Al Muanawiyah – Nama KH Ardani Ahmad dikenal sebagai salah satu ulama asal Blitar yang memberi kontribusi besar dalam kajian fikih wanita. Beliau merupakan pengarang kitab Risalatul Mahidh, sebuah karya ringkas namun sangat sistematis yang membahas hukum-hukum haid, nifas, dan istihadhah. Karya ini banyak dipelajari di pesantren, khususnya di kalangan santri putri, karena menjelaskan persoalan-persoalan fikih perempuan dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami.
Biografi Singkat KH Ardani Ahmad
KH Muhammad Ardani bin Ahmad adalah ulama asal Blitar yang lahir di Banyuwangi tahun 1956 dan merupakan pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Jeblog di Talun, Blitar. Beliau menempuh pendidikan pesantren di Al-Falah Ploso, Kediri, dan menulis kitab Risālah al-Maḥīḍ (Risalatul Mahidh) pada tahun 1992. Kitab ini membahas fikih haid, nifas, dan istihadhah secara sistematis menggunakan bahasa Arab Pegon dan Jawa Krama agar mudah dipahami santri putri.

Selain aktif menulis, beliau juga mengelola pesantren yang menerapkan kurikulum salaf dan sekolah formal (SMP/SMA) serta program tahfidz, menjadikan pondoknya tempat pembinaan karakter dan keilmuan untuk generasi muda. Beliau membina santri dengan pendekatan melalui pengajaran kitab kuning. Sebagian muridnya kemudian menjadi pengajar fikih perempuan di berbagai pesantren. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh beliau tidak hanya melalui tulisan, tetapi juga melalui kaderisasi ulama dan pendidik di tingkat lokal. Hingga kini, Blitar masih mengenang beliau sebagai sosok ulama yang tekun dan bersahaja.
KH Ardani Ahmad lahir dan tumbuh dalam lingkungan pesantren di Blitar. Sejak kecil, beliau telah akrab dengan tradisi keilmuan klasik. Riwayat pendidikannya menunjukkan bahwa beliau berguru kepada sejumlah kiai di Jawa Timur, terutama yang dikenal mendalami bidang fikih. Berkat ketekunan itu, beliau kemudian mengajar di pesantren dan aktif menulis karya-karya keislaman. Risalatul Mahidh menjadi salah satu kitab yang paling luas penyebarannya, dipelajari mulai dari pesantren kecil hingga lembaga pendidikan Islam modern.
Pokok Isi dan Keunggulan Risalatul Mahidh
Kitab Risalatul Mahidh berisi penjelasan terperinci mengenai tanda-tanda haid, batas waktunya, hukum ibadah bagi perempuan yang sedang haid, serta perbedaan haid dan istihadzah. Dalam tradisi pesantren, kitab ini sering dijadikan materi wajib dalam kelas fikih perempuan. Banyak kiai dan nyai menjadikannya rujukan karena merangkum pendapat fuqaha klasik dalam bentuk ringkas. Di beberapa daerah, kitab ini diajarkan dalam pengajian khusus ibu-ibu untuk meningkatkan pemahaman dasar tentang ibadah dan kesucian.
Teladan Keilmuan Bagi Santri Masa Kini
Warisan keilmuan KH Ardani Ahmad menjadi inspirasi bagi generasi muda, khususnya santri yang ingin memperdalam ilmu fikih. Ketekunan beliau dalam menulis dan mengajar menunjukkan bahwa ilmu dapat diwariskan melalui karya dan teladan. Dalam konteks pendidikan pesantren masa kini, semangat beliau mendorong para penuntut ilmu untuk terus belajar. Membaca, menelaah, dan menyampaikan ajaran dengan cara yang bijak adalah kemampuan dasar santri. Kitab Risalatul Mahidh digunakan sebagai fondasi pemahaman fikih perempuan dan menjadi bukti kontribusi ulama daerah dalam khazanah keilmuan Islam Indonesia.
Jika Anda ingin memperdalam kajian fikih perempuan atau mengenal lebih banyak karya ulama Nusantara, membaca kembali karya-karya seperti Risalatul Mahidh dapat menjadi langkah awal yang bermanfaat. Semangat keilmuan yang diwariskan beliau layak dijadikan teladan dalam perjalanan belajar para santri dan masyarakat luas.




