Apa Itu Tari Saman, Tari yang Menutup Haflah Tasyakur II?

tari saman warisan budaya aceh kota serambi mekah. Penampilan haflah tasyakur wisuda tahfidz pondok pesantren tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang
Persembahan tari saman dalam acara Haflah Tasyakur II PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Tari Saman adalah salah satu warisan budaya Nusantara yang berasal dari dataran tinggi Gayo, Aceh. Tarian ini diciptakan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang menggunakan kesenian sebagai media dakwah Islam. Awalnya, tari ini berkembang di meunasah (surau) sebagai sarana pendidikan dan penyampaian pesan moral kepada masyarakat. Kini, ia telah diakui UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity, dan menjadi simbol kebersamaan, kekompakan, sekaligus kebanggaan bangsa Indonesia.

Makna Filosofis

Gerakan dalam Tari Saman begitu khas karena dilakukan dalam posisi duduk berbaris, diiringi dengan tepukan tangan, hentakan dada, dan nyanyian syair Islami. Filosofi utama dari tari ini adalah tentang keserasian, kekompakan, serta kebersamaan. Tidak ada penari yang menonjol sendiri, semua bergerak dalam irama yang sama. Hal ini mengajarkan bahwa dalam kehidupan sosial maupun beragama, umat harus saling mendukung dan berjalan seirama demi mencapai tujuan mulia.

Tari Saman sebagai Sambutan untuk Undangan

Dalam acara besar, warisan budaya dari Kota Serambi Mekah kerap ditampilkan sebagai sambutan yang hangat bagi para tamu undangan. Begitu pula dalam Haflah Tasyakur II PPTQ Al Muanawiyah pada Ahad (14/09) lalu. Tari Saman dipersembahkan dengan penuh energi dan khidmat di hadapan wali santri, tokoh masyarakat, serta pejabat daerah. Sambutan seni budaya ini membuat suasana terasa meriah sekaligus penuh makna, seolah menyampaikan pesan bahwa para tamu dihormati dengan cara yang indah dan berkesan.

Hadirnya Tari Saman di penutup acara menjadi simbol ucapan terimakasih bagi undangan, sekaligus memperlihatkan keterampilan dan semangat para santri dalam melestarikan budaya Islami Nusantara. Perpaduan nilai seni dan dakwah ini menjadikan persembahan ini lebih dari sekadar hiburan, tetapi juga bentuk penghormatan yang sarat makna.

Keistimewaan Tari Saman di Acara Besar

Keindahannya semakin terasa ketika ditampilkan dalam forum yang penuh kebersamaan. Gerakannya yang serempak menampilkan semangat persaudaraan, kerja sama, dan kedisiplinan yang menjadi nilai penting dalam dunia pesantren. Selain itu, kebudayaan ini membawa pesan spiritual karena syair yang dibawakan sering kali berisi nasihat Islami dan pujian kepada Allah.

Kehadirannya dalam Haflah Tasyakur tidak hanya menyemarakkan acara, tetapi juga menambah nilai syiar dakwah melalui seni. Para tamu undangan pun terkesan, karena tari ini mampu menciptakan suasana khidmat sekaligus penuh semangat kebersamaan.

Pesan Inspiratif

Tari Saman mengajarkan bahwa kekuatan lahir dari kebersamaan. Sama seperti para penari yang duduk sejajar tanpa membedakan satu sama lain, umat manusia juga seharusnya hidup dengan semangat kesetaraan. Pesan ini sejalan dengan semangat Haflah Tasyakur yang tidak hanya merayakan capaian para santri, tetapi juga mempererat silaturahmi dan persatuan umat.

Persembahan spesial ini bukan sekadar pertunjukan seni, tetapi juga sarana pendidikan, dakwah, dan perekat kebersamaan. Dengan tampilnya Tari Saman di Haflah Tasyakur II PPTQ Al Muanawiyah, para hadirin diingatkan bahwa seni dan budaya dapat menjadi jembatan untuk menumbuhkan semangat persaudaraan, syukur, serta cinta kepada Allah. Saksikan siaran ulang acara di Youtube Al Muanawiyah

Orasi Ilmiah Al-Qur’an DR. Hazin dalam Haflah II Al Muanawiyah

orasi ilmiah Al-Qur'an DR Mufarrihul Hazin wisuda tahfidz pondok pesantren tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang, menjadi orang shalih dan mushlih
DR. Mufarrihul Hazin dalam orasi ilmiah Al-Quran di Haflah Tasyakur II Al Muanawiyah Jombang (14/09)

Pada Haflah Tasyakur II PPTQ Al Muanawiyah yang digelar Ahad lalu (14/09), suasana haru sekaligus penuh semangat semakin terasa ketika acara ditutup dengan orasi ilmiah Al-Qur’an. Orasi tersebut disampaikan oleh DR. Mufarrihul Hazin, S.Pd.I., M.Pd., dosen pascasarjana Universitas Negeri Surabaya sekaligus lulusan doktoral tercepat dengan IPK Cum Laude dari kampus yang sama.

