Hikmah Surat Al-Asr dan Relevansinya dalam Kehidupan

Hikmah Surat Al-Asr dan Relevansinya dalam Kehidupan

Al MuanawiyahSurat Al-Asr menjadi salah satu surat pendek yang sarat makna. Meski ringkas, kandungannya sangat dalam. Bahkan Imam Syafi’i menyatakan bahwa surat ini cukup sebagai pedoman hidup. Intinya sangat kuat, karena ayat-ayatnya mengingatkan manusia tentang waktu, iman, amal, kebenaran, dan kesabaran. Dalam artikel ini, kita membahas hikmah surat Al Asr serta penerapannya dalam rutinitas harian.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

وَالْعَصْرِۙ (1)
اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ (2)
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِۗ (3)

Terjemahan:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran.”

Makna Waktu dalam Surat Al-Asr

Waktu digambarkan sebagai sesuatu yang terus berjalan. Nyatanya, detik berlalu tanpa bisa kembali lagi. Oleh karena itu, ayat pertama surat ini mengingatkan bahwa manusia berada dalam kerugian jika tidak memanfaatkan waktu. Sementara itu, banyak orang menyia-nyiakan waktu dengan hal yang tidak bermanfaat. Maka dari itu, kita perlu mengatur jadwal dengan baik agar waktu terasa lebih berkah.

Iman bukan hanya keyakinan. Biasanya, iman tercermin melalui tindakan. Dengan demikian, ayat kedua menegaskan pentingnya amal saleh. Contohnya, membantu orang tua, menjaga kebersihan, atau menepati janji. Aktivitas sederhana tersebut dapat menjadi bentuk aktualisasi iman. Adakalanya kita lalai, namun surat ini mengingatkan kita untuk tetap berbuat baik, bahkan dalam hal kecil.

Baca juga: Hikmah Surat At Takatsur: Peringatan Agar Tidak Lalai oleh Dunia

Saling Menasihati dalam Kebenaran dan Bersabar

Lingkungan baik mendorong perilaku baik. Itulah sebabnya, kita dianjurkan saling menasihati. Bahkan lebih jauh, saling menasihati menjaga stabilitas sosial. Misalnya, mengingatkan teman untuk tidak bergosip atau mengajak saudara menjaga shalat. Dalam jangka panjang, tindakan kecil menciptakan komunitas yang sehat dan saling mendukung.

gambar orang melarang temannya merokok ilustrasi saling menasehati dalam hikmah surat al asr
Contoh penerapan hikmah surat Al Asr: saling menasehati (sumber: freepik)

Kesabaran menjadi penutup surat ini. Seringkali tantangan muncul tanpa diduga. Kadang-kadang rencana tidak berjalan mulus. Namun, kesabaran membuat hati tetap tenang. Selain itu, kesabaran menjaga kita dari keputusan tergesa-gesa. Intinya, sabar bukan pasif, melainkan usaha aktif mengendalikan diri.

Baca juga: Adab Berteman dalam Kitab Washiyatul Musthofa

Hikmah Surat Al Asr dalam Kehidupan Sehari-Hari

Surat ini tetap relevan. Dalam rutinitas harian yang sibuk, kita perlu mengingat empat pilar utama: waktu, iman, amal, dan kesabaran. Misalnya, mengatur prioritas harian, menjaga ibadah, membantu orang, dan tetap tenang menghadapi masalah. Dengan begitu, hikmah surat al asr terasa nyata dalam kehidupan. Bahkan lebih jauh, nilai-nilainya membantu kita membangun karakter yang kuat.

Surat Al-Asr mengajarkan konsep hidup yang sederhana namun mendalam. Nilainya sangat aplikatif bagi remaja hingga orang dewasa. Sesungguhnya, siapa pun yang menerapkan ajarannya akan merasakan perubahan positif. Dengan demikian, hikmah surat Al Asr menjadi pedoman yang relevan sepanjang masa

Qiroat Sab’ah dan Ragam Tradisi Bacaan Al-Qur’an

Qiroat Sab’ah dan Ragam Tradisi Bacaan Al-Qur’an

Qiroat Sab’ah adalah tujuh corak bacaan Al-Qur’an yang diakui para ulama sejak abad ketiga Hijriah. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan ragam cara membaca ayat dengan perbedaan tertentu. Biasanya perbedaan itu mencakup huruf, harakat, mad, atau cara pengucapan kata. Meskipun berbeda, seluruh bacaan ini sah. Bahkan qiroat ini berasal dari tradisi para imam qiraah yang memiliki sanad kuat hingga Rasulullah SAW.

