Marak di Kalangan Artis, Bagaimana Hukum Operasi Plastik?

operasi plastik plastic surgery oplas artis. Operasi hidung rey mbayang, operasi Titi DJ, Ivan GUnawan, Dara Arafah, Mpok Atiek
Ilustrasi hukum operasi plastik (foto: freepik)

Belakangan ini, fenomena operasi plastik semakin marak diperbincangkan, terutama di kalangan artis. Banyak figur publik yang secara terang-terangan mengakui telah melakukan operasi plastik demi alasan penampilan. Namun, sebagai seorang Muslim, tentu muncul pertanyaan: bagaimana hukum operasi plastik dalam Islam?

Pandangan Ulama tentang Operasi Plastik

Dalam forum bahtsul masail NU tahun 2006, para kiai membedakan antara operasi plastik yang dilakukan karena kebutuhan medis dan yang dilakukan murni untuk estetika. Jika operasi dilakukan untuk mengembalikan fungsi tubuh, menghilangkan cacat, atau memperbaiki kerusakan akibat kecelakaan, hukumnya boleh.

Syekh Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan:
“Boleh memindah anggota badan dari satu tempat di tubuh seseorang ke tempat lain, selama manfaatnya lebih besar daripada mudaratnya. Disyaratkan pula operasi itu dilakukan untuk mengembalikan bentuk semula, memperbaiki cacat, atau menghilangkan gangguan fisik dan psikis.” (Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, VIII: 5124).

Dengan kata lain, jika operasi plastik bertujuan menghilangkan rasa sakit, tekanan batin, atau memperbaiki cacat fisik, maka Islam memberikan keringanan.

Larangan Operasi Plastik untuk Mengubah Ciptaan Allah

Namun berbeda halnya jika operasi plastik hanya bertujuan mengubah bentuk tubuh agar tampak lebih cantik atau tampan, padahal tidak ada cacat yang mengganggu. Imam Ath-Thabari dalam Fathul Bari menegaskan, mengubah ciptaan Allah untuk sekadar memperindah diri termasuk perbuatan yang terlarang. Misalnya, mencabut alis hingga mengubah bentuk wajah, atau memperbesar bagian tubuh agar sesuai standar kecantikan tertentu.

Fenomena Artis dan Relevansinya

Kini, tidak sedikit artis yang memilih jalan operasi plastik demi alasan penampilan. Mereka beranggapan bahwa popularitas menuntut kesempurnaan wajah dan tubuh. Namun dari kacamata Islam, tindakan seperti ini perlu dilihat secara hati-hati. Jika hanya didorong oleh tren, gengsi, atau ingin mengikuti standar kecantikan modern, maka hal itu bisa masuk dalam kategori tahrim (terlarang).

Meski demikian, jika operasi tersebut dilakukan karena faktor medis, seperti rekonstruksi akibat kecelakaan atau luka bakar, atau untuk membuka saluran pernafasan yang terhambat, maka hukumnya mubah bahkan bisa bernilai maslahat.

Hikmah yang Bisa Diambil

Fenomena ini memberikan pelajaran bahwa kecantikan sejati bukan sekadar soal fisik. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim).

Artinya, penilaian utama dalam Islam bukanlah pada fisik, melainkan pada hati dan amal. Maka, daripada berfokus pada penampilan luar semata, lebih baik memperindah akhlak dan memperbanyak amal kebaikan.

Kesimpulan

Berdasarkan pandangan para ulama dan hasil bahtsul masail NU, hukum operasi plastik terbagi dua:

  1. Boleh, jika untuk mengembalikan fungsi tubuh, menghilangkan cacat, atau mengatasi gangguan psikis dan fisik.

  2. Haram, jika hanya untuk mengubah ciptaan Allah demi memperindah diri tanpa kebutuhan medis.

Fenomena artis yang ramai melakukan operasi plastik hendaknya menjadi refleksi, bahwa Islam mengajarkan keseimbangan antara menjaga penampilan dan tetap mensyukuri ciptaan Allah.