Pesan Tentang Nilai Manusia

Dalam orasinya, DR. Hazin membuka dengan perumpamaan sederhana namun penuh makna. Beliau mengangkat uang Rp100.000, lalu berkata:
“Kalau uang 100.000 ini sudah saya lipat-lipat, saya ludahi, saya injak-injak. Apa masih ada yang mau?”

Tentu saja, meskipun kondisi uang tersebut tidak lagi elok, nilainya tetap sama. Dari perumpamaan itu beliau menegaskan bahwa manusia akan dihargai jika memiliki nilai (added value). Meski dalam kondisi apapun, seseorang tetap bernilai ketika ia memberi manfaat. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah ﷺ:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”
(HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no: 3289)

Menjadi Shalih atau Mushlih

Lebih lanjut, DR. Hazin mengutip perkataan KH. Sahal Mahfudz: “Menjadi orang shalih itu mudah, cukup diam dan tidak neko-neko. Namun jadilah mushlih, yaitu orang yang mengajak orang lain untuk shalih juga.”
Pesan ini selaras dengan visi dan misi pembangunan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah, yakni mencetak generasi Qur’ani yang bermanfaat bagi sesama. Inilah pesan penting yang ditegaskan dalam orasi ilmiah Al-Qur’an yang beliau sampaikan.

Hafalan 30 Juz: Awal Perjalanan Baru

DR. Hazin juga mengingatkan bahwa khatam hafalan 30 juz bukanlah akhir perjalanan, melainkan awal perjalanan baru. Seperti firman Allah dalam QS. Al-‘Alaq ayat 1:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!”

Membaca dalam makna luas, tidak hanya teks, tetapi juga tanda-tanda alam (qouliyah dan kauniyah). Para penghafal Al-Qur’an diingatkan untuk melanjutkan perjalanan dengan 4M:

  1. Murojaah (mengulang hafalan),

  2. Mentadabburi (merenungi makna),

  3. Mengamalkan,

  4. Menyebarkan.

Pesan untuk Keluarga Penghafal Al-Qur’an

Dalam penutupnya, beliau menekankan bahwa keluarga yang memiliki anak penghafal Al-Qur’an patut bersyukur. Perjalanan itu tidak mudah, dan setelah hafalan, perjuangan berikutnya akan lebih berat. Dibutuhkan kerja sama, dukungan, dan kesabaran dari seluruh anggota keluarga.

Orasi ilmiah Al-Qur’an dari DR. Mufarrihul Hazin menjadi pengingat bahwa hafalan Al-Qur’an bukanlah tujuan akhir, melainkan pintu awal menuju kehidupan Qur’ani. Dengan memaknai, mengamalkan, dan menyebarkan Al-Qur’an, generasi penghafal dapat memberi manfaat yang luas bagi umat.

Semoga kita semua dimudahkan Allah untuk membangun keluarga Qur’ani yang tidak hanya menghafal, tetapi juga mampu menebarkan nilai Al-Qur’an dalam kehidupan.
Tonton cuplikan lengkapnya melalui Youtube Al Muanawiyah.

Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah, Momen Apresiasi dan Motivasi

Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah, Momen Apresiasi dan Motivasi

wisuda tahfidz 30 juz pondok pesantren putri tahfidz Al Muanawiyah Jombang
Prosesi sungkeman wisudawati pada Wisuda tahfidz II Al Muanawiyah

Jombang – Ahad, 14 September 2025, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Al Muanawiyah Jombang menggelar Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah di Aula Bung Tomo Pemkab Jombang. Acara ini menjadi momentum penuh syukur sekaligus apresiasi untuk para santriwati yang berhasil menuntaskan seleksi wisuda tahfidz.

Sebanyak 20 santriwati binnadzor menuntaskan bacaan 30 juz, sementara 4 santriwati bil ghoib berhasil mengkhatamkan hafalan 30 juz di luar kepala. Ribuan doa dan rasa bangga pun hadir dari wali santri, tokoh masyarakat, hingga perwakilan pejabat daerah yang turut menghadiri acara.

gambar santri wisuda tahfidz haflah tasyakur II pondok pesantren tahfidz putri Jombang
Wisudawati bil ghoib (baju putih) dan binnadzor (baju abu-abu) PPTQ Al Muanawiyah

Suasana Khidmat Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah

Acara dibuka dengan lantunan nasyid santriwati Al Muanawiyah, disusul tahlil yang dipimpin Ustadz Syukron Al-Hafizh. Hadirin larut dalam suasana khusyuk, mengirimkan doa untuk para masyaikh, keluarga, serta seluruh jajaran pesantren.