Pengertian Qiroat Sab’ah

Qiroat Sab’ah berarti tujuh bacaan Al-Qur’an yang dinisbatkan kepada tujuh imam qiraah. Setiap imam memiliki satu qiroat pokok. Lalu bacaan itu diteruskan para rawi hingga menjadi qiraat yang dipakai sampai hari ini. Qiroat ini bukan bacaan baru. Sebaliknya, qiroat ini adalah bagian dari keragaman bacaan yang diajarkan Nabi kepada para sahabat. Variasi itu muncul karena perbedaan dialek Arab yang ada di Jazirah Arab.

gambar beberapa orang membaca Al Qur'an ilustrasi perbedaan qiroat sab'ah dalam membaca Al Quran
Ilustrasi perbedaan qiroat sab’ah dalam membaca Al Qur’an (foto: freepik)

Tujuh Imam Qiroat

Tujuh imam qiroat yang dikenal luas adalah:

  1. Imam Nafi’ al-Madani, dengan rawi Qalun dan Warasy.

  2. Imam Ibn Katsir al-Makki, dengan rawi Al-Bazzi dan Qunbul.

  3. Imam Abu ‘Amr al-Bashri, dengan rawi Ad-Duri dan As-Susi.

  4. Imam Ibn ‘Amir asy-Syami, dengan rawi Hasyim dan Ibn Dzakwan.

  5. Imam ‘Ashim al-Kufi, dengan rawi Hafs dan Syu’bah.

  6. Imam Hamzah al-Kufi, dengan rawi Khalaf dan Khallad.

  7. Imam Al-Kisā’i al-Kufi, dengan rawi Ad-Duri dan Abul Harits.

Ketujuh imam ini terkenal dengan bacaan yang jelas, terjaga, dan bersambung sanadnya. Mayoritas bacaan yang digunakan oleh umat Islam Indonesia adalah riwayat Hafs dari ‘Ashim.

Baca juga: Apa Arti Tartil dalam Membaca Al Quran dan Mengapa Penting?

Riwayat Hafs dan ‘Ashim Paling Banyak Digunakan di Indonesia

Qiroat Sab’ah dipakai dalam banyak tradisi pendidikan Al-Qur’an. Biasanya bacaan ini digunakan di negara yang memakai qiroat setempat sejak lama. Misalnya, riwayat Warasy dari Nafi’ banyak dipakai di Afrika Utara. Riwayat Qalun dipakai di Libya serta sebagian Tunisia. Riwayat Hafs dari ‘Ashim dipakai luas di Timur Tengah dan Asia Tenggara. Bahkan banyak pesantren Indonesia mengajarkan qiroat standar melalui kajian tahsin dan tahfidz.

Baca juga: Keunggulan Pondok Tahfidz Jombang Mencetak Hafizhah Qur’an

Selain itu, qiroat ini dibahas di perguruan tinggi Islam. Biasanya kajian itu masuk dalam mata kuliah Ulumul Qur’an dan Ilmu Qiraat. Para penghafal Al-Qur’an juga mempelajari ragam qiroat sebagai penguatan sanad. Dengan demikian, umat Islam dapat memahami kekayaan bacaan Al-Qur’an secara lebih mendalam.

Qiroat Sab’ah adalah warisan penting dari tradisi bacaan Al-Qur’an. Setiap qiroat memiliki karakter yang berbeda. Namun semuanya kembali pada satu tujuan, yaitu menjaga kemurnian bacaan Al-Qur’an. Pemahaman tentang qiroat ini membantu umat Islam menghargai kekayaan bacaan yang diwariskan para imam qiraah.

Jika Anda tertarik memperdalam hafalan Al-Qur’an sesuai tata baca yang tepat dalam lingkungan yang terarah, PPTQ Al Muanawiyah membuka kesempatan bagi santri baru untuk belajar langsung dengan bimbingan guru berpengalaman. Informasi pendaftaran dapat diakses melalui website resmi. Anda bisa mulai menempuh perjalanan menghafal Al-Qur’an dengan lebih terarah dan menyeluruh.

Keunggulan Pondok Tahfidz Jombang Mencetak Hafizhah Qur’an

Keunggulan Pondok Tahfidz Jombang Mencetak Hafizhah Qur’an

Jombang telah lama dikenal sebagai kota santri. Tradisi keilmuan Islam berkembang sejak berdirinya pesantren legendaris seperti Pondok Pesantren Tebuireng yang didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari, serta Pondok Pesantren Tambakberas yang dirintis oleh KH Abdul Wahab Hasbullah. Seiring perjalanan waktu, berbagai lembaga tahfidz tumbuh di daerah ini. Karena itu, wajar jika banyak orang tua memilih pondok tahfidz Jombang sebagai tempat bagi anak mereka untuk memperdalam hafalan Al-Qur’an. Tradisi Qurani menjadi kekuatan utama pendidikan tahfidz di wilayah ini.

Santri di Jombang dibiasakan bangun sebelum subuh. Mereka memulai hari dengan muroja’ah. Setelah itu, kegiatan talaqqi dilakukan bersama ustadz. Cara ini meniru metode klasik yang menekankan ketelitian bacaan. Intinya, hafalan harus dijaga melalui pengulangan yang teratur. Dalam beberapa pesantren, santri juga mengikuti tasmi’ pekanan. Kegiatan ini menjadi sarana evaluasi hafalan agar tetap kuat dan stabil.

Metode Tahfidz yang Terbukti Efektif

Banyak pesantren di Jombang menggabungkan metode takrir dan tasmi’. Santri mengulang ayat secara mandiri. Kadang-kadang mereka saling menyimak untuk memperbaiki bacaan. Biasanya, jadwal setoran dilakukan dua kali sehari. Kegiatan tersebut membangun kedisiplinan dan konsistensi. Beberapa pondok memiliki program bertingkat agar santri dapat berkembang sesuai kemampuan.