Referensi: NU Online

almuanawiyah.com

Doa Bangun Tidur: Dalil, Manfaat, dan Keutamaannya

Doa Bangun Tidur: Dalil, Manfaat, dan Keutamaannya

Bangun tidur adalah nikmat besar dari Allah SWT yang sering kita lupakan. Setelah seharian beraktivitas, tubuh membutuhkan istirahat, dan tidur menjadi bentuk “kematian kecil” sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an (QS. Az-Zumar: 42). Maka, ketika terbangun kembali, sejatinya kita mendapatkan kesempatan hidup baru. Dalam Islam, ada doa bangun tidur khusus yang diajarkan Rasulullah ﷺ agar seorang Muslim mengawali harinya dengan penuh syukur.

 

Dalil Doa Bangun Tidur

Doa ini berasal dari hadits shahih riwayat Imam Bukhari:

عَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ إِذَا اسْتَيْقَظَ مِنْ مَنَامِهِ قَالَ:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah kami akan kembali.” (HR. Bukhari, no. 6314).

Hadits ini menegaskan bahwa tidur diibaratkan sebagai “kematian sementara”, dan bangun tidur adalah bukti kasih sayang Allah yang memberikan kesempatan untuk memperbaiki amal sunnah dan wajib sebelum benar-benar kembali kepada-Nya.

doa bangun tidur hadits rasulullah
Lafadz doa bangun tidur

Manfaat Membaca Doa Bangun Tidur

  1. Mengawali hari dengan rasa syukur
    Doa ini mengajarkan kita untuk tidak lupa bersyukur sejak membuka mata. Orang yang terbiasa bersyukur sejak pagi hari biasanya lebih tenang dan mampu menghadapi kesulitan dengan sabar.

  2. Mengingat tujuan hidup
    Kalimat “wa ilaihin-nusyur” (kepada-Nya kita akan kembali) menanamkan kesadaran bahwa kehidupan dunia hanya sementara. Dengan begitu, doa ini menumbuhkan motivasi untuk menjalani aktivitas sesuai syariat.

  3. Menjaga hati dari kelalaian
    Tidak sedikit orang yang bangun tidur lalu lalai dari zikir. Membaca doa ini melatih kita agar tidak langsung sibuk dengan dunia, melainkan terlebih dahulu mengingat Sang Pencipta.

  4. Membangun mental yang positif
    Doa bangun tidur membuat hati lebih lapang. Dengan pikiran yang bersih, seseorang lebih siap menghadapi tugas sehari-hari, baik belajar, bekerja, maupun beribadah.

Baca juga: Doa Sebelum Tidur sebagai Perlindungan Saat Kematian Kecil

Keutamaan Membaca Doa Bangun Tidur

  • Dicatat sebagai zikir pagi
    Doa ini termasuk bagian dari zikir yang disukai Allah. Memulainya dengan kalimat pujian menjadikan seorang hamba lebih dekat dengan Rabb-nya.

  • Mengundang keberkahan waktu pagi
    Rasulullah ﷺ sering mendoakan keberkahan bagi umatnya di waktu pagi. Membaca doa berarti membuka pintu keberkahan sejak awal hari.

  • Menenangkan jiwa dan raga
    Dengan doa ini, hati seorang Muslim lebih damai karena sadar hidupnya ada dalam genggaman Allah. Rasa cemas pun berkurang karena ia menggantungkan harapannya hanya kepada-Nya.

  • Menjadi pembeda seorang Mukmin
    Orang yang beriman tidak hanya terbangun secara fisik, tetapi juga bangun secara spiritual. Dengan doa, ia langsung menghubungkan hidupnya kembali kepada Allah.

