Motivasi Penghafal Al-Qur’an: Hafal 18 Juz di Usia 14 Tahun

Motivasi Penghafal Al-Qur’an: Hafal 18 Juz di Usia 14 Tahun

Al-Muanawiyah – Di usia yang masih sangat muda, Syafa’ah Putri Rahmawan sudah memberikan motivasi penghafal Al-Qur’an yang menginspirasi. Santri asal Lamongan ini kini duduk di kelas 9 SMP dan telah menghafal 18 juz Al-Qur’an. Perjalanan ini dimulai dua tahun lalu, ketika ia memutuskan untuk mondok di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang.

Sebelum mondok, Syafa’ah sudah menghafal 2 juz. Motivasi awalnya datang dari acara hafidz cilik di televisi. Ia kagum melihat anak-anak seusianya mampu menghafal Al-Qur’an. Keinginan itu semakin kuat ketika menemukan pondok khusus putri dengan biaya terjangkau.

gambar santri putri yatim di Pondok Pesantren Tahfidz Putri Al Muanawiyah Jombang
Syafa’ah, sosok santriwati pondok tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang yang memotivasi penghafal Al-Qur’an

Perjuangan terbesarnya adalah melawan rasa malas. Target pribadinya satu juz per bulan. “Kalau mulai malas, ingat target. Jalani terus aja, nanti perlahan akan sampai,” kenangnya, mengulang pesan motivasi dari salah satu pembimbing. Hidup di pondok juga membuatnya merasa tidak sendirian, karena dikelilingi teman seperjuangan dan rutin mendapatkan motivasi penghafal Al-Qur’an dari ustadz dan ustadzah.

Baca juga: Tips Murojaah Hafalan Al-Qur’an Ala Pesantren Tahfidz

Syafa’ah juga aktif sebagai petugas ubudiyah dan sekretaris kamar. Meski pernah menghadapi konflik kecil dalam pertemanan, hal itu tak sampai mengganggu hafalan. Kehilangan sosok ayah di akhir kelas 6 SD justru menjadi titik tekadnya untuk lebih bersungguh-sungguh, apalagi keluarga mendukung penuh langkahnya.

Tips hafalan versinya sederhana: sering-sering nderes. Setoran setelah Subuh, murojaah sore, dan mengulang sebelum tidur. Target setoran satu halaman, murojaah dua halaman. Ia juga menyukai program Jumat malam yang beragam—dari manakiban, diba’an, hingga sesi motivasi—yang menjadi penyemangat tambahan.

Baca juga: 5 Alasan Kenapa Kita Harus Menghafal Al-Qur’an

Menjelang Wisuda Tahfidz 2025

Syafa’ah adalah satu dari 20 an santri yang akan mengikuti wisuda tahfidz 2025 dalam kategori wisuda binadzor. Kategori tersebut diperuntukkan bagi santri yang telah menuntaskan membaca Al-Qur’an 30 juz selama mondok di PPTQ Al Muanawiyah Jombang. Tidak hanya telah selesai membaca 30 juz, bacaannya juga harus dipastikan benar secara tajwid, makhorijul huruf, dan indikator pelafalan lainnya. Berikutnya, santri juga harus lolos tes dan menyetorkan hafalan surat dan doa-doa penting.

Menjelang Wisuda Tahfidz 2025, ia mempersiapkan diri dengan mempelajari tajwid, makhorijul huruf, serta menuntaskan hafalan surat-surat penting seperti Al-Kahfi dan Ar-Rahman. “Rasanya senang sekali bisa sampai di titik ini,” ungkapnya penuh syukur.

Untuk teman-teman yang sedang berjuang, Syafa’ah berpesan,

“Tetap semangat, kita sama-sama berjuang sampai tujuan.”

Sebuah pesan sederhana, namun sarat makna bagi siapa pun yang ingin menapaki jalan mulia para penghafal Al-Qur’an. Baca kisah inspiratif dari ketua OSIS penghafal Al-Qur’an.

Ubay bin Ka’ab, Penghafal Al Qur’an yang Namanya Disebut Allah

Ubay bin Ka’ab, Penghafal Al Qur’an yang Namanya Disebut Allah

Di antara deretan sahabat Nabi Muhammad ﷺ, Ubay bin Ka’ab adalah salah satu yang paling masyhur karena kedalaman ilmunya tentang Al-Qur’an. Namanya begitu harum di langit dan bumi, bahkan disebut langsung oleh Allah dalam sebuah peristiwa yang terekam dalam hadis sahih.

Rasulullah ﷺ bersabda kepada Ubay bin Ka’ab:
“Sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk membacakan Al-Qur’an kepadamu.”
Ubay bertanya, “Apakah Allah menyebut namaku padamu?”
Rasulullah menjawab, “Ya.” Maka Ubay pun menangis.
(HR. Bukhari no. 3809 dan Muslim no. 799)

Siapa Ubay bin Ka’ab?

