Sedekah Abu Bakar dan Umar di Perang Tabuk

Sedekah Abu Bakar dan Umar di Perang Tabuk

Dalam sejarah Islam, banyak kisah inspiratif tentang keikhlasan sahabat Nabi ﷺ dalam berinfak di jalan Allah. Salah satunya adalah peristiwa yang terjadi menjelang Perang Tabuk, ketika Rasulullah ﷺ menyeru kaum muslimin untuk bersedekah demi mendukung perjuangan. Pada saat itulah tercatat kisah mulia tentang sedekah Abu Bakar dan Umar.

sedekah harta rampasan perang, harta karun. kisah sedekah Umar bin Khattab dan Abu Bakar di Perang Tabuk
Ilustrasi sedekah harta perang Sayyidina Umar dan Abu Bakar (gambar hanya ilustrasi. foto: freepik)

 

Kisah Sedekah Abu Bakar dan Umar

Ketika Rasulullah ﷺ mengajak para sahabat untuk memberikan harta mereka, Umar bin Khattab r.a. datang dengan membawa setengah dari hartanya. Rasulullah ﷺ kemudian bertanya, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu, wahai Umar?” Umar menjawab, “Aku tinggalkan sebanyak yang kubawa.”

Tak lama kemudian, Abu Bakar r.a. pun datang dengan membawa seluruh hartanya. Rasulullah ﷺ bertanya kepadanya, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?” Ia menjawab, “Aku tinggalkan Allah dan Rasul-Nya.”

Kedua sahabat mulia ini memperlihatkan bagaimana kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya mampu mendorong mereka untuk bersedekah dengan penuh keikhlasan.

Pondok Quran Almuanawiyah Jombang

Sedekah Melipatgandakan Kebaikan

Allah berfirman:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 261).

Allah ﷻ dalam surah Al-Baqarah ayat 261 menjelaskan bahwa sedekah ibarat menanam sebutir biji yang tumbuh menjadi tujuh bulir, dan setiap bulir berisi seratus biji. Artinya, satu amal kebaikan bisa dilipatgandakan hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan lebih sesuai kehendak Allah.

Ayat ini memberi isyarat bahwa harta yang kita keluarkan tidak akan hilang, melainkan justru berkembang menjadi pahala yang berlipat ganda. Sama seperti benih yang ditanam di tanah subur, ia akan tumbuh dan memberi hasil yang berlimpah. Maka, sedekah tidak mengurangi harta, tetapi menambah keberkahan hidup di dunia dan akhirat.

Baca juga: Cerita Teladan Sedekah dari Ummu Umarah

Kisah sedekah Abu Bakar dan Umar dalam Perang Tabuk menjadi teladan bagi umat Islam untuk senantiasa berinfak di jalan Allah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Semangat mereka adalah cermin bahwa harta yang kita miliki sesungguhnya hanyalah titipan, dan pengorbanan di jalan Allah akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda.

Mari kita lanjutkan semangat kedermawanan para sahabat dengan mendukung pendidikan Islam. Melalui program Wakaf Pendidikan Al Muanawiyah, setiap rupiah yang kita sisihkan akan menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir. Bergabunglah bersama para pewakaf, insyaAllah menjadi bekal terbaik menuju akhirat.

Marak di Kalangan Artis, Bagaimana Hukum Operasi Plastik?

operasi plastik plastic surgery oplas artis. Operasi hidung rey mbayang, operasi Titi DJ, Ivan GUnawan, Dara Arafah, Mpok Atiek
Ilustrasi hukum operasi plastik (foto: freepik)

Belakangan ini, fenomena operasi plastik semakin marak diperbincangkan, terutama di kalangan artis. Banyak figur publik yang secara terang-terangan mengakui telah melakukan operasi plastik demi alasan penampilan. Namun, sebagai seorang Muslim, tentu muncul pertanyaan: bagaimana hukum operasi plastik dalam Islam?

Pandangan Ulama tentang Operasi Plastik

Dalam forum bahtsul masail NU tahun 2006, para kiai membedakan antara operasi plastik yang dilakukan karena kebutuhan medis dan yang dilakukan murni untuk estetika. Jika operasi dilakukan untuk mengembalikan fungsi tubuh, menghilangkan cacat, atau memperbaiki kerusakan akibat kecelakaan, hukumnya boleh.

Syekh Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan:
“Boleh memindah anggota badan dari satu tempat di tubuh seseorang ke tempat lain, selama manfaatnya lebih besar daripada mudaratnya. Disyaratkan pula operasi itu dilakukan untuk mengembalikan bentuk semula, memperbaiki cacat, atau menghilangkan gangguan fisik dan psikis.” (Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, VIII: 5124).

Dengan kata lain, jika operasi plastik bertujuan menghilangkan rasa sakit, tekanan batin, atau memperbaiki cacat fisik, maka Islam memberikan keringanan.