Dengan memahami doa bangun tidur, kita belajar bahwa hidup bukan sekadar rutinitas, melainkan kesempatan baru yang harus dimulai dengan rasa syukur. Mari biasakan membaca doa ini setiap pagi agar aktivitas harian kita dipenuhi keberkahan. Baca juga doa sebelum belajar agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat di sini.

almuanawiyah.com

Sejarah Masjid Al Aqsa sebagai Kiblat Pertama Umat Islam

Sejarah Masjid Al Aqsa sebagai Kiblat Pertama Umat Islam

Al-Muanawiyah – Masjid Al Aqsa merupakan salah satu tempat paling suci bagi umat Islam. Tidak hanya sebagai kiblat pertama sebelum Ka’bah, masjid ini juga menjadi simbol perlawanan rakyat Palestina hingga hari ini. Memahami sejarah masjid Al Aqsa sangat penting, agar kita semakin sadar betapa besar peran dan makna masjid ini dalam perjalanan umat Islam.

Sejarah Awal Masjid Al Aqsa

Secara bahasa, Al Aqsa berarti “yang terjauh” atau “yang tertinggi”. Masjid ini awalnya dikenal dengan nama Baitul Maqdis dan menjadi kiblat pertama umat Islam sebelum akhirnya Allah memerintahkan untuk menghadap Ka’bah di Makkah. Menurut riwayat, pondasi masjid ini telah diletakkan sejak zaman Nabi Adam AS. Pembangunannya dilanjutkan oleh para nabi setelahnya, termasuk Nabi Yaqub bin Ishaq, Nabi Daud, dan Nabi Sulaiman AS. Pada masa Dinasti Umayyah, kawasan Al Aqsa semakin megah dengan pembangunan Kubah Shakhrah dan Jami’ Al Aqsa.

Masjid ini memiliki kaitan erat dengan sejarah para nabi Bani Israil, sehingga dihormati dalam tiga agama samawi: Islam, Kristen, dan Yahudi. Namun, bagi umat Islam, Al Aqsa adalah bagian penting dari sejarah shalat dalam perjalanan Isra’ Mi’raj.

Sejarah masjid Al Aqsa kiblat pertama umat Muslim di Palestina. Kompleks Masjid Al Aqsa, perjuangan Palestina
Kompleks masjid Al Aqsa yang penuh sejarah (foto: yatimmandiri.org)

Invasi Israel dan Perebutan Al Aqsa

Sejarah kelam Al Aqsa dimulai ketika pada tahun 1948 kaum Yahudi Eropa mendirikan negara Israel dan merebut sebagian besar wilayah Yerusalem. Pada 1967, Israel kembali memperluas kekuasaannya atas Yerusalem Timur, termasuk kawasan Masjid Al Aqsa.

Sejak itu, masjid ini kerap menjadi sasaran penyerangan. Al Aqsa bahkan menjadi titik pemicu Intifada Palestina tahun 1988 dan Intifada Kedua pada tahun 2000, setelah kunjungan provokatif Ariel Sharon. Ribuan warga Palestina gugur, dan masjid ini semakin dikenal sebagai simbol perjuangan rakyat Palestina.

Baca juga: Global Sumud Flotilla, Simbol Keberanian Membela Palestina

Keistimewaan Masjid Al Aqsa dalam Islam

Al Aqsa menempati posisi istimewa di hati umat Islam. Setidaknya ada beberapa alasan:

  1. Kiblat pertama sebelum Ka’bah. Nabi Muhammad SAW dan para sahabat salat menghadap Al Aqsa selama 17 bulan setelah hijrah ke Madinah.

  2. Bagian dari negeri Syam yang penuh keberkahan dan doa Rasulullah SAW.

  3. Salah satu dari tiga masjid utama selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Salat di Al Aqsa dilipatgandakan pahalanya hingga 500 kali dibanding masjid lain.

  4. Tempat singgah Isra’ Mi’raj, di mana Rasulullah SAW naik ke Sidratul Muntaha setelah salat di Al Aqsa.

Dengan keistimewaan tersebut, Al Aqsa bukan sekadar bangunan bersejarah, melainkan bagian dari identitas dan spiritualitas umat Islam.

Baca juga: Kisah Penghafal Al-Qur’an Gaza yang Menginspirasi dari Rashad

Kondisi Al Aqsa dan Palestina Sekarang

Hingga kini, Al Aqsa masih menjadi saksi penderitaan rakyat Palestina. Pada 16 Juni 2024, lebih dari 40.000 warga Palestina melaksanakan salat Idul Adha di Al Aqsa di tengah duka korban serangan Israel yang terus berjatuhan.

Pasukan pendudukan Israel kerap menghalangi jamaah masuk, memeriksa identitas, dan mencegah pemuda-pemuda Palestina beribadah di dalam masjid. Penyerangan dan penindasan masih terus berlangsung, menandakan bahwa perjuangan rakyat Palestina belum usai.

Pentingnya Empati dan Dukungan untuk Palestina

Sejarah panjang Masjid Al Aqsa mengajarkan bahwa masjid ini bukan hanya milik rakyat Palestina, tetapi juga milik seluruh umat Islam. Karena itu, sudah sepatutnya kita ikut berempati dan mendukung perjuangan mereka. Bentuk dukungan bisa beragam, mulai dari doa, menyebarkan informasi yang benar, membantu melalui lembaga kemanusiaan, hingga mendidik generasi agar memahami pentingnya Al Aqsa bagi Islam. Dengan memahami sejarah masjid Al Aqsa, kita semakin sadar bahwa perjuangan membela Palestina bukan sekadar isu politik, melainkan bagian dari menjaga kehormatan agama dan identitas umat Islam.

Referensi Sejarah Masjid Al Aqsa Dari Awal Sampai Akhir (yatimmandiri.org)

Hikmah Kekalahan di Perang Uhud yang Mengajarkan Adab Bicara

Gunung Uhud di Madinah Arab Saudi, perang Uhud, perang Badar, perang Muslim melawan Quraisy
Gunung Uhud di Madinah, tempat terjadinya Perang Uhud (foto: wikipedia)

Di era digital yang serba cepat, kata-kata tidak lagi hanya terucap lewat lisan, melainkan juga lewat jari-jari di media sosial. Saat suasana bangsa memanas dengan demonstrasi menuntut revolusi pemerintahan, setiap kalimat yang disebarkan bisa memicu efek besar. Sering kali, bahaya banyak bicara tidak disadari, padahal perdebatan kecil atau komentar provokatif justru dapat memperkeruh keadaan. Fenomena ini serupa dengan hikmah kekalahan di Perang Uhud, ketika perbedaan pendapat di antara pasukan pemanah berakhir pada bencana besar bagi umat Islam.

Peristiwa Perang Uhud Berkaitan dengan Adab Bicara

Perang Uhud (3 H) kerap dikenang sebagai momen pahit yang mengajarkan kedisiplinan dan ketaatan. Di sana, kaum Muslimin yang sebelumnya merasakan euforia kemenangan di perang Badar, tiba-tiba harus menelan pelajaran mahal: menang tidak cukup dengan jumlah, strategi, atau semangat—melainkan dengan ketaatan teguh pada perintah Rasulullah ﷺ. Salah satu titik krusialnya berawal di bukit pemanah, ketika sebagian sahabat berdebat: tetap di pos sesuai instruksi, atau turun meraih ghanimah (rampasan) karena merasa pertempuran telah usai. Di sinilah kita melihat bahaya banyak bicara. Bukan karena bicara itu sendiri haram, melainkan ketika obrolan yang berlarut menggeser ketaatan menjadi keraguan, lalu berubah menjadi tindakan yang berakibat fatal.

Sejak awal, Rasulullah ﷺ menempatkan 50 pemanah di Jabal Rumāh (bukit pemanah) di bawah komando Abdullah bin Jubair r.a. Perintahnya jelas: jangan tinggalkan posisi apa pun yang terjadi; menang atau kalah. Ketika pasukan musyrik mulai buyar, sebagian pemanah melihat peluang ghanimah di medan. Percakapan pun muncul: “Bukankah perang telah selesai?” “Kita juga berhak atas rampasan.” Yang lain mengingatkan: “Rasul melarang kita turun.” Perdebatan itu memecah barisan—sebagian turun, sebagian tetap bertahan.

Pada level taktis, waktu adalah segalanya. Sebentar saja posisi kosong, pasukan berkuda Khalid bin al-Walid (saat itu masih di pihak Quraisy) memutar dari celah bukit dan menyerbu dari belakang. Kejutan itu mengubah situasi: kaum Muslimin kocar-kacir, banyak yang gugur, dan Rasulullah ﷺ sendiri terluka, dan Muslim mengalami kekalahan di Perang Uhud

Ayat yang Turun Pasca Kekalahan di Perang Uhud

Al-Qur’an menyinggung peristiwa ini secara langsung. Allah berfirman:

“Sungguh, Allah telah memenuhi janji-Nya kepadamu ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai kamu lemah, berselisih dalam urusan (itu), dan mendurhakai perintah (Rasul) setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu cintai (ghanimah).” (QS. Āli ‘Imrān 3:152)

Ayat ini menyebut tiga faktor berurutan: lemah – berselisih – mendurhakai perintah. Di tengahnya ada “berselisih”—indikasi bahwa perdebatan (yang salah tempat) menjadi jembatan dari semangat ke kerapuhan, dari kerapuhan ke ketidaktaatan.

Hikmah Kekalahan di Perang Uhud

Apa pelajarannya? Bicara—dalam arti berunding, mempertimbangkan, berdebat—adalah bagian dari hidup. Namun, pada momen yang menuntut ketaatan tanpa tunda, banyak bicara bisa melemahkan keputusan. Karena itulah, para ulama sirah sering menekankan: ada saatnya syūrā (musyawarah), ada saatnya thā‘ah (taat). Uhud mengajarkan garis batas itu dengan sangat jelas.

Hikmah dari kekalahan di Perang Uhud dan kondisi bangsa saat ini mengingatkan kita bahwa bahaya banyak bicara tidak bisa dianggap sepele. Baik di dunia nyata maupun media sosial, seorang Muslim wajib menjaga adab berbicara. Rasulullah ﷺ telah menekankan pentingnya ucapan yang benar atau memilih diam. Kondisi ini sangat relevan di masa kini, terutama ketika masyarakat tengah menyuarakan aspirasi lewat demonstrasi atau media sosial. Terlalu banyak bicara, menyebar postingan provokatif, atau berdebat tanpa kendali justru bisa melemahkan perjuangan bersama. Di era digital, menjaga ucapan—baik lisan maupun tulisan—adalah bagian dari amanah moral agar aspirasi tidak berubah menjadi keributan yang merugikan umat.

almuanawiyah.com

Hikmah Surat Al Bayyinah tentang Iman dan Amal Shalih

hikmah surat Al Bayyinah, iman kepada Allah, iman kepada Rasul. Gambar Al Qur'an dengan cahaya sebagai ilustrasi petunjuk yang nyata bagi Muslim
Hikmah surat Al Bayyinah sebagai dan pemaknaan iman seorang Muslim

Surat Al Bayyinah adalah surat ke-98 dalam Al-Qur’an yang terdiri dari 8 ayat. Nama Al Bayyinah berarti “bukti yang nyata”. Surat ini menjelaskan tentang turunnya Rasulullah ﷺ dengan membawa Al-Qur’an sebagai kebenaran yang jelas, sekaligus menjadi pemisah antara orang beriman dan kafir. Memahami hikmah surat Al Bayyinah penting bagi umat Islam karena banyak pelajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Kandungan Pokok Surat Al Bayyinah

Surat ini menegaskan bahwa seluruh umat manusia membutuhkan petunjuk. Nabi Muhammad ﷺ diutus untuk membawa keterangan nyata agar tidak ada lagi alasan bagi manusia untuk menolak kebenaran. Surat ini juga membedakan antara orang-orang beriman yang taat, dengan mereka yang ingkar terhadap wahyu. