Doa Sebelum Membaca Al-Qur’an dan Keutamaannya

Doa Sebelum Membaca Al-Qur’an dan Keutamaannya

Membaca Al-Qur’an adalah ibadah mulia yang menghadirkan pahala berlipat ganda. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa setiap huruf yang dibaca bernilai sepuluh kebaikan. Selain itu, Al-Qur’an menjadi cahaya di dunia, penenang hati, serta pemberi syafaat di hari kiamat bagi orang yang membacanya dengan ikhlas. Dengan memahami keutamaan ini, seorang Muslim sebaiknya memulai tilawah dengan adab yang benar, salah satunya membaca doa sebelum membaca Al-Qur’an agar hati siap menerima petunjuk.

Doa ini termasuk amalan yang dianjurkan para ulama untuk memulai tilawah dengan hati yang bersih dan penuh adab. Salah satu doa yang populer dibaca adalah:

اَللّٰهُمَّ افْتَحْ عَلَىَّ حِكْمَتَكَ وَانْشُرْ عَلَىَّ رَحْمَتَكَ وَذَكِّرْنِىْ مَانَسِيْتُ يَاذَاالْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ

Allohummaftah ‘alayya hikmataka wansyur ‘alayya rohmataka wa dzakkirnii maa nasiitu yaa dzal jalaali wal ikhroomi
Artinya: “Ya Allah bukakanlah hikmah-Mu padaku, bentangkanlah rahmat-Mu padaku dan ingatkanlah aku terhadap apa yang aku lupa, wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan.”

lafadz doa sebelum membaca Al-Qur'an
Doa sebelum membaca Al-Qur’an

Mengapa Dianjurkan Membaca Doa Ini?

Makna doa ini begitu dalam. Seorang Muslim memohon agar Allah membukakan hikmah, memberikan rahmat, dan menguatkan murojaah hafalan terhadap ayat-ayat yang pernah dipelajari. Ini menunjukkan kerendahan hati bahwa tanpa bimbingan Allah, manusia mudah lalai dan lupa.

Selain itu, doa ini menyiapkan hati agar siap menerima petunjuk Al-Qur’an, bukan sekadar melafalkan huruf. Bacaan yang diawali doa akan lebih bermakna, karena hati telah disucikan dari kesombongan dan pikiran diarahkan untuk memahami makna ayat.

Keutamaan Membaca Doa Sebelum Membaca Al-Qur’an

  1. Mendapat Bimbingan Ilahi – Dengan memohon hikmah, kita berharap Allah memberi pemahaman yang benar terhadap ayat-ayat-Nya.

  2. Mendapat Rahmat dan Ketenangan – Bacaan Al-Qur’an yang diawali dengan doa akan membawa ketenangan batin dan keberkahan hidup.

  3. Mencegah Kelalaian – Doa ini membantu kita fokus, sehingga lebih mudah mengingat ayat yang pernah kita hafal.

  4. Mengikuti Tradisi Ulama Salaf – Banyak pesantren dan majelis taklim membiasakan doa ini sebelum belajar, sebagai bentuk adab kepada ilmu.

Doa sebelum membaca Al-Qur’an bukan hanya pelengkap, melainkan kunci untuk mendapatkan keberkahan dari tilawah. Dengan membiasakannya, kita menjaga adab terhadap kalamullah dan memohon agar setiap bacaan menjadi cahaya di dunia dan akhirat. Jangan lupa juga untuk mengakhiri kegiatan tilawah dengan membaca doa khotmil Qur’an yang dianjurkan para ulama.

Mengapa Tradisi Keilmuan Salaf Tetap Relevan di Era Digital

Mengapa Tradisi Keilmuan Salaf Tetap Relevan di Era Digital

Tradisi pesantren salaf adalah warisan ulama terdahulu yang tetap bertahan hingga kini, termasuk di pusat pendidikan Islam seperti Jombang. Di tengah kemajuan teknologi dan arus informasi yang begitu cepat, banyak orang mengira bahwa tradisi keilmuan Islam ala ulama salaf sudah tidak relevan. Padahal, justru di era digital inilah nilai-nilai tersebut semakin dibutuhkan. Tradisi ini mengutamakan kedalaman ilmu, ketelitian dalam memahami dalil, dan pengamalan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya justru semakin dibutuhkan sebagai pondasi moral dan intelektual umat.

Salah satu ciri utama tradisi pesantren salaf adalah kajian kitab kuning, yang telah menjadi pilar pendidikan Islam selama berabad-abad. Kitab-kitab karya ulama salaf tidak hanya memuat pengetahuan agama, tetapi juga melatih cara berpikir yang runtut dan kritis. Metode belajar seperti talaqqi, musyawarah, dan hafalan membantu membentuk kesabaran, kedisiplinan, serta rasa hormat kepada guru.