Ubay bin Ka’ab adalah seorang sahabat Anshar dari kabilah Khazraj yang berasal dari Madinah. Ia termasuk kelompok pertama yang memeluk Islam dan ikut dalam Bai’at Aqabah bersama Nabi. Ubay dikenal cerdas, bersahaja, dan sangat mencintai Al-Qur’an. Sebelum wafatnya Rasulullah ﷺ, beliau menjadi salah satu penulis wahyu dan penghafal utama Al-Qur’an.

Sosok Rujukan dalam Membaca Al-Qur’an

Beliau dikenal sebagai salah satu sahabat Nabi yang paling mahir dalam membaca dan menghafal Al-Qur’an. Ia termasuk di antara empat sahabat yang secara khusus diperintahkan Nabi ﷺ untuk belajar Al-Qur’an. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda,

“Ambillah bacaan Al-Qur’an dari empat orang: dari Abdullah bin Mas’ud, Salim, Mu’adz bin Jabal, dan Ubay bin Ka’ab.”

Ubay mulai menghafal Al-Qur’an langsung dari lisan Rasulullah ﷺ, yang membacakannya setiap kali wahyu turun. Karena kedekatannya dengan Nabi dan kecerdasannya dalam memahami bacaan, Ubay sering dijadikan tempat rujukan oleh sahabat lain ketika ada perbedaan qira’at atau tafsir ayat. Bahkan, dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah ﷺ memerintahkan Ubay untuk menjadi pencatat wahyu dan sekaligus menguji hafalan para sahabat lainnya.

Baca juga: Hikmah Surat At Tin: Semangat Beramal Shalih di Usia Muda

Kemampuannya yang kuat dalam menghafal dan pemahaman yang mendalam membuat beliau menjadi tokoh sentral dalam pengajaran Al-Qur’an di masa Nabi ﷺ dan sesudahnya. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Nabi pernah bersabda kepada Ubay,

“Sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk membacakan Al-Qur’an kepadamu.” Ubay pun terharu dan bertanya, “Apakah Allah menyebut namaku?” Nabi menjawab, “Ya.” (HR. Tirmidzi, no. 3795)

Peran Besarnya dalam Kodifikasi Mushaf

Setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ, pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan Utsman bin Affan, beliau turut membantu proses pengumpulan dan pembukuan Al-Qur’an menjadi satu mushaf. Beliau bekerja bersama Zaid bin Tsabit dan para sahabat ahli Qur’an lainnya dalam menyusun mushaf yang kemudian dikenal sebagai Mushaf Utsmani.

Ilustrasi seorang pria berjubah sedang membuka mushaf Al-Qur’an, menggambarkan sosok Ubay bin Ka’ab, sahabat Nabi yang dikenal sebagai penghafal Al-Qur’an dan namanya disebut oleh Allah.
Ilustrasi penghafal Al Qur’an (gambar tidak ditujukan untuk memvisualisasikan sosok Ubay bin Ka’ab)

 

Pelajaran dari Sosok Ubay bin Ka’ab

Kisah hidup beliau mengajarkan kita bahwa:

  1. Kedekatan dengan Al-Qur’an dapat mengangkat derajat seseorang di sisi Allah.

  2. Menghafal dan memahami Al-Qur’an adalah amal istimewa yang diwariskan langsung dari Rasulullah ﷺ kepada umatnya.

  3. Adab, ilmu, dan keistiqamahan adalah kunci keberkahan dalam menuntut ilmu agama

Sebagai seorang muslim yang ingin dekat dengan Al-Qur’an, kita bisa meneladani semangat dan kesungguhan Ubay bin Ka’ab. Semoga semangat beliau menginspirasi kita semua untuk terus membaca, memahami, dan mengamalkan firman Allah.

Referensi:

  • Shahih Bukhari no. 3808, 3809

  • Shahih Muslim no. 799

  • Siyar A’lam An-Nubala – Imam Adz-Dzahabi

  • Al-Isti’ab fi Ma’rifat Al-Ashab – Ibnu Abdil Barr

  • Tahdzib al-Kamal – Al-Mizzi

Nyaris Menyerah, A’yun Lulus Wisuda Tahfidz dan Beasiswa

Nyaris Menyerah, A’yun Lulus Wisuda Tahfidz dan Beasiswa

Menjelang harunya prosesi wisuda tahfidz, tersimpan kisah perjuangan panjang yang penuh inspirasi. Salah satunya datang dari Qurrota A’yun, wisudawati tahfidz bil ghoib asal Madura, yang telah menjalani tiga tahun penuh dedikasi di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang.Sejak kecil, A’yun telah akrab dengan Al-Qur’an. Ia mulai menyetorkan hafalan juz 30, 1, dan 2 kepada ayahnya bahkan sebelum mondok. Perjalanan mondoknya dimulai dari pondok kitab sejak kelas 1 SMP hingga 2 SMA. Namun, karena harus membantu TPQ sang ibu, ia sempat boyong. Setelah itu, keinginan kuat untuk menghafal Al-Qur’an membawanya kembali mondok di Jawa.