Dalam sambutannya, perwakilan Bupati Jombang, Bapak Anwar dari BK PSDM Pemerintah Kabupaten Jombang, menyampaikan, “Membina santri dalam ilmu Al-Qur’an akan mencetak generasi yang mampu mengkaji, memahami, dan mengamalkan isi Al-Qur’an. Kami sangat mengapresiasi peran PPTQ Al Muanawiyah dalam perjuangan mulia ini.”

sambutan wali santri wisuda tahfidz pondok pesantren tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang
Sambutan wali santri dari Qurrota A’yun asal Sampang, Madura

KH. Fachrurrozi, wali dari salah satu wisudawati bil ghoib, turut menambahkan, “Menghafal Al-Qur’an adalah jalan yang tidak mudah. Namun Al Muanawiyah telah membuktikan bahwa dengan bimbingan yang tepat, santri bisa tumbuh tangguh dengan jiwa Qur’ani.”

Baca juga: Cerita Inspiratif Penghafal Al-Qur’an dari Entrepreneur Muda

Prosesi Wisuda Penuh Haru

Puncak acara dimulai dengan pembacaan Surat Keputusan Pengasuh oleh Ustadz Sodiqin, dilanjutkan bai’at dan isyhad para wisudawati bil ghoib. Saat nama-nama dipanggil, wajah haru dan syukur pun terpancar dari para santri dan wali. Bagi santri yang sudah kehilangan orang tua, foto ayah atau ibu mereka dihadirkan sebagai simbol doa dan kebanggaan keluarga.

Khas Al Muanawiyah, wisudawati diuji hafalannya secara langsung di hadapan hadirin tanpa simulasi. Mereka menjawab pertanyaan dari tokoh masyarakat dengan lancar, membuktikan kualitas hafalan yang teruji.

ujian terbuka musabaqah hifdzil qur'an wisuda tahfidz
MHQ ujian terbuka wisudawati bil ghoib oleh KH. Amir Jamiluddin Al-Hafidz

Momen sungkeman menjadi puncak keharuan. Diiringi puisi santriwati Ocha, air mata bahagia mengalir di pipi para orang tua. Rasa syukur kian bertambah ketika diumumkan penghargaan bagi wisudawati terbaik:

Wisudawati terbaik bil ghoib: Nasywa Mitswalah Adinda Hanafi

wisudawati tahfidz bil ghoib 30 juz terbaik, santri berprestasi, pondok pesantren tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang
Apresiasi wisudawati bil ghoib terbaik, Nasywa Mitsfalah Adinda Hanafi dari Gresik

Wisudawati terbaik binnadzor: Nazila Apriana Zahira Zulfa

apresiasi wisudawati binnadzor 30 juz terbaik pondok pesantren tahfidzul Qur'an Al Muanawiyah Jombang
Apresiasi wisudawati binnadzor terbaik, Nazila Apriana Zahira Zulfa dari Surabaya

Santri teladan: Hanun Aulia Fair Fathur

apresiasi santri berprestasi santri teladan pondok pesantren tahfidzul qur'an Al Muanawiyah Jombang
Apresiasi santri teladan, Hanun Aulia Fair Fathur dari Malang

Wisuda Tahfidz Bukan Akhir Perjalanan

Sebelum acara ditutup, Dr. Mufarrihul Hazin, dosen pascasarjana STAIMA Al-Hikam Malang, menyampaikan orasi ilmiah. Ia menekankan, “Khatam hafalan bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan 4M: Muroja’ah, Mentadabburi, Mengamalkan, dan Menyebarkan. Perjuangan ini harus terus mendapat dukungan keluarga dan lingkungan.” Menutup acara dengan khidmat dan menekankan cinta tanah air, santri PPTQ Al Muanawiyah mempersembahkan tari saman yang menggelegar.

Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah bukan sekadar wisuda, tetapi juga syiar untuk membangkitkan motivasi menghafal Al-Qur’an. Semoga para santriwati yang telah khatam mampu menjaga hafalannya, mengamalkan dalam kehidupan, dan menjadi inspirasi bagi umat.

Bagi yang ingin menyaksikan kembali suasana penuh haru ini, rekaman lengkap acara dapat dilihat di kanal YouTube resmi Al Muanawiyah.

Sa’ad bin Ubadah yang Terkenal Karena Kedermawanannya

jamuan makan tamu, buka bersama, iftar together, makan bersama keluarga
Ilustrasi kedermawanan Sa’ad bi Ubadah saat menjamu tamu (foto: freepik)

Sa’ad bin Ubadah atau Abu Tsabit adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang dikenal luas karena kedermawanannya. Beliau berasal dari kaum Anshar, tepatnya dari Bani Khazraj, dan menjadi pemimpin yang disegani di Madinah. Nama lengkapnya adalah Sa’ad bin Ubadah bin Dulaim bin Haritsah Al-Khazraji. Sejak masuk Islam, Sa’ad selalu menggunakan harta, tenaga, dan ilmunya untuk mendukung perjuangan Rasulullah ﷺ.