Tradisi Ulama Salaf di Pesantren Jombang

Pesantren di Jombang terkenal sebagai pusat keilmuan Islam yang tetap menjaga tradisi ulama salaf. Beberapa tradisi yang masih dijalankan antara lain sorogan (santri membaca kitab di hadapan kiai untuk mendapatkan koreksi langsung), bandongan (kiai membaca dan menjelaskan kitab, santri menyimak sambil mencatat), serta mujahadah (kegiatan dzikir dan doa bersama untuk memohon keberkahan ilmu). Selain itu, para santri juga terbiasa mengikuti halaqah diskusi, di mana mereka mengkaji masalah keagamaan dengan merujuk pada kitab-kitab klasik. Tradisi ini bukan sekadar rutinitas, tetapi sarana membentuk keilmuan yang mendalam sekaligus akhlak yang mulia.

gambar santri sedang berkumpul mengadakan doa bersama ilustrasi tradisi  pondok pesantren salaf
Tradisi pesantren salaf, membangun keakraban dan jiwa kompetitif dengan doa bersama

Di era digital, tantangan terbesar umat Islam adalah membedakan informasi yang benar dan yang menyesatkan. Tradisi keilmuan salaf mengajarkan verifikasi sumber (tahqiq) sebelum menerima sebuah pendapat. Prinsip ini sangat relevan untuk mencegah tersebarnya hoaks dan pemahaman yang keliru.

PPTQ Al Muanawiyah Jombang menjadi salah satu pesantren yang berkomitmen menjaga dan mengembangkan tradisi keilmuan salaf. Di sini, santri mempelajari berbagai kitab penting, mulai dari ilmu nahwu, sharaf, fiqih, akhlak, hingga tafsir. Pembelajaran tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga pengamalan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Santri juga ditekankan pentingnya mempelajari adab sebelum ilmu.

Selain mengkaji kitab kuning, PPTQ Al Muanawiyah juga memadukan metode pendidikan modern, termasuk penggunaan teknologi untuk mendukung proses belajar. Dengan kombinasi ini, santri mendapatkan bekal ilmu yang mendalam sekaligus kemampuan beradaptasi di era digital.

Jika Anda ingin putra-putri tumbuh menjadi generasi Qur’ani yang berilmu dan berakhlak mulia, memadukan warisan ulama salaf dengan keterampilan era modern, PPTQ Al Muanawiyah Jombang siap menjadi tempat terbaik untuk menimba ilmu.

Hikmah Surat Al-Qadr Sebagai Kabar Gembira Umat Muslim

Hikmah surat Al-Qadr malam lailatul Qadr bulan Ramadhan. Lentera lampu minyak dan kurma sebagai simbol bulan Ramadhan
Ilustrasi malam bulan Ramadhan sebagai hikmah surat Al-Qadr

Hikmah surat Al-Qadr menjelaskan tentang kandungan dari salah satu surat pendek dalam Al-Qur’an yang sarat makna dan pelajaran berharga. Surat Al Qadr yang diturunkan setelah ‘Abasa ini, merupakan surah ke 97 dalam Al-Quran dan termasuk golongan makkiyah.  Surat ini terdiri dari lima ayat yang menjelaskan tentang Lailatul Qadr, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Malam tersebut menjadi istimewa karena pada saat itu Al-Qur’an diturunkan, membawa cahaya petunjuk bagi umat manusia.

Lafadz dan Arti

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ﴿١﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ﴿٢﴾ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ ﴿٣ ﴾ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ ﴿٤﴾ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ ﴿٥

Artinya:

1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan .

2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?

3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.

4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.

5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

Hikmah Surat Al-Qadr

Salah satu hikmah surat Al-Qadr adalah mengajarkan betapa pentingnya memanfaatkan momen-momen istimewa yang Allah anugerahkan. Lailatul Qadr adalah malam di mana amal kebaikan dilipatgandakan, doa-doa diijabah, dan rahmat Allah terbuka lebar. Malam ini bukan hanya tentang pahala besar, tetapi juga tentang kesempatan memperbaiki diri dan mendekat kepada-Nya.

Ayat-ayat dalam surat ini juga mengingatkan bahwa malam tersebut dipenuhi malaikat dan keberkahan hingga fajar tiba. Ini menjadi pesan bahwa rahmat dan kedamaian akan menyelimuti hati orang yang menghidupkan malam itu dengan ibadah. Bagi umat Islam, ini adalah dorongan untuk meningkatkan kualitas ibadah, terutama di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.

Selain itu, hikmah yang dapat diambil adalah bahwa nilai amal tidak hanya diukur dari kuantitas, tetapi juga kualitas dan keikhlasan. Satu malam yang diisi dengan ibadah penuh keimanan bisa melampaui ibadah yang dilakukan dalam waktu puluhan tahun, jika dilakukan di Lailatul Qadr.

Dengan memahami hikmah surat Al-Qadr, seorang Muslim diharapkan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Allah. Surat ini menjadi pengingat bahwa waktu adalah nikmat yang harus dijaga, dan keberkahan bisa datang pada momen yang tidak kita duga. Semoga kita semua diberi kesempatan untuk meraih kemuliaan malam Lailatul Qadr dan memetik seluruh hikmahnya. Baca juga asbabun nuzul surat Al-Qadr di sini.

almuanawiyah.com

Khotmil Qur’an Bil Ghoib Menyemarakkan Milad ke-5 Pondok

khotmil Qur'an bil ghoib santri pondok pesantren tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang dalam milad ke-5 tahun. Santri khataman Al-Qur'an 30 juz
Khotmil Qur’an bil ghoib 30 juz menuju puncak acara milad ke-5 PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Masih dalam rangka milad ke-5 Al Muanawiyah, para santri melaksanakan kegiatan Khotmil Qur’an bil Ghoib yang penuh makna. Acara dimulai pada Jumat malam pukul 21.00 WIB (08/08/2025) dan berlanjut hingga Sabtu sore. Selama hampir satu hari penuh dengan jeda di malam hari untuk istirahat, sekitar 100 santri melantunkan ayat suci Al-Qur’an tanpa melihat mushaf, sebagai bentuk latihan menjaga hafalan yang telah diamanahkan.

Proses khataman dilakukan dengan sistem simakan. Setiap santri membaca hafalan sesuai bagian yang telah ditentukan, sementara 1 orang lainnya berperan sebagai penyimak. Agar tidak memakan waktu yang panjang, santri pembaca dan penyimak urutan selanjutnya juga sudah bersiap di panggung. Metode ini memastikan bacaan tetap terjaga kemurniannya, meminimalisir kesalahan pelantunan hafalan santri dilakukan tanpa melihat Al-Qur’an. Suasana terasa khusyuk dan mengharukan ketika lantunan hafalan bersahut-sahutan di halaman pondok, menciptakan gema yang menyejukkan hati.

Kegiatan ini bukan hanya menyemarakkan peringatan milad, tetapi juga menguatkan hafalan para santri. Dengan mengulang bacaan secara bersama-sama, daya ingat akan semakin kuat dan kesalahan dapat segera diperbaiki. Di sisi lain, masyarakat sekitar juga mendapatkan manfaat spiritual. Suara merdu bacaan Al-Qur’an yang terdengar hingga luar pondok diharapkan membawa ketenangan dan keberkahan bagi lingkungan sekitar.

Harapan dan Rangkaian Milad ke-5 PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Hari ini, rangkaian milad dilanjutkan dengan pengajian ibu-ibu selepas Maghrib. Puncak acara milad akan digelar selepas Isya, dihadiri oleh para asatidz, pengasuh, dan seluruh santri. Dua hari sebelumnya, berbagai lomba seperti Pilihan Da’i Remaja (Pildaraja), Musabaqoh Hifdzil Qur’an (MHQ), dan Musabaqoh Syahril Qur’an (MSQ) telah sukses digelar untuk menumbuhkan semangat belajar dan mengasah kemampuan santri.

Milad ini diharapkan membawa kebermanfaatan besar bagi seluruh elemen pondok: santri, wali santri, pengasuh dan asatidz, serta warga sekitar. Keberkahan dari lantunan ayat suci dan doa bersama menjadi harapan agar perjalanan pondok terus diberkahi.

Jangan lewatkan puncak acara malam ini dan rangkaian kegiatan milad ke-5 Al Muanawiyah lainnya. Saksikan siarannya secara langsung melalui kanal YouTube resmi Al Muanawiyah dan rasakan kemeriahannya dari rumah Anda.

Lomba MHQ Santri Meriahkan Hari Kedua Milad Al-Muanawiyah

Lomba MHQ Santri Meriahkan Hari Kedua Milad Al-Muanawiyah

Al MuanawiyahPondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Muanawiyah Jombang terus menghadirkan kegiatan bermakna dalam rangka peringatan Milad ke-5. Salah satunya melalui lomba MHQ santri (Musabaqah Hifdzil Qur’an) yang digelar dengan penuh kekhidmatan. Kegiatan ini menjadi momen penting untuk menguji kekuatan hafalan. Selain itu, dapat menumbuhkan rasa percaya diri santri dalam melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an di hadapan publik.

Lomba MHQ tahun ini dibagi ke dalam dua cabang, yaitu cabang juz 29-30 yang diikuti oleh 10 santri dan cabang juz 1-5 yang diikuti oleh 8 santri. Peserta MHQ juz 29-30 adalah ananda Ni’ma Hijriyah, Sita Aulia, Nayla Rahma, Asyafa, Hasna, Early Azkiyatul, Fatimatuzzahro’, Hanna Fairuz, Qonita Fi Sabilillah, dan Shofiyatul Muslimah. Sedangkan peserta MHQ juz 1-5 adalah ananda Syafa’ah Putri, Fairuz Zahrani Salsabila, Sufa, Nabila Khoirunnisa, Wafa, Sania Aulia, Dinda Aprilia, Shavana.

lomba MHQ santri musabaqoh hifdzil quran santri pondok pesantren tahfidz putri Jombang. Gambar santriwati sedang melantunkan Al-Qur'an
Lomba MHQ santri dalam rangka peringatan milad ke-5 PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Para peserta menunjukkan kemampuan terbaik mereka dengan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang indah dan penuh penghayatan. Ada proses belajar panjang, perjuangan menghafal, dan latihan mental agar [eserta mampu tampil dengan tenang dan meyakinkan. Di akhir kegiatan, juri menyampaikan pengumuman para pemenang, yaitu MHQ juz 29-30 juara 1 Ni’ma Hijriyah kelas 9 SMP asal Jombang dan juara 2 Fatimatuzzahro’ kelas 9 SMP asal Jombang. Sedangkan pemenang MHQ juz 1-5 adalah juara 1 Fairuz Zahrani Salsabila kelas 7 SMP asal Sidoarjo dan juara 2 Syafaah Putri Rahmawan kelas 9 SMP asal Lamongan.

Baca juga: Musabaqoh Syahril Qur’an Meriahkan Milad ke-5 Al Muanawiyah

Lomba MHQ Santri Sebagai Sarana Meningkatkan Kecintaan pada Al-Qur’an

Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang seleksi ketepatan hafalan, tetapi juga sebagai sarana pembinaan ruhiyah dan pembentukan karakter. Santri dilatih untuk melantunkan Al-Qur’an dengan tepat dan lantang. Agar tujuan tersebut terpenuhi, para peserta harus melakukan persiapan yang cukup.

“Ndredeg. Sudah persiapan sekitar 1 minggu lebih dengan ujian MHQ terus setiap setoran. Lega alhamdulillah sudah selesai,” ucap Hasna, salah satu peserta MHQ juz 29-30.

Para juri dari asatidzah tahfidz turut memberikan apresiasi atas penampilan santri. Mereka berharap lomba ini bisa menjadi motivasi untuk lebih mencintai dan menjaga hafalan Al-Qur’an. Berikutnya juga menginspirasi pesantren atau sekolah lainnya agar terus menghadirkan ruang-ruang pembinaan Al-Qur’an yang menarik dan menantang.

Lomba MHQ santri ini menjadi bukti bahwa santri dapat diberikan kesempatan untuk menunjukkan hasil dari proses menghafalnya. Saksikan tayangan live di akun Youtube Al-Muanawiyah.

Jadi Ketua OSIS Tak Menghalangi Sania Ikut Wisuda Binadzor

Jadi Ketua OSIS Tak Menghalangi Sania Ikut Wisuda Binadzor

Sania Aulia Nuraini, santri kelas 9 SMP asal Tulungagung, saat ini menjadi calon peserta wisuda binadzor di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah. Di usianya yang baru 14 tahun, ia telah menghafal 12 juz Al-Qur’an. Perjalanan menghafalnya dimulai dua tahun lalu, sejak pertama kali masuk pondok. Sebelumnya, Sania telah hafal surat An-Naas hingga Adh-Dhuha.

Meski sempat merasa iri kepada teman-teman yang lebih dulu banyak hafalannya, ia memilih untuk mengejar ketertinggalan. “Allah memberikan bantuan dengan menunda haid, karena ketika haid tidak bisa menghafal Al-Qur’an. Jadi sekarang lebih cepat,” jelasnya.

Baca juga: Motivasi Penghafal Al-Qur’an: Hafal 18 Juz di Usia 14 Tahun

Awalnya, keinginan untuk menghafal datang dari tawaran orang tua, dari mengenal tetangga penghafal Al-Qur’an yang lebih dahulu memulai hafalan. Setelah persiapan selama dua bulan, Sania pun memulai mondok dan menjalani prosesnya dengan penuh semangat.

Motivasi penghafal Al Quran wisuda binadzor ketua osis. Santriwati membaca Al Quran di masjid
Sania, sosok ketua OSIS yang akan mengikuti wisuda binadzor

Kini, ia juga dipercaya sebagai Ketua OSIS SMP Quran Al Muanawiyah. Di tengah padatnya kegiatan sekolah dan organisasi, ia tetap konsisten mengatur waktu hafalan. Usai setoran, ia langsung menyiapkan setoran berikutnya agar waktu lain bisa dimanfaatkan untuk rapat, persiapan lomba, dan agenda lainnya. Targetnya adalah dapat menghafal satu juz per bulan.

