Dalam catatan Sejarah Walisongo, ada ajaran Moh Limo Sunan Ampel. Artinya adalah “tidak melakukan lima hal tercela.” Ajaran ini menjadi fondasi akhlak bagi masyarakat Muslim sejak abad ke-15, dan nilai-nilainya tetap relevan hingga saat ini.
1. Moh Mabuk — Tidak Mabuk
Sunan Ampel menekankan larangan keras terhadap segala bentuk mabuk, baik dari minuman keras maupun hal lain yang dapat menghilangkan akal sehat. Dalam konteks modern, “mabuk” juga bisa berarti hilangnya kendali diri akibat kecanduan, seperti narkoba, media sosial, atau gaya hidup konsumtif. Prinsip ini mengingatkan umat Islam untuk menjaga kesadaran dan keseimbangan hidup.
2. Moh Main — Tidak Berjudi
Ajaran ini melarang segala bentuk perjudian yang mengandalkan keberuntungan dan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Saat ini, praktik “main untung-untungan” bukan hanya ada dalam bentuk taruhan, tetapi juga dalam perilaku spekulatif yang tidak produktif. Nilai Moh Main mengajarkan pentingnya kerja keras dan tanggung jawab, bukan mengandalkan keberuntungan semata.

3. Moh Madon — Tidak Berzina
Sunan Ampel menegaskan pentingnya menjaga kehormatan diri dan keluarga. Larangan berzina bukan hanya persoalan moral pribadi, tetapi juga menjaga tatanan sosial. Di era digital, makna Moh Madon bisa diperluas menjadi ajakan untuk menjaga batas dalam pergaulan dan menggunakan media sosial dengan bijak agar tidak terjerumus pada perilaku yang merusak akhlak.
4. Moh Maling — Tidak Mencuri
Ajaran ini menanamkan nilai kejujuran dan tanggung jawab terhadap hak orang lain. “Maling” tidak hanya berarti mencuri harta benda, tetapi juga bisa mencuri waktu, kepercayaan, atau hak orang lain. Dalam dunia modern, Moh Maling menjadi prinsip penting dalam etika kerja, pendidikan, dan kepemimpinan.
Baca juga: Sejarah Sarung yang Jadi Simbol Hari Santri
5. Moh Main — Tidak Makan Barang Haram
Maksud yang kelima adalah Moh Madat dalam beberapa versi ajaran Sunan Ampel, yaitu tidak mengonsumsi hal haram dan merusak diri. Ajaran ini mengingatkan umat agar selalu memperhatikan sumber rezeki yang halal dan menjauhi segala hal yang dilarang Allah. Prinsip ini masih sangat relevan, terutama dalam menjaga kejujuran ekonomi dan keberkahan hidup.
Relevansi Moh Limo di Era Modern
Nilai-nilai dalam Moh Limo Sunan Ampel tidak lekang oleh waktu. Dalam masyarakat yang penuh tantangan moral, ajaran ini menjadi pedoman untuk menjaga diri dari godaan duniawi. Pesan Sunan Ampel sederhana namun mendalam: kemajuan tidak berarti jika kehilangan akhlak.
Ajaran ini menegaskan bahwa keimanan sejati tercermin dalam perilaku sehari-hari — dalam kejujuran, kesederhanaan, dan tanggung jawab sosial. Jika generasi muda mampu mengamalkan semangat Moh Limo, maka peradaban Islam akan tetap teguh di tengah perubahan zaman.
Di tengah tantangan moral remaja masa kini, ajaran Moh Limo Sunan Ampel kembali relevan untuk direnungkan. Prinsip yang sederhana namun mendalam ini menjadi fondasi dalam pendidikan karakter Islam, seperti yang diterapkan di PPTQ Al Muanawiyah Jombang. Melalui keseharian santri yang terarah, lembaga ini berupaya menanamkan nilai kejujuran, kesucian, dan ketaatan sebagaimana warisan para wali. Kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut.