Larangan Operasi Plastik untuk Mengubah Ciptaan Allah

Namun berbeda halnya jika operasi plastik hanya bertujuan mengubah bentuk tubuh agar tampak lebih cantik atau tampan, padahal tidak ada cacat yang mengganggu. Imam Ath-Thabari dalam Fathul Bari menegaskan, mengubah ciptaan Allah untuk sekadar memperindah diri termasuk perbuatan yang terlarang. Misalnya, mencabut alis hingga mengubah bentuk wajah, atau memperbesar bagian tubuh agar sesuai standar kecantikan tertentu.

Fenomena Artis dan Relevansinya

Kini, tidak sedikit artis yang memilih jalan operasi plastik demi alasan penampilan. Mereka beranggapan bahwa popularitas menuntut kesempurnaan wajah dan tubuh. Namun dari kacamata Islam, tindakan seperti ini perlu dilihat secara hati-hati. Jika hanya didorong oleh tren, gengsi, atau ingin mengikuti standar kecantikan modern, maka hal itu bisa masuk dalam kategori tahrim (terlarang).

Meski demikian, jika operasi tersebut dilakukan karena faktor medis, seperti rekonstruksi akibat kecelakaan atau luka bakar, atau untuk membuka saluran pernafasan yang terhambat, maka hukumnya mubah bahkan bisa bernilai maslahat.

Hikmah yang Bisa Diambil

Fenomena ini memberikan pelajaran bahwa kecantikan sejati bukan sekadar soal fisik. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim).

Artinya, penilaian utama dalam Islam bukanlah pada fisik, melainkan pada hati dan amal. Maka, daripada berfokus pada penampilan luar semata, lebih baik memperindah akhlak dan memperbanyak amal kebaikan.

Kesimpulan

Berdasarkan pandangan para ulama dan hasil bahtsul masail NU, hukum operasi plastik terbagi dua:

  1. Boleh, jika untuk mengembalikan fungsi tubuh, menghilangkan cacat, atau mengatasi gangguan psikis dan fisik.

  2. Haram, jika hanya untuk mengubah ciptaan Allah demi memperindah diri tanpa kebutuhan medis.

Fenomena artis yang ramai melakukan operasi plastik hendaknya menjadi refleksi, bahwa Islam mengajarkan keseimbangan antara menjaga penampilan dan tetap mensyukuri ciptaan Allah.

Referensi: NU Online

almuanawiyah.com

Manfaat Rukuk Shalat untuk Kesehatan dan Jiwa

Manfaat Rukuk Shalat untuk Kesehatan dan Jiwa

Al-Muanawiyah – Shalat bukan hanya ibadah yang menghubungkan seorang hamba dengan Allah, tetapi juga mengandung hikmah besar bagi kesehatan tubuh. Salah satu gerakan penting di dalamnya adalah rukuk. Jika dilakukan dengan benar sesuai sunnah Rasulullah ﷺ, rukuk dapat memberikan banyak manfaat, baik secara fisik maupun spiritual. Tak heran jika para ulama dan ahli kesehatan menyoroti manfaat rukuk shalat sebagai amalan yang mampu menjaga kelenturan tubuh, melatih konsentrasi, sekaligus menumbuhkan kerendahan hati di hadapan Allah.

Baca juga: Keutamaan Shalat Tepat Waktu dan Dampaknya pada Kehidupan

 

Dalil Tentang Rukuk dalam Shalat

Rukuk adalah salah satu rukun shalat yang tidak boleh ditinggalkan. Allah ﷻ berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu, dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan.”
(QS. Al-Hajj: 77)

Rasulullah ﷺ juga menegaskan dalam sabdanya:

“Kemudian rukuklah hingga kamu tenang dalam rukuk, lalu bangkitlah hingga kamu berdiri lurus.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dari dalil ini, jelas bahwa rukuk tidak hanya sekadar menundukkan badan, tetapi harus dilakukan dengan penuh khidmat agar shalat khusyuk dan tenang serta mendapat keberkahan.

gambar animasi pria sedang melakukan rukuk shalat sebagai ilustrasi Manfaat Rukuk Shalat untuk Kesehatan dan Jiwa
Ilustrasi manfaat rukuk shalat (foto: freepik)

Tata Cara Rukuk yang Benar

Agar gerakan rukuk memberikan manfaat sempurna, berikut tata cara yang diajarkan Rasulullah ﷺ:

  1. Menurunkan badan dengan punggung lurus, sejajar dengan kepala.

  2. Tangan menggenggam lutut, dengan jari-jari merenggang.

  3. Pandangan mengarah ke tempat sujud.

  4. Membaca doa rukuk:
    سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
    Subhaana rabbiyal ‘adhiimi wa bihamdih
    (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan memuji-Nya).