Perjuangan penghafal al quran menuju wisuda tahfidz 30 juz
Perjuangan penghafal Al quran menuju wisuda tahfidz 30 juz

Ketika menemukan program tahfidz di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang tahun 2022, A’yun merasa mantap. “Awalnya ingin mondok karena melihat acara hafiz cilik, ketika kelas 3 SD jadi acara favorit setiap Ramadhan. Kagum melihat anak-anak kecil bisa sambung ayat, bisa dapat hadiah mengumrohkan orangtua,” ungkapnya.

Motivasi umroh itu yang mendorongnya untuk melanjutkan perjalanan menghafalkan Al-Qur’an. Kemudian didukung oleh kakaknya yang juga sudah menjadi hafidzah. Di pondok Al Muanawiyah, ia merasakan kenyamanan luar biasa. “Suka dengan program tilawah 5 juz setiap hari. Karena sangat membantu lebih akrab dengan Al-Qur’an, selain menguatkan hafalan.” Program setoran yang terstruktur juga membuat hafalannya semakin mantap.

Namun tentu saja, jalan menuju khatam 30 juz tidak selalu mudah.

 

Ujian Terberat Menuju Wisuda Tahfidz

Menurut A’yun, tantangan terberat justru datang saat menghafal juz 21 ke atas. “Karena selain ayatnya mulai kurang familiar, terutama di juz 25–28. Apalagi sedang diberi amanah untuk menjadi musyrifah penyimak di pondok.” Karena tugas itu, ia harus menyetor hafalan sejak pukul 6 pagi. Saat belum siap, setoran pun seringkali tidak lancar. Setelah itu, ia masih harus menyimak hafalan teman-teman yang juga belum lancar.

Ujian semakin berat ketika ia menjabat sebagai ketua kamar dan menghadapi konflik dengan santri, bahkan hingga dipanggil orang tua santri tersebut. Di saat bersamaan, nenek tercinta meninggal dunia. Tinggal 10 juz menuju akhir, namun justru saat itulah langkahnya terasa paling berat. “Sempat merasa ingin berhenti,” kenangnya.

Namun, dorongan dari Uma Ita Harits dan keluarga membuatnya bangkit. “Ingat orangtua di rumah dan kakak perempuan yang selalu mendorong khatam agar punya teman saling menyimak di rumah.” Dengan langkah tertatih dan sering dilanda rasa kurang percaya diri, A’yun tetap melanjutkan. “Yang penting usaha dulu, hasilnya serahkan ke Allah,” ucapnya penuh haru. Akhirnya, Allah berikan kekuatan hingga ia mampu khatam 30 juz.

Proses seleksi beasiswa tahfidz universitas al amien madura dengan hafalan 30 juz sekali duduk
A’yun ketika menuntaskan tasmi’ 30 juz sekali duduk dalam proses seleksi beasiswa tahfidz

Kenikmatan Pasca Khatam 30 Juz Justru Bertambah

Perjalanan itu tidak hanya mengantarkannya menuju wisuda tahfidz, tetapi juga membuka jalan ke masa depan. Ia berhasil meraih beasiswa fully funded jalur tahfidz untuk kuliah di Universitas Al-Amien Madura, jurusan Al-Qur’an dan Tafsir. “Mungkin bukan takdirnya ya. Takdirnya dapat mewujudkan keinginan orangtua kuliah di Al-Amien,” ujarnya, setelah sebelumnya sempat lulus beasiswa lain namun batal lanjut karena keberatan dengan syarat harus pindah pondok.

Beasiswa itu mewajibkan tasmi’ 30 juz sekali duduk—hal yang sempat membuatnya ragu. Namun, ia kembali membuktikan diri dan lulus. Kini, ia siap memulai kuliah pada Agustus mendatang. Tak hanya itu, proses menghafal juga membawa ketenangan jiwa dan menjadi sebab datangnya kemudahan rezeki bagi keluarganya. Ia memberikan motivasi untuk para pejuang Al-Qur’an:

“Menghafal Al-Qur’an itu jangan dianggap beban, berat. Jalani aja dengan santai, sebisanya yang penting istiqomah dan bisa tanggung jawab dengan hafalannya. Buat jadwal dan target hafalan, juga harus tirakat. Rajin puasa sunnah Senin Kamis, shalat malam, sedekah, dll. InsyaAllah akan lebih dipermudah Allah.”