Di sisi lain, perkembangan teknologi turut dimanfaatkan. Aplikasi rekaman membantu santri mengevaluasi bacaan mereka sendiri. Namun, pemakaian teknologi tetap dibatasi agar tidak mengganggu adab belajar. Para guru berpengalaman selalu mendampingi proses tahfidz. Dengan cara itu, kekeliruan bacaan dapat diperbaiki sejak dini. Hingga kini, pondok tahfidz Jombang tetap menjadi pusat pendidikan Qurani yang dipercaya masyarakat.

gambar santri putri sedang mengaji Al Qur'an disimak teman lain
Pelaksanaan kegiatan tasmi’ hafalan di Pondok Tahfidz Al Muanawiyah Jombang

Pembinaan Karakter dalam Tradisi Pesantren

Santri tidak hanya diminta menghafal. Mereka juga dididik untuk menjaga akhlak. Para ustadz mengingatkan bahwa hafalan harus membentuk karakter. Santri diarahkan menjadi pribadi yang rendah hati dan disiplin. Hasilnya, banyak alumni tampil sebagai guru tahfidz, imam masjid, dan pembina Qurani di berbagai daerah. Mereka membawa nilai-nilai pesantren yang santun dan penuh adab.

Di tengah tradisi tersebut, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang hadir dengan konsep pembinaan hafalan yang terarah. Programnya menggabungkan disiplin tahfidz dan pembinaan karakter. Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut, Anda dapat mendaftarkan putri Anda melalui website resmi Al Muanawiyah. Semoga langkah ini menjadi awal perjalanan Qurani yang berkah.

Asbabun Nuzul At Takatsur dan Pesan Penting di Baliknya

Asbabun Nuzul At Takatsur dan Pesan Penting di Baliknya

Surah At Takatsur sering dibaca, namun pembahasan asbabun nuzul At Takatsur kadang terlewat. Padahal, sejarah turunnya surah ini memberi pelajaran berharga. Bahkan, ajarannya sangat relevan bagi kehidupan modern.

Latar Belakang Turunnya Surah At Takatsur

Menurut Imam Ibnu Katsir, asbabun nuzul At Takatsur berkaitan dengan dua kabilah Anshar. Keduanya adalah Bani Haritsah dan Bani Al Harits. Mereka, dalam riwayat itu, saling membanggakan jumlah kelompoknya. Bahkan, persaingan itu berkembang hingga menghitung orang yang telah wafat.

Dalil lengkapnya disebutkan sebagai berikut:

نَزَلَتْ فِي قَبِيلَتَيْنِ مِنْ قَبَائِلِ الْأَنْصَارِ، فِي بَنِي حَارِثَةَ وَبَنِي الْحَارِثِ، تَفَاخَرُوا وَتَكَاثَرُوا…
فَأَنْزَلَ اللَّهُ: أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ…

Artinya:
“Surat ini diturunkan berkenaan dua kabilah Anshar, yaitu Bani Haritsah dan Bani Haris. Mereka saling membanggakan dan bersaing dalam hal banyaknya kelompok mereka… Lalu turunlah firman Allah: ‘Bermegah-megahan telah melalaikan kalian, sampai kalian masuk ke dalam kubur.’” (Sumber: NU Online, Tafsir Ibnu Katsir)

Riwayat ini menggambarkan bagaimana manusia bisa terjebak dalam kompetisi yang tidak bermanfaat. Bahkan, kadang mereka melampaui batas demi mempertahankan gengsi.

gambar orang arab sedang menunggang unta di padang pasir
Ilustrasi kaum anshar dalam asbabun nuzul surat At Takatsur (sumber: freepik)

Pesan Penting dari Surah At Takatsur

Ayat pertama menegur manusia yang lalai karena bermegah-megahan. Biasanya, kesibukan dunia membuat manusia lupa hakikat hidup. Namun, teguran ini bukan sekadar peringatan keras. Sebaliknya, ajaran ini mengajak manusia kembali pada kesadaran spiritual.

Kemudian, ayat berikutnya menyebut ancaman melihat neraka. Intinya, setiap nikmat akan dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, Islam mengingatkan pentingnya keseimbangan antara dunia dan akhirat.

Baca juga: Surat Al Adiyat: Penjelasan, Asbabun Nuzul dan Tafsirnya

Relevansi Surah At Takatsur bagi Generasi Sekarang

Dalam kehidupan modern, fenomena perlombaan sosial tampak semakin nyata. Bahkan, media sosial sering memicu budaya pamer. Namun, memahami asbabun nuzul At Takatsur membantu umat Islam menata prioritas hidup.

Faktanya, manusia mudah terjebak dalam kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain. Tetapi, surah ini mengingatkan bahwa nilai sejati manusia ada pada ketakwaan, bukan jumlah harta.