  5. Tenang dalam posisi rukuk, tidak terburu-buru, sampai semua anggota tubuh benar-benar mantap.

Baca juga: Bahaya Tidur Pagi Menurut Hadits dan Sains

Manfaat Rukuk Shalat untuk Kesehatan

Gerakan rukuk tidak hanya memiliki nilai ibadah, tetapi juga memberikan dampak positif bagi tubuh:

  1. Menjaga kelenturan tulang belakang – posisi lurus saat rukuk melatih postur tubuh agar tidak bungkuk.

  2. Melancarkan aliran darah ke otak – posisi kepala sejajar punggung membuat peredaran darah lebih optimal.

  3. Menguatkan otot punggung dan perut – gerakan menahan tubuh di posisi tertentu melatih stabilitas otot inti.

  4. Meregangkan otot paha dan betis – baik untuk fleksibilitas dan mengurangi ketegangan sendi.

  5. Melatih keseimbangan tubuh – dengan tangan menempel pada lutut, tubuh terbiasa stabil.

  6. Mengurangi stres dan memberi ketenangan jiwa – doa yang dibaca dalam rukuk membawa ketenangan batin.

Hikmah Rukuk dalam Kehidupan

Selain manfaat fisik, rukuk juga mengandung pesan spiritual yang mendalam. Gerakan ini mengajarkan manusia untuk merendahkan diri di hadapan Allah ﷻ, menumbuhkan rasa syukur, serta menyingkirkan kesombongan. Rukuk adalah simbol kerendahan hati seorang hamba yang menyadari kelemahannya di hadapan Sang Pencipta.

Rukuk bukan sekadar gerakan dalam shalat, melainkan ibadah yang membawa kebaikan lahir dan batin. Dengan memahami tata cara yang benar, seorang muslim dapat meraih manfaat rukuk shalat secara sempurna, baik untuk kesehatan tubuh maupun ketenangan jiwa.

Bahaya Tidur Pagi Menurut Hadits dan Sains

Bahaya Tidur Pagi Menurut Hadits dan Sains

Al-Muanawiyah – Tidur adalah kebutuhan alami manusia, namun Islam memberikan arahan waktu yang baik untuk tidur dan bangun. Salah satu kebiasaan yang kurang baik adalah tidur di pagi hari, terutama setelah salat Subuh. Rasulullah ﷺ telah mengingatkan secara tersirat bahaya tidur pagi dalam sebuah doa:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu pagi mereka.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Hadits ini menegaskan bahwa waktu pagi adalah saat turunnya keberkahan. Jika justru digunakan untuk tidur, maka keberkahan itu bisa hilang. Oleh karena itu, memahami bahaya tidur pagi sangat penting, baik dari sisi agama maupun kesehatan.

Baca juga: Doa Bangun Tidur: Dalil, Manfaat, dan Keutamaannya

bahaya tidur pagi bagi tubuh menurut hadits dan sains. tidur pagi menggangu hormon dan siklus sikardian tubuh, menurunkan daya ingat dan konsentrasi, serta membuat tubuh menjadi malas
Bahaya tidur pagi menurut hadits dan sains (foto: freepik)

Akibat Buruk Tidur di Pagi Hari Menurut Perspektif Islam

Dalam banyak nasihat ulama, tidur di pagi hari dianggap menghilangkan semangat, rezeki, dan keberkahan. Imam Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad menjelaskan bahwa tidur di waktu pagi dapat merugikan kesehatan badan, menghilangkan sebagian kecerdasan, membuat badan malas, dan menghalangi rezeki.

Pagi hari adalah momen terbaik untuk berdzikir, menuntut ilmu, dan bekerja. Jika dipakai untuk tidur, maka seseorang bisa kehilangan keberkahan aktivitas dan peluang kebaikan yang besar. Itu juga merupakan dampak bahaya banyak tidur bagi Muslim yang seharusnya menjadi manusia yang produktif.

Bahaya Tidur Pagi Menurut Sains

Selain larangan agama, ilmu kesehatan modern juga menemukan fakta yang selaras. Beberapa bahaya tidur pagi antara lain:

  1. Mengganggu ritme sirkadian tubuh
    Tubuh memiliki jam biologis alami yang mengikuti siklus terang-gelap. Tidur pagi dapat mengacaukan siklus ini, membuat tubuh lemas di siang hari dan susah tidur di malam hari.

  2. Menurunkan produktivitas otak
    Studi menunjukkan otak bekerja optimal di pagi hari. Jika waktu ini dipakai untuk tidur, maka daya ingat, konsentrasi, dan kreativitas bisa menurun drastis.
  3. Memperlambat metabolisme
    Tidur pagi setelah sarapan atau tanpa aktivitas dapat memperlambat pembakaran kalori, sehingga meningkatkan risiko obesitas, diabetes, dan gangguan metabolik lainnya.

  4. Meningkatkan risiko gangguan suasana hati
    Tidur di waktu yang tidak tepat sering menimbulkan sleep inertia, yaitu rasa berat, pusing, dan mood yang buruk setelah bangun tidur.