Sa’ad bin Ubadah dan Kedermawanannya

Setiap hari, Sa’ad membawa semangkuk besar tsarid (roti yang diremukkan lalu dicampur dengan kuah daging) kepada Rasulullah ﷺ. Hidangan itu kemudian dibagikan bersama Nabi kepada para istri beliau. Kebiasaan ini menunjukkan betapa besar kepedulian Sa’ad kepada Rasulullah dan keluarganya.

Kedermawanannya begitu terkenal hingga rumah Sa’ad selalu menjadi tempat persinggahan kaum Muhajirin. Jika rumah seorang Anshar biasanya hanya menampung beberapa tamu, maka rumah Sa’ad bisa menampung hingga 80 orang Muhajirin sekaligus, dan semuanya mendapatkan jamuan terbaik. Hal ini membuktikan bahwa Sa’ad tidak sekadar membantu dengan harta, tetapi juga dengan hati yang ikhlas.

Rasulullah ﷺ bahkan mendoakan khusus untuk keluarga Sa’ad dengan doa:

اللَّهُمَّ اجعَلْ صلَواتِكَ ورَحمتَكَ على آلِ سعد بنِ عُبادَةَ
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan rahmat-Mu kepada keluarga Sa’ad bin Ubadah.” (HR Abu Dawud dan Ahmad).

Baca juga cerita teladan kedermawanan putri Sayyidina Abu Bakar di sini

Kepribadian

Selain dermawan, Sa’ad juga dikenal sebagai pribadi yang ghayyur (pencemburu dalam kebaikan). Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ سَعْدًا غَيُورٌ ، وَأَنَا غَيُورٌ ، وَاللَّهُ أَغْيَرُ مِنِّي
“Sa’ad itu pencemburu, aku lebih pencemburu darinya, dan Allah lebih pencemburu dariku.” (HR Muslim).

Ia juga seorang yang cerdas, pandai menulis, mahir berenang, dan jago memanah. Karena keunggulannya ini, ia diberi gelar al-kamil (yang sempurna). Dalam peperangan, Rasulullah ﷺ selalu memberi baiat bahwa Sa’ad akan berjuang sampai titik darah penghabisan.

Warisan Teladan

Kedermawanannya bukan hanya tentang berbagi makanan, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya mendukung perjuangan Islam dengan segala yang dimiliki. Beliau memberikan teladan bahwa harta menjadi mulia ketika digunakan untuk menolong agama Allah dan menyejahterakan sesama.

Kisah ini mengajarkan kita bahwa kedermawanan adalah amalan yang abadi, tidak hanya menolong sesama di dunia tetapi juga menjadi tabungan di akhirat. Semangat beliau dalam memberi dan mendukung perjuangan Rasulullah ﷺ bisa kita teladani dengan cara berbagi sesuai kemampuan kita.

Salah satu bentuk nyata adalah mendukung wakaf pendidikan di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang. Dengan berpartisipasi, kita ikut mencetak generasi Qur’ani yang cerdas, berakhlak, dan siap menjadi pejuang Islam di masa depan. Mari meneladani kedermawanan Sa’ad bin Ubadah dengan menyalurkan harta di jalan Allah.

Referensi Amalan Saad bin Ubadah yang Memicu Doa Rasulullah SAW | Republika Online

Cerita Teladan Sedekah dari Ummu Umarah

Cerita Teladan Sedekah dari Ummu Umarah

Dalam sejarah Islam, banyak sekali kisah para sahabat yang bisa menjadi inspirasi. Salah satunya adalah cerita teladan sedekah dari seorang wanita mulia bernama Ummu Umarah, atau dikenal juga dengan Nusaibah binti Ka’ab. Beliau adalah sosok sahabiyah yang tidak hanya dikenal karena keberaniannya di medan perang, tetapi juga karena keikhlasannya dalam beribadah, beramal, dan bersedekah.

Siapa Ummu Umarah?

Nusaibah binti Ka’ab (Arab: نسيبة بنت كعب), yang lebih dikenal dengan nama Ummu Umarah, merupakan salah satu perempuan awal yang masuk Islam dan tercatat memiliki peran besar dalam perjuangan Islam. Ia turut serta dalam berbagai pertempuran, salah satunya Perang Uhud, di mana beliau dengan penuh keberanian melindungi Rasulullah SAW hingga mengalami 12 luka. Selain itu, Ummu Umarah juga hadir dalam sejumlah peristiwa penting seperti Baiat Aqabah kedua, Perjanjian Hudaibiyah, Perang Hunain, serta Perang Yamamah (wikipedia).  Namun, selain keberaniannya, ada sisi lembut yang patut diteladani, yaitu kedermawanannya dalam bersedekah.

cerita teladan sedekah ummu umarah nusaibah binti ka'ab. Muslimah yang mengenakan hijab tertutup dan pakaian perang, ilustrasi Ummum Umarah dalam Perang Uhud
Ilustrasi Ummu Umarah cerita teladan sedekah dalam Perang Uhud (foto: republika.co.id)

Teladan Sedekah Ummu Umarah

Dalam sebuah riwayat, Ummu Umarah pernah memberikan sebagian besar harta miliknya untuk perjuangan Islam. Beliau tidak pernah ragu untuk menginfakkan apa yang dimiliki, meskipun dirinya sendiri tidak bergelimang harta. Hal ini menunjukkan bahwa sedekah bukan hanya milik orang kaya, tetapi juga bisa dilakukan oleh siapa saja yang hatinya ikhlas.

Cerita teladan sedekah dari Ummu Umarah mengajarkan bahwa berbagi itu tidak menunggu kaya. Dengan niat tulus, sedikit yang diberikan akan bernilai besar di sisi Allah SWT. Bahkan Rasulullah SAW sendiri pernah menyanjung keikhlasan para sahabat perempuan yang ikut mendukung dakwah dengan sedekah mereka.

Hikmah dan Pelajaran

Ada beberapa hikmah yang dapat kita ambil dari kisah ini:

  1. Sedekah sebagai bukti cinta kepada Allah dan Rasul. Ummu Umarah rela berkorban harta bahkan nyawa demi mempertahankan agama Islam.

  2. Sedekah tidak mengurangi harta. Justru, keberkahan datang dari harta yang dikeluarkan di jalan Allah.

  3. Ikhlas lebih utama daripada jumlah. Sedikit sedekah dengan hati yang ikhlas akan lebih bernilai dibandingkan sedekah besar tanpa keikhlasan.

  4. Wanita juga berperan dalam perjuangan Islam. Kisah Ummu Umarah menunjukkan bahwa kontribusi perempuan tidak hanya dalam keluarga, tetapi juga dalam dakwah dan amal sosial.

Melalui cerita teladan sedekah dari Ummu Umarah, kita belajar bahwa sedekah adalah jalan menuju keberkahan hidup. Sedekah harta yang kita keluarkan di jalan Allah tidak akan sia-sia, bahkan menjadi tabungan abadi di akhirat. Sudah seharusnya kita meneladani semangat beliau untuk senantiasa berbagi, meskipun dalam keadaan terbatas.

Mari kita mulai dari hal kecil, bersedekah sesuai kemampuan, dan istiqamah dalam berbagi. Dengan begitu, kita tidak hanya membantu sesama, tetapi juga menapaki jalan menuju ridha Allah SWT. Salurkan sedekah terbaik Anda agar dapat mengalirkan manfaat yang lebih luas untuk para penghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang.

Adab Berteman dalam Kitab Washiyatul Musthofa

Adab Berteman dalam Kitab Washiyatul Musthofa

Berteman adalah fitrah manusia. Tidak ada seorang pun yang bisa hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Dalam Islam, pertemanan bukan hanya perkara duniawi, tetapi juga bernilai ibadah jika dijalani dengan niat yang baik. Oleh karena itu, penting bagi seorang Muslim untuk memahami adab berteman agar persahabatan membawa manfaat, bukan mudarat.

 

Pentingnya Memilih Teman yang Baik

Dalam kitab Washiyatul Musthofa dijelaskan bahwa teman yang baik ibarat cermin. Ia akan menegur dengan cara yang benar ketika kita salah, sekaligus mendukung dalam kebaikan. Sebaliknya, teman yang buruk bisa menjadi pintu kehancuran. Misalnya, teman yang gegabah dalam berbicara atau menghina pilihan orang lain, seperti dalam urusan pemilu. Hal kecil ini bisa merusak hubungan, bahkan menimbulkan permusuhan.

Teman buruk juga digambarkan sebagai orang yang suka membuka rahasia. Contoh nyata adalah membongkar aib temannya, seperti hutang atau masalah pribadi. Padahal, Islam menekankan agar kita menutupi aib saudara Muslim, bukan menyebarkannya. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim).

Ilustrasi dua wanita muslimah tersenyum, salah satunya membantu membenahi hijab temannya sebagai simbol menutupi aib sahabat dalam adab berteman menurut Islam

Menutupi aib teman dengan membenarkna hijabnya adalah salah satu adab berteman (foto: freepik)

Hikmah dari Persahabatan

Ada pepatah bijak yang menyebutkan: “Seribu teman baik lebih baik daripada satu musuh.” Pepatah ini sejalan dengan kenyataan bahwa ketika kita memiliki banyak teman yang tulus, hidup terasa ringan. Namun, jika kita memiliki satu musuh saja, hati bisa terus diliputi kegelisahan. Musuh muncul bukan selalu karena kebencian, tetapi bisa jadi karena salah paham atau kurangnya pengetahuan tentang diri kita.

Dengan menjaga adab berteman, kita bisa meminimalisir munculnya permusuhan. Sikap saling menghargai, menghindari bahaya banyak bicara yang tidak perlu, dan menutupi kekurangan sahabat akan mempererat ukhuwah.

Baca juga: Bukan Obat, Ini Terapi Mental Health Paling Ampuh Menurut Riset

Adab Berteman Menurut Islam

Beberapa adab yang perlu dijaga antara lain:

  • Menjaga rahasia teman.

  • Saling menasihati dalam kebaikan.

  • Tidak menghina atau merendahkan pilihan orang lain.

  • Mendukung sahabat di kala senang maupun susah.

  • Menjaga lisan agar tidak menyakiti hati.

Dengan menerapkan adab ini, persahabatan menjadi sarana menuju ridha Allah. Demikian ulasan tentang adab berteman yang bisa kita ambil dari ajaran Islam dan nasihat ulama. Mari kita pilih sahabat yang bisa membawa kita semakin dekat kepada Allah SWT.

Untuk penjelasan lebih lengkap, silakan saksikan tayangan utuhnya di kanal YouTube resmi PPTQ Al Muanawiyah.

Ujian Tertutup MHQ 30 Juz Road to Wisuda II Al Muanawiyah

Ujian Tertutup MHQ 30 Juz Road to Wisuda II Al Muanawiyah

Jombang, 9 September 2025 – Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Al Muanawiyah Jombang kembali menggelar agenda penting dalam rangkaian Road to Wisuda Tahfidz II, yaitu ujian tertutup MHQ 30 juz. Kegiatan ini dilaksanakan setelah sebelumnya para wisudawan menyelesaikan tasmi’ bil ghoib 30 juz.

Peserta dan Dewan Juri

Ujian tertutup ini diikuti oleh empat wisudawan bil ghoib: Qurrota A’yun (Madura), Irma Nurlailatul Mafaza (Gresik), Nasywa Mitsfalah (Gresik), dan Qori Qonitatuz Zahra (Jombang). Dalam acara ini, setiap santri maju secara bergiliran dan diberikan 15 soal dengan rincian: 10 soal sambung ayat, 2 soal tebak juz dan halaman, dan 3 soal menjawab awal surat. Para juri menggunakan tanda bel sebagai instruksi: mulai, salah, ganti soal, hingga tanda selesai. Pelaksanaan disaksikan oleh santriwati PPTQ Al Muanawiyah dengan penilaian dari dewan juri: Ustadzah Fiqul, Ustadzah Fauziah, dan Ustadzah Aini.

MHQ musabaqah hifdzil Qur'an 30 juz menjelang wisuda tahfidz Pondok Pesantren Tahfidz Putri Al Muanawiyah Jombang, ujian sambung ayat tahfidz
Tampilan salah satu wisudawan bil ghoib, Nasywa, dalam ujian tertutup MHQ 30 juz

Baca juga: Wisuda Tahfidz 2025: Mewujudkan Mimpi Ayah Tercinta

Semangat dalam Ujian Tertutup MHQ 30 Juz

Menurut pengasuh, Ayah A. Muammar Shalahuddin, ujian ini bukan hanya penilaian teknis hafalan, tetapi juga bentuk motivasi bagi seluruh santri.

“Momen ini adalah sarana untuk menguji kelancaran hafalan para wisudawan, sekaligus memberi inspirasi bagi santri lain agar semangat menuju mutqin 30 juz. Ujian tertutup ini bagian penting sebelum puncak Wisuda Tahfidz II mendatang.”

Selain itu, hasil ujian juga menjadi salah satu tolok ukur dalam menentukan wisudawan terbaik.

Salah satu wisudawan mengungkapkan pengalamannya:

“Semakin grogi ketika dengar tanda bel. Tapi Allah mudahkan, alhamdulillah sudah selesai, tinggal melanjutkan ke tahap berikutnya.”

Kegiatan ini menjadi pintu menuju ujian terbuka yang akan digelar bersamaan dengan Wisuda Tahfidz II pada 14 September 2025. Pada acara puncak nanti, para undangan hadir menyaksikan capaian luar biasa para penghafal Al-Qur’an Al Muanawiyah. Acara ini tidak hanya menjadi momen khidmat bagi para wisudawan, tetapi juga sarana syiar untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat kepada Al-Qur’an. Saksikan kemeriahan momen penganugerahan penghafal Al-Qur’an dalam Wisuda Tahfidz II PPTQ AL Muanawiyah live melalui akun youtube Al Muanawiyah

Tasmi’ Bil Ghoib 30 Juz Road to Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah

Tasmi’ Bil Ghoib 30 Juz Road to Wisuda Tahfidz II Al Muanawiyah

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Al Muanawiyah Jombang kembali menggelar kegiatan tasmi’ bil ghoib 30 juz pada 7–8 September 2025. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian Road to Wisuda Tahfidz II yang akan berlangsung pada 14 September 2025 mendatang.