Tips Murojaah Hafalan Al-Qur’an Ala Pesantren Tahfidz

Tips Murojaah Hafalan Al-Qur’an Ala Pesantren Tahfidz

Menjadi seorang penghafal Al-Qur’an mutqin tidak cukup hanya dengan menghafal ayat-ayat baru. Yang jauh lebih penting adalah murojaah, atau mengulang hafalan agar tetap melekat kuat di ingatan dan hati. Tanpa murojaah yang rutin dan serius, hafalan yang telah diperjuangkan pun bisa perlahan memudar. Oleh karena itu, penting bagi santri dan siapa pun yang menghafal untuk memahami berbagai tips murojaah hafalan Al-Qur’an yang telah terbukti efektif.

Pondok-pondok tahfidz biasanya telah merancang program-program unggulan untuk membantu santri menjaga hafalannya. Berikut ini adalah beberapa tips murojaah hafalan Al-Qur’an yang terinspirasi dari program nyata yang diterapkan di lingkungan pesantren tahfidz.

Tips Murojaah Hafalan Al-Qur’an Ala Pesantren Tahfidz

 

1. Membaca Banyak Juz Setiap Hari

Salah satu tips paling penting dalam murojaah hafalan Al-Qur’an adalah memperbanyak bacaan harian. Di pesantren tahfidz, santri didorong untuk membaca hingga lima juz sehari. Semakin sering ayat-ayat Al-Qur’an dibaca, semakin kuat pula lekatnya dalam ingatan. Program ini tidak hanya meningkatkan kelancaran hafalan, tetapi juga menjaga koneksi hati santri dengan kalamullah setiap hari.

Santri pondok pesantren tahfidz putri jombang sedang melakukan tips murojaah hafalan Al-Qur’an bersama di aula pondok setelah shalat wajib
Tips murojaah hafalan al-qur’an yang efektif ala pesantren tahfidz dengan membaca banyak juz setiap hari

 

2. Saling Menyimak dalam Program Ayatan

Program ayatan adalah metode di mana santri saling menyimak hafalan satu sama lain. Setiap santri akan menyetorkan hafalan per ayat sambung menyambung bersama dengan teman sebayanya. Bisa juga dengan dilakukan saling menyimak bergantian. Selain memperkuat hafalan, cara ini juga melatih konsentrasi dan mendidik rasa tanggung jawab serta kejujuran. Murojaah menjadi aktivitas bersama yang membangun semangat dan kedekatan antar santri.

3. Tasmi’ 5 Juz Sekali Duduk

Tasmi’ adalah praktik menyetorkan hafalan tanpa melihat mushaf. Di pondok, santri yang telah mencapai target hafalan tertentu akan melakukan tasmi’ lima juz sekaligus dalam satu waktu. Tidak hanya lima juz, namun tasmi’ ini dilanjutkan kelipatannya hingga 30 juz. Ini merupakan latihan yang sangat bermanfaat untuk menguji seberapa kuat dan lancar hafalan yang dimiliki. Tantangan ini membuat santri belajar menyiapkan hafalannya secara menyeluruh dan penuh tanggung jawab, selain itu juga meningkatkan kepercayaan diri ketika melantunkan bacaan Al-Qur’an.

4. Menambah Hafalan dengan Mengulang Ayat Lama

Selain menyetor hafalan baru, santri juga diminta untuk terus mengulang ayat-ayat lama minimal 1 halaman sebelumnya. Hal ini menjadi tips murojaah hafalan Al-Qur’an yang tidak kalah penting karena ayat yang baru saja dihafalkan cenderung lebih mudah hilang jika tidak diulang. Maka, penting sekali untuk selalu mengulang hafalan terbaru ketika setoran hafalan Al-Qur’an.

Baca juga: Ubay bin Ka’ab, Penghafal Al Qur’an yang Namanya Disebut Allah

5. Ujian MHQ untuk Kenaikan Juz

Di pondok tahfidz tertentu, setiap kenaikan juz disertai dengan ujian Musabaqah Hifdzil Qur’an (MHQ). Santri diuji dengan metode sambung ayat, yaitu menyambung bacaan dari ayat acak yang dibacakan oleh penguji. Selain itu, mereka juga melakukan tasmi’ satu juz penuh. Ujian ini menumbuhkan rasa tanggung jawab dan memotivasi santri untuk menjaga kualitas hafalan mereka seiring peningkatan jumlah juz yang dikuasai.

Menjaga hafalan Al-Qur’an adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kedisiplinan dan metode yang tepat. Dengan menerapkan tips murojaah hafalan Al-Qur’an yang telah terbukti berhasil di pesantren, setiap penghafal akan lebih siap menjaga hafalannya hingga mutqin. Lingkungan yang mendukung dan program-program inovatif akan sangat membantu menguatkan semangat dalam menghafal dan mengulang ayat-ayat Allah.