“Ketika selesai tasmi’ juz 1–5, saya menyadari bahwa diri saya mampu mengejar target,” tuturnya. Dari yang awalnya tertinggal, kini Sania justru telah melampaui beberapa teman. Hal ini menjadi motivasi penghafal Al-Qur’an bagi dirinya sendiri untuk terus semangat menuju khatam.

Saat semangatnya menurun, Sania memilih berbagi cerita kepada kakak tingkat di pondok. Ia merasa lingkungan pondok sangat mendukung prosesnya, karena bisa bersama dengan teman-teman seperjuangan.

Sempat Ragu Mendaftar Wisuda Binadzor

Sebelum mendaftar seleksi wisuda binadzor, sempat muncul keraguan. Ujian yang harus dihadapi cukup berat, mencakup tartil, tajwid, makharijul huruf, hingga setoran hafalan surat tertentu. Namun, ia tetap melangkah dan mulai menarget binadzor satu juz per hari dengan disimak langsung oleh ustadzah.

Sania merupakan anak pertama di keluarganya yang menjadi penghafal Al-Qur’an. Ia merasakan manfaat mondok, salah satunya adalah kedekatan dengan keluarga yang lebih terasa. “Dengan mondok, saya justru merasa lebih dekat dengan keluarga—salah satu kelebihan dibanding menghafal di rumah bersama orang tua,” ungkapnya.

Sebagai motivasi penghafal Al-Qur’an, Sania berpesan kepada teman-teman yang sedang berjuang:

“Semangat. Berjuang itu susah, tapi nanti enaknya di akhirat.”

Pondok Jombang II Pesantren Tahfidz Putri Jombang Al-Muanawiyah Milad 5

Pondok Pesantren Al-Muanawiyah Rayakan Milad ke-5, Puluhan Hafidzah 30 Juz Telah Lahir

Jombang – Tepat pada momentum milad ke-5, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Muanawiyah Jombang mencatatkan pencapaian luar biasa dalam dunia pendidikan tahfidz. Berdiri sejak lima tahun lalu, pesantren ini telah berhasil mencetak puluhan penghafal Al-Qur’an mutqin 30 juz yang tersebar dari berbagai angkatan.

Dengan mengusung tagline “The Pesantren of Holding Qur’an,” Al-Muanawiyah dikenal sebagai pesantren tahfidz putri yang mengutamakan kualitas hafalan, adab terhadap Al-Qur’an, serta pembinaan spiritual secara menyeluruh. Para santri tidak hanya ditargetkan untuk menghafal, namun juga menjaga hafalan dalam jangka panjang melalui metode yang sistematis dan terbukti efektif.

Santri-santri Al-Muanawiyah datang dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Jombang, Sidoarjo, Gresik, Ngawi, hingga luar provinsi. Hal ini menunjukkan bahwa metode tahfidz yang diterapkan oleh pesantren ini telah menarik perhatian banyak wali santri yang mendambakan anaknya menjadi hafidzah yang kuat dalam hafalan dan akhlaknya.

“Metode Al-Muanawiyah menekankan pada muroja’ah berkala, evaluasi hafalan mingguan, serta penguatan spiritual dengan qiyamullail dan pembiasaan dzikir harian. Inilah yang membentuk karakter santri yang tangguh dan cinta Qur’an,” ujar salah satu pembina tahfidz.

Milad ke-5 ini bukan sekadar peringatan usia, namun momentum syukur dan muhasabah atas karunia Allah yang telah menjadikan Al-Muanawiyah sebagai pusat pembinaan hafidzah yang unggul dan berakhlak Qurani. Ke depan, pesantren ini berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pembinaan dan memperluas manfaat bagi umat.

Motivasi Hidup Keluarga Islami dari Surat Al Insyirah

Motivasi Hidup Keluarga Islami dari Surat Al Insyirah

Di zaman yang serba cepat ini, hidup seolah tak memberi jeda. Orang tua dituntut untuk kuat secara ekonomi, emosi, dan spiritual, sementara di waktu yang sama mereka juga harus membesarkan anak-anak dengan baik. Tak jarang, kelelahan datang tanpa diminta. Lelah batin, lelah hati, bahkan perasaan tak cukup baik sebagai orang tua. Di tengah kelelahan ini, motivasi hidup Islami sangat dibutuhkan agar hati tidak runtuh—dan di sinilah Surat Al-Insyirah hadir sebagai penenang.

“Bukankah Kami telah melapangkan dadamu? … Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 1 & 6)

Surat pendek ini sering dibaca, tapi jarang direnungi dalam-dalam. Padahal isinya adalah pelajaran besar tentang hidup: bahwa kesulitan adalah bagian dari kehidupan, tapi bukan akhir dari segalanya. Justru bersamanya, ada jalan keluar yang Allah siapkan.

Gambar keluarga bahagia dengan seorang ayah, seorang ibu yang berpelukan dengan anak perempuannya
Motivasi hidup keluarga Islami dari Surat Al Insyirah

Mendidik Anak Adalah Perjalanan Jiwa

Tak ada orangtua yang sempurna. Tapi mereka yang terus belajar dan mendampingi anaknya dengan niat karena Allah, sejatinya sedang menjalani ibadah yang besar. Salah satu bentuk ikhtiar mendidik anak adalah dengan memperkenalkan mereka pada Al-Qur’an sejak dini. Ada banyak orang tua yang memasukkan anaknya ke pondok pesantren. Sebagian mungkin ragu: “Apakah anak saya kuat? Apakah saya tega berpisah? Apakah ini akan berguna?”

Jawabannya bisa ditemukan lewat nilai-nilai dalam surat Al-Insyirah.
Menghafal Al-Qur’an memang bukan hal ringan. Namun, saat anak diajari untuk sabar, disiplin, dan ikhlas dalam menghafal, sebenarnya mereka sedang menempa jiwanya. Banyak santri yang bertumbuh bukan hanya dalam hafalan, tapi juga dalam karakter—lebih sabar, lebih kuat menghadapi cobaan, dan lebih tahu cara memaknai kesulitan.

Dan yang terpenting, dalam proses itu orang tua pun ikut ditempa. Doa mereka semakin dalam. Harapan mereka tumbuh dari sujud. Bahkan ketika anak sempat ingin menyerah, orang tualah yang menjadi semangat utama untuk mereka bangkit lagi.

Motivasi Hidup Islami: Bersama Al-Qur’an Ada Ketenangan

Ketika orang tua mulai letih dalam mendampingi anak—baik dalam hal hafalan, sekolah, atau bahkan hanya menjaga akhlaknya di rumah—ingatlah bahwa Allah tidak pernah membebani seseorang melebihi kemampuannya (QS. Al-Baqarah: 286). Allah tahu apa yang sedang kita perjuangkan.

Al-Qur’an bukan hanya bacaan, tapi penyejuk jiwa. Ia mampu menguatkan hati anak-anak, sekaligus menenangkan jiwa orang tua yang sedang dilanda kekhawatiran. Saat kita menjadikan Al-Qur’an sebagai pusat hidup keluarga, maka rumah tak hanya hangat secara fisik, tapi juga secara spiritual.

Baca juga: Pengertian dan Syarat Nazar dalam Islam

Hidup Tak Akan Selalu Mudah, Tapi Allah Selalu Bersama Kita

Setiap kesulitan, sekecil apapun, adalah bagian dari proses mendewasakan hati. Sebagai orang tua, jangan pernah merasa sendiri. Jadikan motivasi hidup Islami dari surat-surat pendek seperti Al-Insyirah sebagai pelita di saat gelap, agar kita bisa terus melangkah, walau perlahan.

Dan kepada anak-anak kita, tanamkan keyakinan: bahwa menghafal Al-Qur’an adalah perjalanan jiwa yang akan membawa banyak kemudahan—baik di dunia maupun akhirat.

Wisuda Tahfidz 2025: Mewujudkan Mimpi Ayah Tercinta

Wisuda Tahfidz 2025: Mewujudkan Mimpi Ayah Tercinta

Al-MuanawiyahDi balik megahnya acara Wisuda Tahfidz 2025 yang akan segera digelar, ada kisah perjuangan panjang yang bisa menjadi motivasi menghafal Al Qur’an. Salah satunya datang dari seorang santri putri bernama Nasywa Mitsfalah, 21 tahun, asal Gresik. Ia merupakan calon wisudawati kategori bil ghoib,  santri kelas tahfidz murni yang telah menempuh perjalanan dua tahun penuh dedikasi di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang.

Perjuangan motivasi menghafal al quran santri putri pondok pesantren tahfidz terbaik Jombang
Kisah Inspiratif Perjuangan Menghafal Al Qur’an

Dari Tayangan Hafiz Cilik Hingga Wisuda Tahfidz

Kisahnya bermula dari ketertarikan masa kecil pada hafiz cilik yang sering ia lihat di televisi. Sejak saat itu, Nasywa kecil mulai mengenal kemuliaan para penghafal Al-Qur’an. Dengan bekal motivasi dari tayangan itu dan motivasi keluarga—terutama dari seorang anggota keluarga yang juga alumni pondok—Nasywa memutuskan untuk mondok setelah lulus SD. Sebelum bergabung di pondok saat ini, ia sudah mengantongi hafalan 15 juz.

Ketika santri lain sempat merasa iri melihat kehidupan luar pondok, Nasywa justru menjalaninya dengan sukarela. “Karena mondok keinginan sendiri, jadi tidak iri dengan temen-temen di luar,” ujarnya.

Namun, perjalanannya tak selalu mudah. Ia pernah mengalami masa bimbang antara mengutamakan hafalan atau pelajaran sekolah. “Dulu ketika SMP lebih banyak belajar pelajaran sekolah daripada menghafal, karena ada ketakutan ketinggalan pelajaran.” Hafalannya pun sempat berjalan lambat, hanya lima baris hingga setengah halaman setiap setoran.

Baca juga: Motivasi Menghafal Al-Qur’an: Tidak Mondok Bukan Hambatan

Kini, penyesalan kecil itu menjadi pelajaran besar. “Sekarang setelah menjalani prosesnya, akhirnya merasa menyesal kenapa tidak sejak dahulu fokus hafalan.” Ia menyadari, usia muda adalah masa emas dalam menghafal. Tapi meski tak sejak dini, ia tetap menjalani proses memutqinkan hafalan dengan tekad kuat. Setelah proses yang begitu panjang, Nasywa berhasil menjadi salah satu santri yang akan diwisuda tahun ini.

Kisah Inspiratif Motivasi Menghafal Al Quran
Tasmi’ Bil Ghoib 30 Juz Santri Berprestasi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang

Menjadi Tangguh Bersama Pondok dan Al-Qur’an

Lebih dari sekadar mengejar hafalan, pondok menjadi ladang tumbuhnya potensi diri. Nasywa dipercaya mengemban berbagai amanah, menjadi musyrifah penyimak hafalan, MC podcast, hingga akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa kuliah penuh (fully funded) melalui jalur tahfidz di Universitas Hasyim Asy’ari Jombang. Ini menjadi salah satu buah dari fokus hafalannya selama di pondok.

Namun, ujian hidup tak datang dari hafalan, melainkan dari rumah. Masalah ekonomi menimpa keluarganya sejak ia duduk di bangku SMP. Rumah harus dijual, orangtua sakit, dan ketika akhirnya ia khatam 30 juz, tak lama kemudian sang ayah meninggal dunia. “Ada titik di mana ingin menyerah untuk mengejar mimpi kuliah dan hafalan mutqin,” kenangnya. Tapi pondok bukan hanya tempat belajar, melainkan rumah kedua yang menguatkannya. Dengan bimbingan Ayah Amar dan Uma Ita Harits selaku pengasuh pondok, ia bangkit kembali, bahkan melanjutkan ke perguruan tinggi seperti yang diimpikan almarhum ayahnya.

Wisuda Tahfidz 2025 bukan sekadar seremoni. Ia adalah penanda perjuangan panjang, tangis dalam diam, dan doa orangtua yang dikabulkan. Nasywa adalah satu dari sekian banyak santri yang akan melangkah di panggung wisuda, membawa harapan, cita-cita, dan kebanggaan untuk orangtuanya.

“Hafalan itu harus dibuat target dan jadwal, kita harus bertanggung jawab. Semisal tidak sampai target, maka harus buat sanksi untuk diri sendiri, seperti tidak boleh jajan sehari, mencuci baju, menata lemari, dan lain-lain yang buat kapok tidak akan mengulanginya lagi. Hargai waktumu, sampai kamu merasakan bahwa waktu itu sangat berharga. Sekali kita melalaikan waktu, kita bisa kehilangan 1000 kesempatan di masa depan,”

Melalui cerita Nasywa, kita kembali diingatkan bahwa pondok pesantren bukan hanya tempat menuntut ilmu, tetapi juga tempat menempa jiwa, memperkuat mental, dan memantapkan jalan menuju keberkahan. Di sinilah calon-calon hafiz dan hafizah dibentuk, bukan hanya cerdas dalam hafalan, tetapi tangguh menghadapi kehidupan.

Doa Orangtua Anak Pondok Agar Menjadi Shalih Shalihah

Doa Orangtua Anak Pondok Agar Menjadi Shalih Shalihah

Setiap orang tua tentu mendambakan anak yang shalih dan shalihah—anak yang taat kepada Allah, berbakti kepada orang tua, dan membawa keberkahan bagi keluarga. Bagi orang tua yang menitipkan anak di pondok pesantren tahfidz, harapan ini semakin besar: semoga anak tumbuh dengan akhlak mulia, hati yang terpaut pada Al-Qur’an, dan ilmu yang bermanfaat dunia akhirat.