  5. Mengurangi paparan sinar matahari
    Tidur pagi membuat tubuh kehilangan kesempatan mendapat vitamin D alami dari sinar matahari. Padahal, vitamin D penting untuk kesehatan tulang, daya tahan tubuh, dan hormon.

Baca juga: Manfaat Rukuk Shalat untuk Kesehatan dan Jiwa

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa bahaya tidur pagi bukan sekadar nasihat agama, tetapi juga terbukti secara ilmiah. Islam mengajarkan bahwa pagi hari adalah waktu penuh berkah untuk beribadah, belajar, dan bekerja. Maka, sebaiknya umat Muslim mengisi waktu pagi dengan hal-hal bermanfaat, bukan tidur yang justru melemahkan fisik dan menghilangkan keberkahan.

Global Sumud Flotilla, Simbol Keberanian Membela Palestina

Global Sumud Flotilla, Simbol Keberanian Membela Palestina

Apa Itu Global Sumud Flotilla?

Global Sumud Flotilla (GSF) adalah inisiatif kemanusiaan internasional yang diluncurkan pertengahan 2025, sebagai upaya sipil untuk menerobos blokade laut yang diberlakukan Israel terhadap Jalur Gaza.

Ada ratusan relawan dan aktivis dari lebih dari 40 negara yang ikut dalam GSF, termasuk dokter, pelaut, seniman, pekerja sosial, dan pemuka agama. Mereka bergerak di bawah koordinasi beberapa organisasi seperti Freedom Flotilla Coalition, Global Movement to Gaza, Maghreb Sumud Flotilla, dan Sumud Nusantara.

Misi utama mereka adalah:

  • membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza: makanan, obat-obatan, bahan medis, kebutuhan dasar lainnya, karena warga Gaza menghadapi kekurangan akut akibat blokade.

  • menantang blokade laut Israel dan membuka koridor kemanusiaan melalui jalur laut.

  • menyuarakan keadilan, mencuri perhatian dunia agar masyarakat internasional melihat penderitaan warga Palestina dan mengambil langkah nyata.

Global Sumud Flotilla gerakan menembus blokade Gaza Palestina melalui jalur air dengank kapal
Kapal Global Sumud Flotilla (foto: www.middleeasteye.net)

Latar Belakang Global Sumud Flotilla

Beberapa latar belakang yang mendorong lahirnya gerakan ini:

  • Blokade laut Israel terhadap Gaza sudah berlangsung lama (sejak 2007), membuat Gaza menjadi “penjara terbuka” bagi warga sipil, dengan hambatan besar terhadap suplai makanan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya.

  • Krisis kemanusiaan yang makin parah: kurangnya akses air bersih, masalah kesehatan, dan kondisi gizi buruk (kelaparan). Kesulitan ini terus memburuk di era konflik yang terus bergulir.

  • Frustrasi terhadap kegagalan lembaga internasional dan pemerintah dunia dalam menghentikan penderitaan warga Gaza, membuat banyak orang merasa bahwa aksi nyata (solidaritas) sangat diperlukan.

Baca juga: Sejarah Masjid Al Aqsa sebagai Kiblat Pertama Umat Islam

Hikmah Global Sumud Flotilla bagi Masyrakat luas

Gerakan Global Sumud Flotilla menyimpan banyak pelajaran berharga bagi umat, terutama bagi mereka yang masih belum menyadari pentingnya membela Palestina. Pertama, aksi ini menunjukkan bahwa persaudaraan sesama Muslim dan sesama manusia melampaui batas negara. Walau berbeda bangsa, bahasa, dan budaya, para relawan tetap bersatu untuk menegakkan keadilan dan membela rakyat Palestina. Kedua, flotilla mengajarkan bahwa solidaritas tidak cukup hanya berupa kata-kata atau slogan. Membawa bantuan, menghadapi risiko di laut, dan menembus blokade menjadi bukti nyata bahwa keberpihakan harus diwujudkan dalam tindakan.

Selain itu, kata sumud sendiri bermakna keteguhan. Dari sini kita belajar bagaimana keteguhan hati mampu mengalahkan rasa takut, meskipun tantangan besar menghadang. Hikmah lainnya adalah munculnya panggilan moral bagi setiap individu. Tidak semua orang bisa berlayar langsung ke Gaza. Tetapi setiap kita tetap dapat berkontribusi melalui doa, menyebarkan informasi yang benar, berdonasi, atau mendesak pihak berwenang agar lebih berpihak kepada rakyat Palestina.

Pada akhirnya, gerakan ini juga menegaskan bahwa membela kaum tertindas adalah bagian dari ibadah sosial yang mulia. Membantu Gaza bukan sekadar urusan politik. Melainkan bagian dari jihad kemanusiaan yang damai, yang justru semakin menguatkan iman dan rasa tanggung jawab kita sebagai umat.