Kegiatan ini diikuti oleh empat wisudawan bil ghoib, yaitu Qurrota A’yun (Madura), Irma Nurlailatul Mafaza (Gresik), Nasywa Mitsfalah (Gresik), dan Qori Qonitatuz Zahra (Jombang). Mereka menjadi teladan dalam menjaga kemurnian hafalan Al-Qur’an, khususnya melalui tantangan membaca 30 juz tanpa melihat mushaf.

Gambar santri putri sedang tilawah Al-Qur'an tasmi' bil ghoib 30 juz sekali duduk
Potret santri dalam kegiatan tasmi’ bil ghoib 30 juz PPTQ Al Muanawiyah

Kegiatan dimulai serentak ba’da Subuh pada 7 September 2025, dibuka dengan tawashul yang dipimpin oleh Uma Ita Harits. Dalam kesempatan itu, para santri yang hendak tasmi’ juga menuliskan nama orang yang akan mereka kirimkan doa serta daftar mimpi-mimpi mereka. Harapannya, dengan wasilah Al-Qur’an, cita-cita tersebut dimudahkan oleh Allah ﷻ.

Proses tasmi’ berlangsung dengan para wisudawan membaca Al-Qur’an 30 juz tanpa berhenti, disimak oleh 20 santri lain yang bergantian. Ada yang berhasil menyelesaikan sebelum pukul 22.00 WIB, sementara yang lain melanjutkan hingga pagi keesokan harinya.

Baca juga: Ujian Tertutup MHQ 30 Juz Road to Wisuda II Al Muanawiyah

Pengasuh PPTQ Al Muanawiyah, Ayah A. Muammar Shalahuddin, menjelaskan bahwa tasmi’ ini diadakan sebagai wujud dari prioritas program pesantren, yaitu mutqin atau kokoh dalam hafalan. “Harapannya, tasmi’ bil ghoib 30 juz dalam sekali duduk ini menjadi momen untuk meningkatkan kelancaran hafalan Al-Qur’an wisudawan bil ghoib Al Muanawiyah,” tutur beliau.

Tasmi’ Bil Ghoib 30 Juz sebagai Momen Memutqinkan Hafalan

Uma Ita Harits menekankan bahwa tasmi’ bukanlah ajang untuk menunjukkan siapa yang paling cepat, melainkan perlombaan dengan diri sendiri. “Tidak perlu terburu-buru harus selesai cepat, yang penting dinikmati hingga selesai,” ungkapnya.

Dalam penutupan acara, Ayah A. Muammar Shalahuddin memberikan pesan mendalam kepada seluruh santri. Beliau menekankan pentingnya menginstal karakter pejuang yang tangguh, sebagaimana Rasulullah ﷺ yang meskipun hidup sebagai yatim piatu, sering dihina, dan dikucilkan, tetap teguh dalam perjuangannya. “Begitu juga dengan para penghafal Al-Qur’an, jangan pantang menyerah sampai mutqin 30 juz. Tasmi’ ini adalah bentuk perjuangan untuk menjaga hafalan agar tetap mutqin,” tegas beliau.

Kegiatan tasmi’ bil ghoib 30 juz ini tidak hanya menjadi syarat wisuda, tetapi juga momentum spiritual yang mengajarkan ketekunan, kesabaran, dan kecintaan mendalam pada Al-Qur’an. Semangat para santri Al Muanawiyah menunjukkan bahwa menjaga hafalan bukan sekadar kewajiban, melainkan jalan menuju keberkahan hidup di dunia dan akhirat.

Ikuti terus rangkaian kegiatan Wisuda Tahfidz II Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah di youtube Al-Muanawiyah

dan kanal Instagram Al-Muanawiyah

Metode Sambung Ayat dan Tasmi’ Agar Hafalan Mutqin

Metode Sambung Ayat dan Tasmi’ Agar Hafalan Mutqin

Menghafal Al-Qur’an adalah perjalanan yang indah, namun tentu tidak mudah. Santri perlu bimbingan, metode yang tepat, dan lingkungan yang mendukung. Di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah, para pengasuh menghadirkan program khusus yang menggabungkan metode sambung ayat dan tasmi’. Gabungan ini terbukti membantu santri lebih fokus, lebih tangguh, dan hafalannya lebih kuat.

Apa Itu Metode Sambung Ayat?

Metode sambung ayat dilakukan dengan cara melanjutkan bacaan yang dihentikan di tengah, seperti metode yang digunakna untuk MHQ. Misalnya, guru atau teman membaca potongan ayat, lalu santri harus segera melanjutkan dengan ayat berikutnya. Cara ini sederhana, tetapi melatih fokus, konsentrasi, dan kesiapan hafalan. Banyak santri yang merasa lebih tertantang dengan metode ini karena mereka tidak hanya menghafal, tapi juga dituntut selalu sigap.

Mengapa Perlu Dikombinasikan dengan Tasmi’?