Selain itu, mempelajari Surah At Takatsur membantu kita melihat kembali cara memaknai nikmat. Banyak orang mengejar pencapaian materi, namun lupa bahwa ketenangan hati datang dari kesadaran spiritual. Karena itu, ajaran dalam surah ini mengajak kita menata ulang prioritas hidup. Nyatanya, manusia sering terjebak dalam persaingan yang tidak memberi manfaat akhirat. Dengan memahami konteks turunnya ayat, umat Islam dapat lebih bijak dalam bersikap. Pada akhirnya, pesan Surah At Takatsur menguatkan kita agar selalu rendah hati dan fokus pada amal baik yang membawa kebaikan abadi.

Hikmah surah At Takatsur menghadirkan pelajaran besar tentang makna hidup. Oleh karena itu, memahami sejarah turunnya surah ini penting untuk meningkatkan kesadaran diri. Pada akhirnya, Islam mengajarkan manusia agar tetap seimbang antara usaha dunia dan persiapan akhirat.

Hikmah Surat At Takatsur: Peringatan Agar Tidak Lalai oleh Dunia

Hikmah Surat At Takatsur: Peringatan Agar Tidak Lalai oleh Dunia

Surat At Takatsur merupakan salah satu surat pendek dalam Al-Qur’an yang sering dibaca dalam shalat, namun memiliki makna yang sangat dalam. Surat ke-102 ini terdiri dari delapan ayat dan turun di Makkah (makkiyah). Tema utamanya adalah peringatan Allah terhadap manusia yang terlena oleh kesenangan dunia dan lupa pada akhirat. Melalui memahami hikmah surat At Takatsur, kita bisa belajar menata hati agar tidak terperangkap dalam kesombongan harta dan jumlah.

Isi dan Makna Surat At Takatsur

Surat At Takatsur diawali dengan firman Allah:

“Alhākumut-takāthur” — Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.

Ayat pertama ini menggambarkan bagaimana manusia sering berlomba-lomba dalam memperbanyak harta, kedudukan, bahkan pengikut. Persaingan itu akhirnya membuat mereka lupa pada tujuan hidup sebenarnya, yaitu beribadah dan menyiapkan bekal akhirat.

gambar istana megah yang indah
Ilustrasi bermegah-megahan dalam hikmah surat At Takatsur (sumber: freepik)

Ayat-ayat berikutnya menegaskan bahwa manusia baru akan menyadari kesalahan itu ketika sudah memasuki alam kubur. Di sana, semua kebanggaan dunia tidak lagi berarti. Allah menegaskan bahwa setiap manusia akan ditanya tentang nikmat-nikmat yang telah diterimanya.

Intinya, surat At Takatsur mengajarkan agar manusia tidak terbuai oleh kuantitas, melainkan fokus pada kualitas amal dan ketulusan hati.

Baca juga: Hikmah Surat Al Qori’ah dan Pesan yang Terkandung Di Dalamnya

Hikmah Surat At Takatsur

  1. Menanamkan Kesadaran Akhirat
    Surat ini menegaskan bahwa kehidupan dunia bersifat sementara. Kekayaan dan jabatan tidak akan membantu di hadapan Allah, kecuali amal saleh.

  2. Melatih Zuhud dan Syukur
    Dengan memahami hikmah surat At Takatsur, kita belajar untuk tidak berlebihan dalam mengejar dunia, namun tetap bersyukur atas rezeki yang diberikan.

  3. Menghindari Persaingan yang Sia-sia
    Ayat-ayatnya mengingatkan agar tidak terjebak dalam gengsi sosial, seperti bermegah-megahan atau membandingkan diri dengan orang lain.

  4. Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab Spiritual
    Allah berfirman bahwa setiap nikmat akan dipertanyakan. Ini menjadi pengingat bahwa semua yang kita miliki: waktu, ilmu, harta, yang akan dimintai pertanggungjawaban.

  5. Mengajak Introspeksi Diri
    Surat At Takatsur mendorong umat Islam untuk merenung: sejauh mana hidup ini diarahkan untuk kebaikan dan ibadah?

Relevansi Surat At Takatsur di Zaman Modern

Pada era media sosial dan konsumerisme saat ini, pesan surat At Takatsur terasa semakin relevan. Banyak orang terjebak dalam perlombaan citra dan harta: jumlah pengikut, barang bermerek, atau pencapaian material.
Namun, Islam mengingatkan bahwa ukuran sejati bukanlah kekayaan, tetapi ketakwaan dan keikhlasan amal. Dengan memahami pesan ini, kita bisa hidup lebih tenang, fokus pada makna, bukan sekadar angka.

Baca juga: Suasana Pondok Tahfidz Putri: Dzikir dan Tilawah Rutinitas Santri

Hikmah surat At Takatsur mengajarkan kita untuk tidak silau oleh gemerlap dunia. Sebaliknya, kita harus berfokus pada amal, keikhlasan, dan syukur. Dunia hanyalah jalan, bukan tujuan akhir.
Dengan meneladani pesan surat ini, semoga kita termasuk orang yang mampu memaknai nikmat dengan bijak dan menjadikannya sarana menuju ridha Allah.

Makna Hari Kiamat dalam Pandangan Al-Qur’an

Makna Hari Kiamat dalam Pandangan Al-Qur’an

Dalam ajaran Islam, hari kiamat merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap Muslim. Percaya akan datangnya hari tersebut berarti mengakui bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara, sedangkan kehidupan akhirat adalah tempat pembalasan yang kekal. Maka, memahami makna hari kiamat bukan hanya soal mengetahui tanda-tandanya, tetapi juga merenungi hikmah dan pesan spiritual yang terkandung di baliknya.

Pengertian dan Makna Hari Kiamat

Secara bahasa, kata kiamat berasal dari akar kata qāma yang berarti “bangkit” atau “berdiri”. Dalam konteks syariat, kiamat berarti saat seluruh makhluk dibangkitkan kembali setelah kematian untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya di dunia.

Makna hari kiamat dalam Islam tidak hanya tentang kehancuran alam semesta, tetapi juga kebangkitan manusia menuju kehidupan yang abadi. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

“Sesungguhnya hari kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya, dan sesungguhnya Allah akan membangkitkan semua orang yang di dalam kubur.”
(QS. Al-Hajj [22]: 7)

Ayat ini menegaskan kepastian datangnya hari pembalasan, di mana segala amal baik maupun buruk akan diperlihatkan tanpa sedikit pun yang tersembunyi.

Baca juga: Makna Syahadat Bagi Muslim Agar Ibadah Menjadi Sah

Tanda dan Tahapan Hari Kiamat

Para ulama membagi tanda-tanda hari kiamat menjadi dua, yaitu kiamat kecil (as-sughra) dan kiamat besar (al-kubra).

  1. Kiamat kecil terjadi pada setiap individu ketika ajal menjemput. Ini menjadi peringatan bahwa kematian adalah gerbang menuju akhirat.

  2. Kiamat besar adalah kehancuran seluruh alam semesta, yang ditandai dengan tiupan sangkakala oleh malaikat Israfil.

Setelah itu, manusia akan melalui tahapan kebangkitan, pengumpulan di Padang Mahsyar, penimbangan amal, hingga masuk surga atau neraka sesuai dengan hisabnya.

gambar pasien pria lansia sedang kritis di rumah sakit
Ilustrasi tanda kiamat kecil (sumber: freepik)

Hikmah di Balik Hari Kiamat

Memahami makna hari kiamat memberikan banyak pelajaran penting bagi kehidupan seorang Muslim:

  1. Menumbuhkan kesadaran akan kefanaan dunia.
    Dunia hanyalah tempat singgah sementara. Segala harta, jabatan, dan kemewahan tidak akan berguna kecuali amal saleh.

  2. Mendorong manusia berbuat baik dan menjauhi maksiat.
    Keyakinan terhadap hari pembalasan membuat seseorang lebih berhati-hati dalam bertindak dan berkata.

  3. Menumbuhkan rasa takut sekaligus harapan kepada Allah.
    Takut akan azab-Nya, namun tetap berharap pada rahmat-Nya yang luas.

  4. Mendidik jiwa agar ikhlas dan bertanggung jawab.
    Karena setiap perbuatan, sekecil apa pun, akan diperhitungkan, maka manusia diajak untuk selalu beramal dengan niat yang tulus.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Zalzalah:

“Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya).”
(QS. Al-Zalzalah [99]: 7–8)

Makna hari kiamat mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia hanyalah persinggahan untuk mengumpulkan bekal menuju kehidupan kekal. Kiamat bukan sekadar peristiwa menakutkan, melainkan momen pembuktian keadilan Allah atas seluruh makhluk-Nya.

Oleh karena itu, marilah kita memperkuat iman, memperbanyak amal saleh, dan memperdalam ilmu agama agar siap menghadapi hari yang pasti datang itu. Karena sesungguhnya, orang yang cerdas adalah yang mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati.

Hikmah Surat Al Qori’ah dan Pesan yang Terkandung Di Dalamnya

Hikmah Surat Al Qori’ah dan Pesan yang Terkandung Di Dalamnya

Surat Al Qori’ah adalah salah satu surat Makkiyah yang berisi peringatan keras tentang hari kiamat. Dengan gaya bahasa yang kuat dan menggugah, surat ini menggambarkan betapa dahsyatnya peristiwa pada hari pembalasan nanti. Dalam Al-Qur’an, hikmah surat Al Qori’ah menjadi pengingat agar manusia tidak terlena oleh dunia dan selalu mempersiapkan bekal amal untuk kehidupan akhirat.

Identitas Singkat Surat Al Qori’ah

Surat Al Qori’ah terdiri dari 11 ayat dan diturunkan di Makkah. Kata Al Qori’ah secara bahasa berarti “ketukan yang keras” atau “suara yang mengguncang”. Para ulama menafsirkan bahwa kata ini menggambarkan kedahsyatan suara yang akan mengguncang manusia pada hari kiamat, membuat hati mereka ketakutan dan bumi bergetar hebat.

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, surat ini berfungsi sebagai peringatan bagi manusia agar tidak tertipu oleh kenikmatan dunia. Ia menekankan bahwa semua amal akan ditimbang, dan tidak ada satu pun yang luput dari penilaian Allah.

Baca juga: Tafsir Al Zalzalah: Setiap Amal Pasti Dipertanggungjawabkan

Kandungan Surat Al Qori’ah

Surat ini dimulai dengan tiga ayat yang menggambarkan kedahsyatan hari kiamat:

“Al-Qāri‘ah. Apakah Al-Qāri‘ah itu? Tahukah kamu apakah Al-Qāri‘ah itu?” (QS. Al-Qāri‘ah [101]: 1–3).