Tanda Suci dari Haid yang Benar agar Ibadah Tidak Keliru

Tanda Suci dari Haid yang Benar agar Ibadah Tidak Keliru

Haid adalah ketentuan Allah yang alami bagi perempuan. Namun, dalam praktik ibadah sehari-hari, sering muncul pertanyaan: kapan seorang perempuan dianggap sudah suci dari haid dan kembali boleh beribadah? Untuk menjawab hal ini, para ulama merujuk kepada dalil shahih tentang tanda suci dari haid yang pernah dijelaskan oleh istri Nabi ﷺ, Aisyah radhiyallahu ‘anha.

Baca juga: Ringkasan Fiqh Haid: Urgensi, Batasan Waktu, dan Tanda Suci

Dalil tentang Tanda Suci dari Haid

Dalam sebuah riwayat shahih disebutkan,

“Kaum wanita mengirimkan kain yang terdapat bekas darah haid kepada Aisyah, untuk menanyakan tentang shalat. Maka Aisyah berkata kepada mereka: ‘Janganlah kalian tergesa-gesa (menganggap sudah suci), sampai kalian melihat cairan putih (القصَّة البيضاء / al-qashshah al-baydha’).’
(HR. Malik dalam Al-Muwaththa’ no. 130, dinilai shahih).

Hadits ini menjadi dasar penting bahwa tanda suci dari haid adalah keluarnya cairan putih bening dari rahim setelah darah berhenti. Dengan begitu, seorang perempuan baru diwajibkan mandi besar (ghusl) dan dapat kembali menunaikan shalat, puasa, serta ibadah lainnya.

gambar pembalut wanita dengan bercak merah di atasnya menggambarkan haid
Ilustrasi haid (foto: freepik)

Pentingnya Memahami Siklus Haid

Mengetahui siklus ini sangat penting agar seorang perempuan tidak terburu-buru dalam memutuskan suci. Jika belum terlihat tanda tersebut, ibadah seperti shalat atau puasa belum sah dilakukan. Sebaliknya, jika sudah jelas tanda sucinya, maka tidak boleh menunda mandi wajib dan mengerjakan ibadah.

Selain itu, para ulama juga menyebutkan bahwa sebagian perempuan tidak mengalami cairan putih, melainkan cukup dengan berhentinya darah secara total. Hal ini juga dianggap tanda suci yang sah menurut banyak pendapat.

Para ulama juga menjelaskan bahwa menjelang suci, terkadang perempuan masih melihat bercak-bercak dengan warna yang berbeda dari darah haid. Dalam hal ini, Ummu ‘Athiyyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan:

“Kami tidak menganggap bercak kekuningan dan keruh (كُدْرَةً وَصُفْرَةً) setelah suci sebagai sesuatu (yakni bukan darah haid).”
(HR. Abu Dawud no. 307, dinilai shahih oleh Al-Albani).

Artinya, apabila seorang perempuan sudah berhenti dari darah merah atau hitam, lalu muncul bercak kekuningan atau keruh menjelang suci, maka itu tidak lagi dianggap sebagai haid. Dengan demikian, dia sudah dihukumi suci dan boleh melaksanakan ibadah setelah mandi wajib.

Pemahaman tentang ini membantu kaum muslimah agar lebih yakin dalam beribadah dan tidak ragu-ragu. Dengan berpegang pada dalil shahih dari hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, perempuan bisa lebih mudah membedakan kapan masa haid benar-benar telah selesai. Semoga kita semua dimudahkan untuk senantiasa menjaga ibadah dengan benar sesuai tuntunan syariat.

Abdullah bin Ummi Maktum, Teladan Semangat dan Ketaatan

Abdullah bin Ummi Maktum, Teladan Semangat dan Ketaatan

Al-Muanawiyah – Nama Abdullah bin Ummi Maktum tercatat indah dalam sejarah Islam. Ia adalah sahabat Rasulullah ﷺ yang buta sejak lahir, namun semangatnya dalam menuntut ilmu dan menjaga shalat berjamaah tetap bersinar. Bahkan, kisah perjumpaannya dengan Nabi ﷺ diabadikan dalam Al-Qur’an, yaitu dalam surat ‘Abasa.

Semangat Belajar di Tengah Keterbatasan

Abdullah bin Ummi Maktum dikenal sebagai pribadi yang haus akan ilmu. Ia sering mendatangi Rasulullah ﷺ untuk mendengarkan wahyu dan mempelajari ajaran Islam. Suatu ketika, ia datang saat Rasulullah ﷺ sedang berdakwah kepada para pemuka Quraisy. Nabi sempat bermuka masam, namun Allah ﷻ menegur beliau dengan turunnya surat ‘Abasa. Hal ini menjadi bukti betapa mulianya kedudukannya di sisi Allah.