Namun mendidik anak bukan tugas pesantren semata. Doa orangtua untuk anak di pondok adalah bagian penting yang tidak tergantikan. Di balik keberhasilan anak dalam menjaga hafalan, menuntut ilmu, dan beradaptasi dengan kehidupan pesantren, ada doa orang tua—dalam sunyi, dalam sujud, dalam harap yang tidak pernah putus.

Baca juga: Tips Murojaah Hafalan Al-Qur’an Ala Pesantren Tahfidz

Mengapa Doa Orangtua untuk Anak di Pondok Itu Begitu Penting?

Dalam Islam, doa orang tua memiliki kedudukan yang tinggi dan mustajab. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tiga doa yang dikabulkan tanpa keraguan padanya: doa orang tua untuk anak, doa orang yang berpuasa, dan doa musafir.”
(HR. Tirmidzi)

Doa orangtua anak pondok bukan hanya penguat semangat, tapi juga penjaga hati mereka dari kejauhan. Saat anak-anak menghadapi ujian, rasa rindu rumah, atau kesulitan memahami pelajaran, doa ayah dan ibu dari rumah adalah penopang utama yang tidak terlihat namun nyata terasa.

Ilustrasi kedua telapak tangan terangkat ke langit dengan latar siluet matahari, menggambarkan doa orangtua agar anak pondok menjadi shalih dan shalihah.
doa orangtua anak shalih shalihah

 

Contoh Doa dari Al-Qur’an untuk Anak yang Belajar di Pesantren

Berikut beberapa doa agar anak menjadi shalih dan shalihah yang bisa dibaca oleh orang tua setiap hari, terutama saat anak sedang mondok:

1. Doa Nabi Ibrahim agar dikaruniai anak shalih:
“Rabbi hab li minas shalihin.”
(Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku [anak] yang termasuk orang-orang shalih.)
(QS. As-Saffat: 100)

2. Doa agar anak dan keturunan senantiasa menegakkan shalat:
“Rabbi-j‘alni muqimas shalati wa min dzurriyyati, rabbana wa taqabbal du‘a.”
(Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap mendirikan shalat…)
(QS. Ibrahim: 40)

3. Doa agar anak diberikan ilmu dan pemahaman agama:
“Rabbi zidni ilma.”
(Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu.)
(QS. Taha: 114)

Doa ini juga termasuk dalam doa sebelum belajar yang sering kita baca.

Doa-doa ini menjadi bekal spiritual orang tua yang menitipkan anaknya di pondok. Semakin rutin dibaca, semakin kuat hubungan batin antara orang tua dan anak, meskipun berjauhan.

Peran Orang Tua Tidak Berakhir Saat Anak Masuk Pesantren

Banyak yang mengira bahwa setelah anak masuk pesantren, semua tanggung jawab berpindah ke ustadz dan ustadzah. Padahal, peran doa orangtua anak pondok tetap menjadi tiang utama keberhasilan pendidikan. Justru di sinilah orang tua memasuki fase baru dalam mendidik: mendidik dengan keteladanan, kesabaran, dan doa yang tidak pernah putus.

Pesantren adalah ladang ilmu, tetapi doa dari rumah adalah cahaya yang menuntun langkah anak setiap hari. Doa yang penuh cinta, disertai ikhtiar dan kepercayaan, akan menjadi sebab datangnya keberkahan dalam proses belajar mereka.

Baca juga: Keteladanan Cinta Mu’adz bin Jabal Kepada Al-Qur’an

Doa, Sedekah, dan Niat yang Tulus: Penyempurna Perjuangan

Anak-anak di pesantren tidak pernah benar-benar sendiri. Mereka dikelilingi oleh guru, pembina, dan teman yang membersamai dalam kebaikan. Namun lebih dari itu, mereka dibentengi oleh doa orang tua. Tambahkan juga dengan sedekah dan wakaf pondok tahfidz serta menyempurnakan amanah sebagai wali santri, seperti menjaga hubungan baik dengan guru dan memenuhi kewajiban secara tepat waktu. Semua itu menjadi bagian dari ikhtiar agar ilmu anak lebih berkah.

Jangan pernah remehkan doa orangtua untuk anak yang mondok di pesantren. Doa yang terus dipanjatkan menjadi sebab turunnya rahmat, terbukanya kemudahan hafalan, dan tumbuhnya akhlak mulia dalam diri anak. Ketika orang tua sungguh-sungguh mengiringi anak dengan doa, maka insya Allah, anak-anak itu akan tumbuh menjadi shalih dan shalihah, penerus amal jariyah bagi kedua orang tuanya. Karena di balik santri yang tangguh dan hafidzah yang istiqamah, selalu ada doa orang tua yang penuh cinta dan harap.