Tiga ayat tersebut menegaskan pentingnya kesadaran manusia terhadap realitas hari akhir. Dalam Tafsir Al-Jalalain, disebutkan bahwa pengulangan kalimat itu dimaksudkan untuk menimbulkan efek kejut dan renungan mendalam.

Kemudian Allah menggambarkan keadaan manusia yang tercerai-berai seperti laron beterbangan dan gunung yang hancur seperti bulu yang dihambur. Pada saat itulah, amal manusia akan ditimbang:

“Barang siapa berat timbangan (kebaikannya), maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan barang siapa ringan timbangan (kebaikannya), maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.” (QS. Al-Qāri‘ah [101]: 6–9).

gambar bumi hancur hari kiamat
Ilustrasi hikmah surat Al Qori’ah tentang hari kiamat

Hikmah Surat

Dari kandungannya, terdapat beberapa hikmah surat Al Qori’ah yang bisa diambil, antara lain:

  1. Mengingatkan akan kepastian hari kiamat.
    Surat ini mengajak manusia untuk selalu sadar bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara dan semua amal akan dimintai pertanggungjawaban.

  2. Menanamkan pentingnya amal saleh.
    Setiap amal baik, sekecil apa pun, akan diperhitungkan di akhirat. Karena itu, surat ini memotivasi umat Islam untuk memperbanyak amal kebaikan dan menjauhi maksiat.

  3. Mendidik manusia agar tidak sombong.
    Dunia dan segala isinya akan musnah. Kesombongan atas harta, pangkat, atau ilmu tidak akan berguna saat amal ditimbang.

  4. Menumbuhkan rasa takut sekaligus harapan.
    Takut terhadap azab Allah, namun juga berharap pada rahmat-Nya. Inilah keseimbangan iman yang menjadi ciri khas seorang mukmin sejati.

  5. Mendorong manusia untuk introspeksi diri.
    Surat ini mengajarkan agar setiap Muslim senantiasa muhasabah — menilai amalnya setiap hari, apakah menambah berat timbangan kebaikan atau sebaliknya.

Melalui hikmah surat Al Qori’ah, kita belajar bahwa kehidupan di dunia hanyalah ujian singkat menuju keabadian. Maka, persiapkan amal terbaik sebelum hari itu tiba.

Sebagaimana pesan para ulama, “Barang siapa mengingat hari akhir, maka ringanlah baginya musibah dunia.”
Mari jadikan surat ini sebagai pengingat agar kita hidup lebih taat, beramal dengan ikhlas, dan memperkuat hubungan dengan Al-Qur’an.

Keutamaan Membaca Surat Al Mulk Sebelum Tidur

Keutamaan Membaca Surat Al Mulk Sebelum Tidur

Membaca Al-Qur’an sebelum tidur adalah amalan yang ringan namun penuh keberkahan. Di antara surat yang dianjurkan untuk dibaca setiap malam adalah Surat Al Mulk. Banyak hadits menjelaskan keutamaan membaca Surat Al Mulk, khususnya dalam melindungi seseorang dari siksa kubur dan mendatangkan ketenangan hati sebelum beristirahat.

Keutamaan Membaca Surat Al Mulk

Pelindung dari Siksa Kubur

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Rasulullah ﷺ bersabda bahwa fadhilah Surat Al Mulk akan menjadi penolong bagi orang yang membacanya hingga diampuni dosanya. Maknanya, surat ini memiliki keutamaan besar sebagai pelindung dari siksa kubur. Bagi seorang muslim, amalan ini sederhana namun memberikan manfaat spiritual yang luar biasa. Membacanya setiap malam sebelum tidur bukan hanya menenangkan jiwa, tetapi juga menjadi bentuk persiapan menuju akhirat.

gambar pria tidur
Ilustrasi tidur (sumber: freepik)

Menjadi Pengingat Kebesaran Allah

Surat Al Mulk berisi pesan-pesan tentang kebesaran dan kekuasaan Allah atas seluruh ciptaan-Nya. Ketika seorang hamba membaca ayat-ayat ini, hatinya akan lebih mudah tunduk dan bersyukur atas nikmat hidup. Keutamaan membaca Surat Al Mulk juga terlihat dari dampaknya terhadap kesadaran diri. Bahwa manusia hanyalah makhluk kecil yang sepenuhnya bergantung kepada Sang Pencipta.

Baca juga: Doa Bangun Tidur: Dalil, Manfaat, dan Keutamaannya

Surat Al Qur’an yang Dianjurkan Untuk Dibaca

Selain Al Mulk, umat Islam juga dianjurkan membaca Surat Al Waqi’ah dan Ar Rahman secara rutin. Surat Al Waqi’ah dikenal sebagai surat pembuka rezeki. Sementara Ar Rahman sering disebut sebagai “surat kasih sayang” karena menggambarkan limpahan rahmat Allah kepada seluruh makhluk. Ketiganya saling melengkapi: Al Mulk melindungi dari siksa kubur, Al Waqi’ah memperluas rezeki, dan Ar Rahman menumbuhkan rasa syukur dan cinta kepada Allah.