Baca juga: Tanda Ilmu yang Bermanfaat Bagi Kehidupan Sehari-Hari

Menjaga Shalat Berjamaah

Kisah lain yang tak kalah menginspirasi adalah tentang shalat berjamaah. Abdullah pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ apakah ia boleh shalat di rumah karena buta dan sulit berjalan ke masjid. Namun, Nabi bertanya, “Apakah engkau mendengar adzan?” Abdullah menjawab, “Ya.” Rasulullah ﷺ pun bersabda:

“Penuhilah panggilan itu (untuk shalat berjamaah).”
(HR. Muslim)

Sejak itu, beliau tetap berusaha datang ke masjid meskipun dengan keterbatasan. Semangatnya memberi teladan bahwa shalat berjamaah adalah kewajiban yang sebaiknya tidak ditinggalkan, khususnya bagi kaum laki-laki.

Muadzin Rasulullah ﷺ

Selain dikenal sebagai penuntut ilmu, beliau juga dipercaya Rasulullah ﷺ sebagai muadzin, bergantian dengan Bilal bin Rabah. Kehadiran beliau sebagai pengumandang adzan menandakan keistimewaannya dalam masyarakat Muslim awal, meski fisiknya terbatas. Suara adzannya mengajak kaum Muslimin untuk datang menegakkan shalat bersama.

abdullah bin ummi maktum yang menjadi asbabun nuzul surat Abasa, hadits tentang keutamaan shalat berjamaah
Ilustrasi muadzin Abdullah bin Ummi Maktum. Bukan gambaran aslinya (foto: dakwah.id)

 

Penjaga Madinah Saat Perang

Beliau juga mendapat amanah besar ketika Rasulullah ﷺ keluar untuk berperang. Beliau beberapa kali ditunjuk sebagai pemimpin sementara di Madinah, memimpin kaum Muslimin dalam urusan ibadah. Ini membuktikan kepercayaan yang tinggi dari Rasulullah ﷺ kepada dirinya.

Kisah Abdullah bin Ummi Maktum adalah cermin kesungguhan seorang Muslim sejati. Meski memiliki keterbatasan fisik, beliau tidak pernah menyerah untuk belajar, berdakwah, dan menjaga shalat tepat waktu dan berjamaah. Semangat beliau mengajarkan kepada kita bahwa kekurangan bukan alasan untuk lalai, justru menjadi jalan untuk meraih kedudukan mulia di sisi Allah ﷻ.

Perbedaan Zakat Fitrah dan Zakat Mal yang Perlu Diketahui

Perbedaan Zakat Fitrah dan Zakat Mal yang Perlu Diketahui

Al-MuanawiyahZakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh setiap Muslim. Kewajiban ini bukan hanya bentuk ibadah kepada Allah, tetapi juga instrumen sosial yang menjaga keseimbangan ekonomi di masyarakat. Dalam praktiknya, zakat terbagi menjadi beberapa jenis, dan yang paling dikenal adalah zakat fitrah dan zakat mal. Banyak umat Islam yang masih bingung membedakan keduanya. Lalu, apa perbedaannya?

Pengertian Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang wajib ditunaikan setiap Muslim di bulan Ramadan sebelum salat Idul Fitri. Tujuan utamanya adalah menyucikan jiwa umat Islam setelah berpuasa sebulan penuh dan membantu kaum fakir miskin agar mereka dapat merasakan kebahagiaan di hari raya. Zakat ini dibayarkan dengan makanan pokok daerah masing-masing, seperti beras, gandum, atau kurma. Besarannya setara dengan satu sha’ atau kurang lebih 2,5–3 kg per orang.

gambar tangan sedang memegang koin di sebelah mangkuk berisi beras dan gandum mengilustrasikan perbedaan zakat fitrah dan zakat mal
Perbedaan zakat fitrah dan zakat mal

Pengertian Zakat Mal

Berbeda dengan zakat fitrah, zakat mal adalah zakat yang dikenakan pada harta benda seorang Muslim yang telah mencapai nisab (batas minimal) dan haul (dimiliki selama satu tahun penuh). Jenis harta yang wajib dizakati sangat beragam, mulai dari emas, perak, uang, hasil pertanian, hingga aset perdagangan. Besaran umumnya adalah 2,5% dari total harta yang sudah memenuhi syarat. Zakat mal memiliki tujuan membersihkan harta dan menumbuhkan keberkahan dalam kepemilikan.

Baca juga: Pentingnya Mempelajari Kitab Kuning di Pondok Pesantren

Perbedaan Zakat Fitrah dan Zakat Mal

Berikut beberapa poin utama yang membedakan:

  1. Waktu Pembayaran

    • Zakat fitrah dibayar khusus di bulan Ramadan dan sebelum salat Idul Fitri.

    • Zakat mal dibayar kapan saja, selama harta telah mencapai nisab dan haul.

  2. Objek Zakat

    • Zakat fitrah dikeluarkan dari makanan pokok.

    • Zakat mal dikeluarkan dari harta kekayaan, emas, perak, hasil pertanian, hingga usaha perdagangan.

  3. Tujuan Utama

    • Zakat fitrah berfungsi menyucikan jiwa dan menutup kekurangan selama ibadah puasa.

