk mengukur kemampuan bacaan Al-Qur’an santri sekaligus penentu santri lolos wisuda tahun ini.

Wisuda Tahfidz ini merupakan agenda rutin untuk memberikan penghargaan kepada santriwati yang telah mencapai target hafalan maupun bacaan Al-Qur’an dengan baik. Tahun ini menjadi pelaksanaan wisuda tahfidz kedua, dengan dua kategori, yaitu Bil Ghoib (hafalan) dan Binnadzor (membaca Al-Qur’an dengan tartil dan sesuai kaidah tajwid). Kedua kategori ini menunjukkan bahwa pesantren tidak hanya menekankan pada aspek hafalan, tetapi juga kualitas bacaan yang benar. Sehingga santri benar-benar siap menjadi generasi Qur’ani yang seimbang antara hafalan dan tilawah.

Baca juga: Santri Pramuka, Potret Santri Tangguh Berakhlak Mulia

Semarak Seleksi Wisuda Tahfidz 2025

Seleksi ini diadakan dengan tujuan memastikan bahwa santri yang terpilih benar-benar memiliki kualitas bacaan yang baik, tartil, dan sesuai dengan kaidah tajwid. Selain itu, proses ini juga menumbuhkan semangat belajar Al-Qur’an di kalangan santri lainnya agar terus meningkatkan mutu hafalan dan bacaannya. Suasana seleksi berjalan khidmat sekaligus penuh semangat. Para santri menampilkan bacaan terbaik mereka dengan harapan bisa masuk dalam daftar wisudawati tahun ini.

seleksi wisuda tahfidz 2025 binnadzor. ujian tartil Al-Qur'an, ujian membaca Al-Qur'an santri putri pondok pesantren tahfidz Jombang. Santri putri sedang setoran ke ustadz
Potret seleksi wisuda tahfidz binnadzor di PPTQ Al Muanawiyah Jombang (25/8/2025)

Tercatat ada 30 peserta yang mengikuti seleksi. Setelah melalui penilaian ketat, sebanyak 20 santri dinyatakan lolos untuk melangkah ke tahap wisuda. Hasil ini menjadi bukti kesungguhan para santriwati dalam menjaga dan memperindah bacaan Al-Qur’an mereka.

Seleksi dilakukan dengan sistem maju satu per satu. Setiap peserta diminta membaca satu halaman Al-Qur’an secara tartil di hadapan para penguji. Setelah itu, mereka mendapat lima pertanyaan seputar hukum tajwid untuk menguji pemahaman teori yang mendukung praktik bacaan.Dua penguji yang dipercaya dalam kegiatan ini adalah Ustadz Mustahal dan Ustadz Musthofa. Keduanya memberikan penilaian objektif, mencakup kelancaran bacaan, ketepatan hukum tajwid, serta adab membaca Al-Qur’an.

Semangat Santri dan Harapan Ke Depan

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah berharap kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang seleksi formal, tetapi juga menjadi motivasi bagi seluruh santri untuk terus memperdalam ilmu Al-Qur’an, baik dari sisi hafalan maupun pemahaman tajwidnya. Dengan adanya seleksi wisuda tahfidz ini, PPTQ Al Muanawiyah menegaskan komitmennya dalam mencetak generasi Qur’ani. Generasi yang tidak hanya menghafal, tetapi juga menjaga kesucian bacaan Al-Qur’an dengan penuh tanggung jawab.

Motivasi Menghafal Al-Qur’an: Tidak Mondok Bukan Hambatan

Motivasi Menghafal Al-Qur’an: Tidak Mondok Bukan Hambatan

Al MuanawiyahPerjalanan menghafal Al-Qur’an sering kali dianggap bergantung pada faktor eksternal, seperti sekolah Islam, fasilitas pesantren, atau dukungan lingkungan. Padahal kenyataannya, porsi terbesar justru ada pada tekad dari dalam diri. Tanpa keteguhan hati, hafalan akan mudah terhenti meskipun sarana sudah tersedia. Inilah cerita tentang motivasi menghafal Al-Qur’an.

Ia adalah Qori Qonitatuz Zahra, 25 tahun, asal Jombang. Bukanlah santri mukim di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang, juga belum pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren. Ia hanya mengikuti setoran hafalan, namun semangatnya dalam menghafal Al-Qur’an luar biasa. Pada September 2025 mendatang, Qori akan menjadi salah satu dari 25 santri yang diwisuda tahfidz.

gambar santri Qori Qonitatuz Zahra sedang melakukan tasmi' hafalan 25 juz
Tasmi’ hafalan 25 juz Qori Qonitatuz Zahra

Menariknya, Qori adalah satu-satunya anak di keluarganya yang menekuni jalan sebagai penghafal Al-Qur’an. Latar belakang keluarganya bukan lulusan pesantren, sehingga perjalanannya penuh tantangan. Ia harus menghadapi kesulitan membagi prioritas, ditambah dengan masalah internal keluarga yang turut memengaruhi semangatnya.

Awal Perjalanan Menghafal

Qori mulai menghafal sejak duduk di bangku SD. Setelah menuntaskan jilid mengaji, ia melanjutkan ke kelas membaca Al-Qur’an sekaligus hafalan di kelas 4 SD. Lulus SMP, ia sudah mengantongi 8 juz hafalan. Namun, motivasi awalnya hanya sebatas menyelesaikan program di Sekolah Islam Terpadu. Sehingga ketika melanjutkan ke SMA Negeri, semangat itu meredup.

Tiga tahun di SMA menjadi masa berhentinya hafalan. Ia masih sempat murojaah pada kelas 10 SMA. Namun pengalaman dibully, perasaan malu, dan sulitnya membagi prioritas membuatnya berhenti hafalan. Ia tetap berusaha berpakaian syar’i dan mengikuti kajian rutin, meski diejek teman dan guru dengan sebutan “bu hajjah”. “Saya merasa hidup saya kosong selama SMA itu,” kenangnya.

Bangkit Kembali di Perguruan Tinggi

Perjalanan berubah saat ia kuliah di Universitas Airlangga. Awalnya Qori tidak berniat melanjutkan hafalan, tetapi Allah menakdirkan ia bertemu dengan informasi pendaftaran asrama mahasiswa yang memiliki program tahfidz, dan diterima. “Sepertinya itu berkat doa orangtua yang ingin anaknya jadi penghafal Al-Qur’an, saya ndak minta,” jelasnya sambil terkekeh.

Meski sempat kehilangan hafalan karena berhenti tiga tahun, Qori berusaha bangkit. Ia membagi waktu antara hafalan dengan kuliah, organisasi, lomba, dan pekerjaan. Tidur lebih malam dan bangun lebih pagi menjadi rutinitasnya. Ketekunan itu membuahkan hasil, ia memperoleh beasiswa tahfidz bebas UKT (Uang Kuliah Tunggal) selama 4 semester. Saat lulus Diploma 3, ia berhasil meraih penghargaan mahasiswa berprestasi tingkat fakultas. Pasca menuntaskan studi Diploma 4, hafalannya bertambah hingga 22 juz, dan ia melanjutkannya di PPTQ Al Muanawiyah Jombang.

Baca juga: Nyaris Menyerah, A’yun Lulus Wisuda Tahfidz dan Beasiswa

Keberkahan dari Al-Qur’an

Qori menyadari bahwa perjuangan menghafal Al-Qur’an penuh ujian, tetapi justru mendatangkan banyak kemudahan. Ia merasa dikuatkan dari trauma, dijauhkan dari pekerjaan yang kurang baik, hingga dianugerahi beasiswa kuliah. “Alhamdulillah, sulit-sulitnya jalan yang dihadapi, saya selalu anggap bahwa ini cara Allah membersihkan dan menjauhkan saya dan keluarga dari keburukan,” ungkapnya.

Ia juga berterimakasih kepada pengasuh pondok, Ayah Amar dan Uma Ita Harits, yang telah mengizinkannya melanjutkan hafalan di sana. Bersyukur bertemu dengan tempat yang sesuai. “Program di sini sangat mendukung untuk memutqinkan hafalan, seperti menyetorkan hafalan lama atau nyangking setiap setoran dan tasmi’,” tambahnya. Dia mengkhatamkan hafalannya di PPTQ Al Muanawiyah Jombang, setelah 14 tahun lamanya berjuang.

Motivasi menghafal Al-Qur’an

Sebagai penutup, Qori berpesan kepada para penghafal Al-Qur’an yang sedang berjuang:

“Teruskan jalanmu, jangan berhenti meskipun belum terlihat hasilnya di depan mata. Kita tidak pernah tahu dari amalan apa keberkahan dan kemudahan hidup yang kita dapatkan. Para penghafal Al-Qur’an, yang sudah jelas janji Allah akan dimuliakan, InsyaAllah akan mendapatkan itu. Yakin, harus percaya penuh.”