Pentingnya Membangun Rutinitas Doa Sebelum Tidur

Membaca doa sebelum tidur dan Surat Al Mulk merupakan kebiasaan yang menguatkan spiritualitas. Dalam pandangan Islam, tidur bukan sekadar istirahat fisik, tetapi juga waktu untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Karena itu, menutup hari dengan bacaan Al-Qur’an adalah cara terbaik untuk menjaga hati tetap bersih dan tenang.

Pada akhirnya, keutamaan membaca Surat Al Mulk tidak hanya terkait dengan keselamatan dari siksa kubur, tetapi juga membentuk karakter seorang muslim yang sadar akan tanggung jawabnya di dunia dan akhirat. Dengan membiasakan membaca Al Mulk setiap malam, bersama surat-surat lain seperti Al Waqi’ah dan Ar Rahman, seorang muslim menanamkan kebiasaan yang menenangkan jiwa serta mendekatkan diri kepada Allah.

Di Pondok Tahfidz Jombang Al Muanawiyah, kebiasaan membaca Surat Al Mulk telah menjadi bagian dari rutinitas harian santri putri. Setelah shalat Isya berjamaah, para santri bersama-sama melantunkan ayat-ayatnya dengan penuh kekhusyukan. Tradisi ini bukan hanya melatih hafalan dan ketertiban ibadah, tetapi juga menanamkan nilai spiritual yang mendalam. Bahwa setiap malam adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memohon perlindungan dari-Nya. Melalui pembiasaan sederhana ini, Al Muanawiyah berupaya menumbuhkan generasi Qurani yang berakhlak, berdisiplin, dan berjiwa tenang dalam naungan rahmat Allah.

Suasana Pondok Tahfidz Putri: Dzikir dan Tilawah Rutinitas Santri

Suasana Pondok Tahfidz Putri: Dzikir dan Tilawah Rutinitas Santri

Pondok tahfidz putri bukan hanya tempat belajar dan menghafal Al-Qur’an, tetapi juga rumah bagi hati yang ingin selalu dekat dengan Allah. Di tengah rutinitas padat, dzikir dan tilawah menjadi bagian penting dari keseharian santri. Keduanya bukan sekadar amalan rutin, melainkan sumber ketenangan batin dan penguat semangat dalam menempuh jalan ilmu.

Sejak subuh, suasana di pondok putri terasa begitu damai. Suara lantunan ayat suci menggema dari setiap sudut kamar, disusul dengan dzikir yang menenangkan hati. Dalam kesederhanaan hidup santri, ada kedamaian yang sulit dijelaskan—kedamaian yang muncul dari kedekatan mereka dengan Al-Qur’an. Tak berlebihan jika banyak yang mengatakan bahwa pondok adalah tempat menempa jiwa, bukan hanya tempat menimba ilmu.

Dzikir Sebagai Obat Hati

Dzikir memiliki kekuatan luar biasa untuk menenangkan jiwa yang gundah. Allah berfirman dalam surah Ar-Ra’d ayat 28:

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

Dalam setiap jeda waktu belajar, para santri melantunkan hafalan Al-Qur’annya. Ada yang murojaah sambil duduk di aula, ada pula yang saling menyimak hafalan Al-Qur’an bersama teman seangkatan. Semua itu menjadi penyejuk bagi hati yang mungkin lelah oleh tugas, teman, atau rindu keluarga di rumah.

Sebagaimana pesan dalam lagu Tombo Atiyang populer di kalangan pesantren:

Tombo ati iku lima perkarane,
kaping pisan moco Qur’an lan maknane…

Lirik itu mengingatkan bahwa membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan berkumpul dengan orang saleh adalah “obat hati” sejati. Inilah amalan yang terus dijaga oleh para santri di pondok putri setiap harinya.

Tilawah yang Menumbuhkan Cinta Al-Qur’an

Selain dzikir, tilawah menjadi kegiatan utama yang tak pernah terlewat. Di pondok tahfidz putri, tilawah dilakukan bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai bentuk cinta kepada Al-Qur’an. Setiap bacaan diiringi dengan niat mendekatkan diri kepada Allah dan memperindah akhlak.

Bagi para santri, setiap huruf yang dibaca adalah pahala, dan setiap ayat yang dihafal adalah cahaya. Tak heran jika wajah-wajah mereka selalu tampak tenang dan berseri. Ketekunan mereka dalam membaca Al-Qur’an menjadi teladan bagi siapa pun yang ingin merasakan manisnya iman.

Dzikir dan tilawah di sini bukan hanya rutinitas, melainkan perjalanan spiritual yang mendalam. Dari kegiatan sederhana ini lahir hati-hati yang lembut, sabar, dan penuh syukur. Seperti pesan dalam “Tombo Ati”, mendekat pada Al-Qur’an dan berdzikir adalah jalan terbaik untuk menemukan ketenangan sejati.

gambar para santri putri sedang mengaji Al Quran
Kegiatan belajar bersama di Pondok Tahfidz Putri Al Muanawiyah Jombang

Kenapa Harus Pondok Tahfidz Putri?