    • Zakat mal berfungsi membersihkan harta dan menjaga keseimbangan ekonomi di masyarakat.

  4. Besaran Zakat

    • Zakat fitrah jumlahnya sama untuk setiap Muslim, yakni sekitar 2,5–3 kg makanan pokok.

    • Zakat mal ditentukan berdasarkan 2,5% atau sesuai nisab harta tertentu.

Hikmah Menunaikan Zakat

Baik zakat fitrah maupun zakat mal, keduanya merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan sarana menumbuhkan solidaritas sosial. Zakat menjadikan umat Islam lebih peduli terhadap sesama dan menjaga agar tidak ada jurang terlalu lebar antara si kaya dan si miskin.

Dengan memahami perbedaan keduanya, diharapkan setiap Muslim bisa lebih tepat dalam menunaikan kewajiban ini. Pada akhirnya, zakat bukan hanya membersihkan harta dan jiwa, tetapi juga menjadi jalan untuk meraih keberkahan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat.

Sejarah Masjid Al Aqsa sebagai Kiblat Pertama Umat Islam

Sejarah Masjid Al Aqsa sebagai Kiblat Pertama Umat Islam

Al-Muanawiyah – Masjid Al Aqsa merupakan salah satu tempat paling suci bagi umat Islam. Tidak hanya sebagai kiblat pertama sebelum Ka’bah, masjid ini juga menjadi simbol perlawanan rakyat Palestina hingga hari ini. Memahami sejarah masjid Al Aqsa sangat penting, agar kita semakin sadar betapa besar peran dan makna masjid ini dalam perjalanan umat Islam.

Sejarah Awal Masjid Al Aqsa

Secara bahasa, Al Aqsa berarti “yang terjauh” atau “yang tertinggi”. Masjid ini awalnya dikenal dengan nama Baitul Maqdis dan menjadi kiblat pertama umat Islam sebelum akhirnya Allah memerintahkan untuk menghadap Ka’bah di Makkah. Menurut riwayat, pondasi masjid ini telah diletakkan sejak zaman Nabi Adam AS. Pembangunannya dilanjutkan oleh para nabi setelahnya, termasuk Nabi Yaqub bin Ishaq, Nabi Daud, dan Nabi Sulaiman AS. Pada masa Dinasti Umayyah, kawasan Al Aqsa semakin megah dengan pembangunan Kubah Shakhrah dan Jami’ Al Aqsa.

Masjid ini memiliki kaitan erat dengan sejarah para nabi Bani Israil, sehingga dihormati dalam tiga agama samawi: Islam, Kristen, dan Yahudi. Namun, bagi umat Islam, Al Aqsa adalah bagian penting dari sejarah shalat dalam perjalanan Isra’ Mi’raj.

Sejarah masjid Al Aqsa kiblat pertama umat Muslim di Palestina. Kompleks Masjid Al Aqsa, perjuangan Palestina
Kompleks masjid Al Aqsa yang penuh sejarah (foto: yatimmandiri.org)

Invasi Israel dan Perebutan Al Aqsa

Sejarah kelam Al Aqsa dimulai ketika pada tahun 1948 kaum Yahudi Eropa mendirikan negara Israel dan merebut sebagian besar wilayah Yerusalem. Pada 1967, Israel kembali memperluas kekuasaannya atas Yerusalem Timur, termasuk kawasan Masjid Al Aqsa.

Sejak itu, masjid ini kerap menjadi sasaran penyerangan. Al Aqsa bahkan menjadi titik pemicu Intifada Palestina tahun 1988 dan Intifada Kedua pada tahun 2000, setelah kunjungan provokatif Ariel Sharon. Ribuan warga Palestina gugur, dan masjid ini semakin dikenal sebagai simbol perjuangan rakyat Palestina.

Baca juga: Global Sumud Flotilla, Simbol Keberanian Membela Palestina

Keistimewaan Masjid Al Aqsa dalam Islam

Al Aqsa menempati posisi istimewa di hati umat Islam. Setidaknya ada beberapa alasan:

  1. Kiblat pertama sebelum Ka’bah. Nabi Muhammad SAW dan para sahabat salat menghadap Al Aqsa selama 17 bulan setelah hijrah ke Madinah.

  2. Bagian dari negeri Syam yang penuh keberkahan dan doa Rasulullah SAW.

  3. Salah satu dari tiga masjid utama selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Salat di Al Aqsa dilipatgandakan pahalanya hingga 500 kali dibanding masjid lain.

  4. Tempat singgah Isra’ Mi’raj, di mana Rasulullah SAW naik ke Sidratul Muntaha setelah salat di Al Aqsa.

Dengan keistimewaan tersebut, Al Aqsa bukan sekadar bangunan bersejarah, melainkan bagian dari identitas dan spiritualitas umat Islam.