Kisah Qori Qonitatuz Zahra menjadi bukti nyata bahwa motivasi menghafal Al-Qur’an tidak lahir dari kondisi yang serba mudah, melainkan dari kesungguhan hati. Dengan tekad yang kuat dan doa orang tua, jalan menghafal Al-Qur’an akan selalu terbuka, meski penuh liku.

Cerita Inspiratif Penghafal Al-Qur’an dari Entrepreneur Muda

Cerita Inspiratif Penghafal Al-Qur’an dari Entrepreneur Muda

Al-MuanawiyahIrma Nurlailatul Mafaza, akrab disapa Nafa, adalah sosok inspiratif berusia 21 tahun asal Gresik. Saat ini ia merupakan santri kelas tahfidz murni di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang, sekaligus mahasiswa STAI Ar Rasyid jurusan Pendidikan Agama Islam. Tidak hanya fokus pada pendidikan dan hafalan, Nafa juga mengelola bisnis Mafaza Fashion yang bergerak di bidang pakaian muslimah seperti abaya dan jilbab, yang sudah berjalan selama satu tahun. Kisahnya layak menjadi cerita inspiratif penghafal Al-Qur’an bagi generasi muda.

cerita inspiratif penghafal Al-Qur'an santri putri tahfidzul Qur'an pondok pesantren tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang
Nafa, santri PPTQ Al Muanawiyah yang mengisahkan cerita inspiratif penghafal Al-Qur’an

Awal Perjalanan di PPTQ Al Muanawiyah

Sejak tahun 2021, Nafa resmi menjadi santri di PPTQ Al Muanawiyah. Sebelumnya ia sempat mondok di Kediri dengan membawa hafalan 16 juz. Ia menemukan pondok ini melalui pencarian Google, bukan rekomendasi orang lain. Salah satu alasan memilih pondok ini adalah program tahfidz yang kuat, biaya yang terjangkau, serta fleksibilitas untuk tetap bisa kuliah.

Di awal masuk, jumlah santri hanya sekitar 23 orang. Namun, program yang ditawarkan pondok cukup unggul, salah satunya adalah tilawah lima juz sehari. Menurut Nafa, program ini sangat membantu terutama bagi pembelajar tipe audio yang lebih mudah mengingat ayat-ayat Al-Qur’an dengan sering mendengar bacaan. Selain itu, jadwal pondok yang tertata rapi antara tilawah, murojaah, dan ziyadah membuat manajemen waktu santri semakin terarah.

Baca juga: Nyaris Menyerah, A’yun Lulus Wisuda Tahfidz dan Beasiswa

Dukungan dan Motivasi dalam Menghafal

Nafa menuturkan bahwa dukungan dari orang tua, teman, dan pengasuh sangat berpengaruh dalam perjalanan hafalannya. Ayah Amar, pengasuh pondok, rutin memberikan motivasi sehingga semangatnya selalu terjaga. “Sempat kurang percaya diri dengan kemampuan, tapi Ayah Amar selalu memberikan motivasi sehingga bisa bangkit kembali,” ungkapnya.

Tidak jarang ia menghadapi kesulitan, terutama saat harus menghafal ayat-ayat yang sulit dan mudah lupa. Namun, program tilawah lima juz sehari membuat hafalan semakin kuat. Nafa juga harus membagi waktu dengan kuliah, menyimak hafalan teman, amanah pondok, serta mengurus bisnis yang ia jalani.

tasmi' hafalan Al-Qur'an santriwati Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Al Muanawiyah
Nafa dalam kegiatan tasmi’ hafalan di PPTQ Al Muanawiyah

Baca juga: Metode Sambung Ayat dan Tasmi’ Agar Hafalan Mutqin

Dari Awal Niat hingga Wisuda Tahfidz

Keinginan menghafal Al-Qur’an sudah muncul sejak kelas 7 SMP. Saat itu, Nafa mencoba menghafal sambil sembunyi-sembunyi karena ingin melakukannya secara pribadi. Dorongan semakin kuat ketika mendengar harapan orang tuanya yang ingin memiliki anak penghafal Al-Qur’an. Di kelas 9 SMP, ia akhirnya menyampaikan keinginan itu secara langsung kepada orang tuanya.

Namun, jalan menuju 30 juz tidaklah mudah. Ada pengorbanan besar, seperti tidak lagi aktif dalam lomba dan organisasi karena fokus pada hafalan di pondok. Setelah delapan tahun berproses, pada Agustus 2024 Nafa berhasil menuntaskan setoran hafalan 30 juz di PPTQ Al Muanawiyah. Tahun ini, ia juga termasuk dalam salah satu santri yang akan mengikuti wisuda tahfidz bil ghoib.

Pesan Motivasi untuk Sesama Penghafal

Bagi Nafa, perjalanan menjadi penghafal penuh dengan suka duka. Meski sempat jatuh bangun, ia tetap teguh menjaga niat. Kisahnya menjadi cerita inspiratif penghafal Al-Qur’an yang meneguhkan semangat banyak orang. Kepada para penghafal Al-Qur’an lainnya, ia berpesan:

“Teruslah berjuang, kegagalan itu pasti ada. Tapi selagi kita selalu berjuang, kita akan menemukan titik keberhasilan. Jadi habiskan porsi kegagalanmu. Semisal 1 orang punya porsi 1000 kegagalan sebelum sukses, kita sudah 1 kali gagal. Maka masih ada jatah gagal 999 kali.”

Perjalanan Nafa menunjukkan bahwa ketekunan, dukungan lingkungan, dan program pondok yang terarah dapat membawa seorang santri mencapai khatam 30 juz. Di sini, setiap santri merasakan manfaat dari tilawah rutin, jadwal murojaah yang disiplin, serta bimbingan pengasuh yang penuh motivasi. Semua proses itu akan bermuara pada momen istimewa, yaitu Wisuda Tahfidz, saat para penghafal Al-Qur’an menuntaskan perjuangannya dengan penuh haru.

Motivasi Penghafal Al-Qur’an: Hafal 18 Juz di Usia 14 Tahun

Motivasi Penghafal Al-Qur’an: Hafal 18 Juz di Usia 14 Tahun

Al-Muanawiyah – Di usia yang masih sangat muda, Syafa’ah Putri Rahmawan sudah memberikan motivasi penghafal Al-Qur’an yang menginspirasi. Santri asal Lamongan ini kini duduk di kelas 9 SMP dan telah menghafal 18 juz Al-Qur’an. Perjalanan ini dimulai dua tahun lalu, ketika ia memutuskan untuk mondok di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang.

Sebelum mondok, Syafa’ah sudah menghafal 2 juz. Motivasi awalnya datang dari acara hafidz cilik di televisi. Ia kagum melihat anak-anak seusianya mampu menghafal Al-Qur’an. Keinginan itu semakin kuat ketika menemukan pondok khusus putri dengan biaya terjangkau.

gambar santri putri yatim di Pondok Pesantren Tahfidz Putri Al Muanawiyah Jombang
Syafa’ah, sosok santriwati pondok tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang yang memotivasi penghafal Al-Qur’an

Perjuangan terbesarnya adalah melawan rasa malas. Target pribadinya satu juz per bulan. “Kalau mulai malas, ingat target. Jalani terus aja, nanti perlahan akan sampai,” kenangnya, mengulang pesan motivasi dari salah satu pembimbing. Hidup di pondok juga membuatnya merasa tidak sendirian, karena dikelilingi teman seperjuangan dan rutin mendapatkan motivasi penghafal Al-Qur’an dari ustadz dan ustadzah.

Baca juga: Tips Murojaah Hafalan Al-Qur’an Ala Pesantren Tahfidz

Syafa’ah juga aktif sebagai petugas ubudiyah dan sekretaris kamar. Meski pernah menghadapi konflik kecil dalam pertemanan, hal itu tak sampai mengganggu hafalan. Kehilangan sosok ayah di akhir kelas 6 SD justru menjadi titik tekadnya untuk lebih bersungguh-sungguh, apalagi keluarga mendukung penuh langkahnya.

Tips hafalan versinya sederhana: sering-sering nderes. Setoran setelah Subuh, murojaah sore, dan mengulang sebelum tidur. Target setoran satu halaman, murojaah dua halaman. Ia juga menyukai program Jumat malam yang beragam—dari manakiban, diba’an, hingga sesi motivasi—yang menjadi penyemangat tambahan.

Baca juga: 5 Alasan Kenapa Kita Harus Menghafal Al-Qur’an

Menjelang Wisuda Tahfidz 2025

Syafa’ah adalah satu dari 20 an santri yang akan mengikuti wisuda tahfidz 2025 dalam kategori wisuda binadzor. Kategori tersebut diperuntukkan bagi santri yang telah menuntaskan membaca Al-Qur’an 30 juz selama mondok di PPTQ Al Muanawiyah Jombang. Tidak hanya telah selesai membaca 30 juz, bacaannya juga harus dipastikan benar secara tajwid, makhorijul huruf, dan indikator pelafalan lainnya. Berikutnya, santri juga harus lolos tes dan menyetorkan hafalan surat dan doa-doa penting.

Menjelang Wisuda Tahfidz 2025, ia mempersiapkan diri dengan mempelajari tajwid, makhorijul huruf, serta menuntaskan hafalan surat-surat penting seperti Al-Kahfi dan Ar-Rahman. “Rasanya senang sekali bisa sampai di titik ini,” ungkapnya penuh syukur.

Untuk teman-teman yang sedang berjuang, Syafa’ah berpesan,

“Tetap semangat, kita sama-sama berjuang sampai tujuan.”

Sebuah pesan sederhana, namun sarat makna bagi siapa pun yang ingin menapaki jalan mulia para penghafal Al-Qur’an. Baca kisah inspiratif dari ketua OSIS penghafal Al-Qur’an.

Jadi Ketua OSIS Tak Menghalangi Sania Ikut Wisuda Binadzor

Jadi Ketua OSIS Tak Menghalangi Sania Ikut Wisuda Binadzor

Sania Aulia Nuraini, santri kelas 9 SMP asal Tulungagung, saat ini menjadi calon peserta wisuda binadzor di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah. Di usianya yang baru 14 tahun, ia telah menghafal 12 juz Al-Qur’an. Perjalanan menghafalnya dimulai dua tahun lalu, sejak pertama kali masuk pondok. Sebelumnya, Sania telah hafal surat An-Naas hingga Adh-Dhuha.

Meski sempat merasa iri kepada teman-teman yang lebih dulu banyak hafalannya, ia memilih untuk mengejar ketertinggalan. “Allah memberikan bantuan dengan menunda haid, karena ketika haid tidak bisa menghafal Al-Qur’an. Jadi sekarang lebih cepat,” jelasnya.

Baca juga: Motivasi Penghafal Al-Qur’an: Hafal 18 Juz di Usia 14 Tahun

Awalnya, keinginan untuk menghafal datang dari tawaran orang tua, dari mengenal tetangga penghafal Al-Qur’an yang lebih dahulu memulai hafalan. Setelah persiapan selama dua bulan, Sania pun memulai mondok dan menjalani prosesnya dengan penuh semangat.

Motivasi penghafal Al Quran wisuda binadzor ketua osis. Santriwati membaca Al Quran di masjid
Sania, sosok ketua OSIS yang akan mengikuti wisuda binadzor

Kini, ia juga dipercaya sebagai Ketua OSIS SMP Quran Al Muanawiyah. Di tengah padatnya kegiatan sekolah dan organisasi, ia tetap konsisten mengatur waktu hafalan. Usai setoran, ia langsung menyiapkan setoran berikutnya agar waktu lain bisa dimanfaatkan untuk rapat, persiapan lomba, dan agenda lainnya. Targetnya adalah dapat menghafal satu juz per bulan.

“Ketika selesai tasmi’ juz 1–5, saya menyadari bahwa diri saya mampu mengejar target,” tuturnya. Dari yang awalnya tertinggal, kini Sania justru telah melampaui beberapa teman. Hal ini menjadi motivasi penghafal Al-Qur’an bagi dirinya sendiri untuk terus semangat menuju khatam.

Saat semangatnya menurun, Sania memilih berbagi cerita kepada kakak tingkat di pondok. Ia merasa lingkungan pondok sangat mendukung prosesnya, karena bisa bersama dengan teman-teman seperjuangan.

Sempat Ragu Mendaftar Wisuda Binadzor

Sebelum mendaftar seleksi wisuda binadzor, sempat muncul keraguan. Ujian yang harus dihadapi cukup berat, mencakup tartil, tajwid, makharijul huruf, hingga setoran hafalan surat tertentu. Namun, ia tetap melangkah dan mulai menarget binadzor satu juz per hari dengan disimak langsung oleh ustadzah.

Sania merupakan anak pertama di keluarganya yang menjadi penghafal Al-Qur’an. Ia merasakan manfaat mondok, salah satunya adalah kedekatan dengan keluarga yang lebih terasa. “Dengan mondok, saya justru merasa lebih dekat dengan keluarga—salah satu kelebihan dibanding menghafal di rumah bersama orang tua,” ungkapnya.

Sebagai motivasi penghafal Al-Qur’an, Sania berpesan kepada teman-teman yang sedang berjuang:

“Semangat. Berjuang itu susah, tapi nanti enaknya di akhirat.”