Di sisi lain, ada metode tasmi’, yaitu santri menyetorkan hafalan secara penuh di hadapan guru. Metode ini telah lama digunakan di banyak pondok pesantren tahfidz unggulan. Di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang, tasmi’ dilakukan dengan beragam tingkatan, yaitu 5 juz, 10 juz, hingga kelipatan 5 seterusnya sampai 30 juz. Program ini ditujukan untuk menguatkan hafalan santri, selain meningkatkan kepercayaan diri santri dalam membacakan ayat-ayat Al-Qur’an.

 Gambar santri putri sedang menyetorkan hafalan ke temannya ilustrasi metode sambung ayat dan tasmi' hafalan
Potret rangkain tasmi’ yang didahului dengan metode sambung ayat santri PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Baca juga: Program Unggulan Tahfidz Mengantarkan Mutqin 30 Juz

Tasmi’ membuat hafalan lebih lancar dan rapi. Namun, jika hanya mengandalkan tasmi’ saja, terkadang hafalan masih mudah lupa. Karena itu, di PPTQ Al Muanawiyah, kedua metode ini digabungkan sehingga saling melengkapi. Tasmi’ membantu melancarkan hafalan, sedangkan sambung ayat menguatkan ingatan dan melatih kecepatan tanggap. Dengan kombinasi ini, santri lebih percaya diri dalam muroja’ah, siap menghadapi ujian hafalan, dan bahkan lebih matang ketika mengikuti lomba MTQ atau STQ. Yang terpenting, hafalan mereka tidak hanya sekadar diucapkan, tapi benar-benar tertanam kuat dalam ingatan.

Program ini adalah salah satu keunggulan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah, sebuah pesantren tahfidz putri yang berkomitmen mendidik generasi Qur’ani. Jika Anda ingin putri Anda mendapatkan bimbingan terbaik dalam menghafal Al-Qur’an dengan metode sambung ayat dan tasmi’, mari bergabung bersama kami.

 

Adab Berbicara dari Kajian Kitab Washiyatul Musthafa

Adab Berbicara dari Kajian Kitab Washiyatul Musthafa

Adab berbicara adalah salah satu bagian penting dari ajaran Islam yang sering ditekankan dalam berbagai kitab, salah satunya Washiyatul Musthafa. Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa lisan adalah amanah. Meski tidak bertulang, ia bisa mendatangkan manfaat besar atau justru menimbulkan bahaya yang lebih tajam daripada pedang. Karena itu, seorang Muslim wajib berhati-hati menjaga setiap kata yang keluar dari mulutnya.

 

Bahaya Lisan yang Tidak Dijaga

Salah satu bentuk kelalaian dalam berbicara adalah mudah mencela, menghina, atau ghibah. Dalam kitab Washiyatul Musthofa dijelaskan bahwa ghibah memiliki konsekuensi besar: pelakunya harus meminta maaf langsung kepada orang yang digibahi dengan menyebutkan kesalahannya. Jika tidak, maka ada kafarat atau hukuman yang menanti. Bahkan laknat seorang Muslim kepada sesama Muslim ibarat boomerang—ucapan itu akan kembali kepada dirinya sendiri.

Dua wanita berhijab berbincang sambil tersenyum, ilustrasi adab berbicara menurut Kitab Washiyatul Musthafa
Adab berbicara yang yang baik (foto: freepik)

Menjaga Adab Berbicara di Era Digital

Di zaman sekarang, menjaga adab berbicara menjadi semakin penting. Manusia bisa “bicara” tanpa membuka mulut, cukup dengan mengetik komentar atau membuat postingan di media sosial. Fenomena akun gosip atau budaya ghibah bareng netizen adalah contoh nyata betapa mudahnya orang melupakan adab bicara. Padahal, dosa ghibah tetaplah sama, baik dilakukan secara langsung maupun melalui jari-jari di dunia maya.

Baca juga: Bahaya Banyak Bicara Bagi Hati dan Kekhusyukan Ibadah

Jika seseorang berani menyebarkan keburukan orang lain, maka ia juga harus berani menanggung konsekuensinya. Efek dari lisan, baik lisan nyata maupun lisan digital, bisa memecah ukhuwah, menumbuhkan kebencian, bahkan menyeret pelakunya kepada murka Allah.

Menjaga adab berbicara bukan hanya tentang sopan santun, tetapi juga menyangkut keselamatan akhirat. Lisan yang tidak dapat dikendalikan diibaratkan seperti anjing buas, yang siap menerkam musuhnya dengan galak. Rasulullah ﷺ mengajarkan agar lisan kita selalu terjaga dari celaan, ghibah, maupun laknat. Di era digital, pesan ini semakin relevan: pikirkan baik-baik sebelum berucap maupun sebelum mengetik

 Untuk penjelasan lebih lengkap, mari simak kajian kitab Washiyatul Musthafa tentang adab berbicara di channel YouTube Al Muanawiyah. Semoga Allah menjaga lisan kita agar selalu terarah pada kebaikan.