Baca juga: Kisah Penghafal Al-Qur’an Gaza yang Menginspirasi dari Rashad

Kondisi Al Aqsa dan Palestina Sekarang

Hingga kini, Al Aqsa masih menjadi saksi penderitaan rakyat Palestina. Pada 16 Juni 2024, lebih dari 40.000 warga Palestina melaksanakan salat Idul Adha di Al Aqsa di tengah duka korban serangan Israel yang terus berjatuhan.

Pasukan pendudukan Israel kerap menghalangi jamaah masuk, memeriksa identitas, dan mencegah pemuda-pemuda Palestina beribadah di dalam masjid. Penyerangan dan penindasan masih terus berlangsung, menandakan bahwa perjuangan rakyat Palestina belum usai.

Pentingnya Empati dan Dukungan untuk Palestina

Sejarah panjang Masjid Al Aqsa mengajarkan bahwa masjid ini bukan hanya milik rakyat Palestina, tetapi juga milik seluruh umat Islam. Karena itu, sudah sepatutnya kita ikut berempati dan mendukung perjuangan mereka. Bentuk dukungan bisa beragam, mulai dari doa, menyebarkan informasi yang benar, membantu melalui lembaga kemanusiaan, hingga mendidik generasi agar memahami pentingnya Al Aqsa bagi Islam. Dengan memahami sejarah masjid Al Aqsa, kita semakin sadar bahwa perjuangan membela Palestina bukan sekadar isu politik, melainkan bagian dari menjaga kehormatan agama dan identitas umat Islam.

Referensi Sejarah Masjid Al Aqsa Dari Awal Sampai Akhir (yatimmandiri.org)

Doa Sapu Jagat: Lafadz, Makna, dan Keutamaannya

Doa Sapu Jagat: Lafadz, Makna, dan Keutamaannya

Dalam kehidupan sehari-hari, umat Islam selalu dihadapkan dengan berbagai kebutuhan doa. Ada doa untuk keselamatan, doa untuk rezeki, doa untuk keberkahan, hingga doa memohon perlindungan dari musibah. Namun, ada satu doa yang disebut sangat lengkap karena mencakup semua permintaan utama seorang hamba kepada Allah. Doa itu dikenal dengan nama doa sapu jagat.

Istilah “sapu jagat” berasal dari masyarakat Indonesia yang menggambarkan doa singkat, padat, tetapi mengandung makna luas, seolah menyapu seluruh kebutuhan hidup. Sebutan umum lainnya untuk doa ini adalah doa untuk keselamatan dunia akhirat.

Baca juga: Asbabun Nuzul Surat Al-Insyirah: Saat Hidup Terasa Berat

Lafadz Doa Sapu Jagat

Doa sapu jagad diambil dari Al-Qur’an, tepatnya dalam Surat Al-Baqarah ayat 201:

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Latin: Rabbana atina fid-dunya hasanah wa fil-akhirati hasanah wa qina ‘adzaban-naar

Artinya:
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah: 201)

gambar berisi lafadz doa sapu jagat atau rabbana atina fiddunya hasanah, doa keselamatan dunia akhirat
Lafadz doa sapu jagat

 

Makna Doa Sapu Jagad

Doa sapu jagat begitu singkat, namun memiliki makna yang sangat luas:

  • Kebaikan di dunia mencakup kesehatan, harta, keluarga yang sakinah, dan kehidupan yang penuh keberkahan.

  • Kebaikan di akhirat adalah keselamatan dari azab kubur, kemudahan hisab, serta masuk surga Allah.

  • Terhindar dari siksa neraka menjadi doa puncak yang menunjukkan kerendahan hati seorang hamba di hadapan Allah.

Dengan membaca doa ini, seorang Muslim seolah tidak hanya fokus pada urusan dunia, tetapi juga menyiapkan bekal untuk kehidupan setelah mati.

Keutamaan Membaca Doa Keselamatan Dunia Akhirat

Rasulullah ﷺ sendiri sering membaca doa sapu jagat, baik dalam shalat maupun di luar shalat. Doa ini menunjukkan keseimbangan hidup seorang Muslim: tidak terjebak pada kenikmatan dunia semata, namun juga tidak melupakan akhirat.

Selain itu, doa ini juga dapat dijadikan amalan harian dalam berbagai kesempatan, seperti setelah shalat agar khusyuk, ketika berzikir, atau saat berdoa memohon pertolongan Allah. Dengan konsisten membacanya, hati menjadi lebih tenang karena kita selalu mengingat bahwa dunia hanyalah jalan menuju akhirat.

Doa sapu jagad adalah bukti betapa Islam memberikan tuntunan doa yang sederhana namun penuh makna. Hanya dengan satu doa, seorang Muslim sudah memohon tiga hal terpenting: kebaikan dunia, kebaikan akhirat, dan perlindungan dari neraka. Dengan mengamalkan doa ini setiap hari, semoga kita semua diberi kehidupan yang penuh berkah, keselamatan di dunia, dan kebahagiaan abadi di akhirat.