Pondok tahfidz putri pun terus menjadi tempat terbaik bagi generasi muda muslimah untuk belajar mencintai Allah lewat ayat dan zikir—dua penyejuk hati yang abadi.

Di Pondok Tahfidz Putri Al Muanawiyah Jombang, suasana dzikir dan tilawah bukan sekadar rutinitas, melainkan budaya yang hidup di setiap santri. Melalui program tahfidz, pembinaan akhlak, dan kegiatan ruhiyah harian, santri dibimbing agar menjadikan Al-Qur’an sebagai sahabat sejati. Tidak ada senioritas, tidak ada tekanan—yang ada hanyalah ukhuwah yang menumbuhkan semangat saling mendukung. Di lingkungan yang penuh kasih dan keikhlasan ini, santri bebas berekspresi serta menampilkan bakatnya tanpa khawatir akan adanya bullying. Inilah yang membuat Al Muanawiyah menjadi rumah bagi hati yang rindu ketenangan dan ilmu yang berkah.

Kunjungi website resmi Al Muanawiyah untuk mengenal lebih dekat kehidupan santri dan program unggulan di sana.

Orasi Ilmiah Al-Qur’an DR. Hazin dalam Wisuda II Al Muanawiyah

Orasi Ilmiah Al-Qur’an DR. Hazin dalam Wisuda II Al Muanawiyah

Pada Wisuda Tahfidz II PPTQ Al Muanawiyah yang digelar Ahad lalu (14/09), suasana haru sekaligus penuh semangat semakin terasa ketika acara ditutup dengan orasi ilmiah Al-Qur’an. Orasi tersebut disampaikan oleh DR. Mufarrihul Hazin, S.Pd.I., M.Pd., dosen pascasarjana Universitas Negeri Surabaya sekaligus lulusan doktoral tercepat dengan IPK Cum Laude dari kampus yang sama.

Pesan Tentang Nilai Manusia

Dalam orasinya, DR. Hazin membuka dengan perumpamaan sederhana namun penuh makna. Beliau mengangkat uang Rp100.000, lalu berkata:
“Kalau uang 100.000 ini sudah saya lipat-lipat, saya ludahi, saya injak-injak. Apa masih ada yang mau?”

Tentu saja, meskipun kondisi uang tersebut tidak lagi elok, nilainya tetap sama. Dari perumpamaan itu beliau menegaskan bahwa manusia akan dihargai jika memiliki nilai (added value). Meski dalam kondisi apapun, seseorang tetap bernilai ketika ia memberi manfaat. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah ﷺ:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”
(HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no: 3289)

orasi ilmiah Al-Qur'an DR Mufarrihul Hazin wisuda tahfidz pondok pesantren tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang, menjadi orang shalih dan mushlih
DR. Mufarrihul Hazin dalam orasi ilmiah Al-Quran di Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah Jombang (14/09)

Menjadi Shalih atau Mushlih

Lebih lanjut, DR. Hazin mengutip perkataan KH. Sahal Mahfudz: “Menjadi orang shalih itu mudah, cukup diam dan tidak neko-neko. Namun jadilah mushlih, yaitu orang yang mengajak orang lain untuk shalih juga.”
Pesan ini selaras dengan visi dan misi pembangunan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah, yakni mencetak generasi Qur’ani yang bermanfaat bagi sesama. Inilah pesan penting yang ditegaskan dalam orasi ilmiah Al-Qur’an yang beliau sampaikan.

Hafalan 30 Juz: Awal Perjalanan Baru

DR. Hazin juga mengingatkan bahwa khatam hafalan 30 juz bukanlah akhir perjalanan, melainkan awal perjalanan baru. Seperti firman Allah dalam QS. Al-‘Alaq ayat 1:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!”

Membaca dalam makna luas, tidak hanya teks, tetapi juga tanda-tanda alam (qouliyah dan kauniyah). Para penghafal Al-Qur’an diingatkan untuk melanjutkan perjalanan dengan 4M:

  1. Murojaah (mengulang hafalan),

  2. Mentadabburi (merenungi makna),

  3. Mengamalkan,

  4. Menyebarkan.

Pesan untuk Keluarga Penghafal Al-Qur’an

Dalam penutupnya, beliau menekankan bahwa keluarga yang memiliki anak penghafal Al-Qur’an patut bersyukur. Perjalanan itu tidak mudah, dan setelah hafalan, perjuangan berikutnya akan lebih berat. Dibutuhkan kerja sama, dukungan, dan kesabaran dari seluruh anggota keluarga.

Orasi ilmiah Al-Qur’an dari DR. Mufarrihul Hazin menjadi pengingat bahwa hafalan Al-Qur’an bukanlah tujuan akhir, melainkan pintu awal menuju kehidupan Qur’ani. Dengan memaknai, mengamalkan, dan menyebarkan Al-Qur’an, generasi penghafal dapat memberi manfaat yang luas bagi umat.

Semoga kita semua dimudahkan Allah untuk membangun keluarga Qur’ani yang tidak hanya menghafal, tetapi juga mampu menebarkan nilai Al-Qur’an dalam kehidupan.
Tonton cuplikan lengkapnya melalui Youtube Al Muanawiyah.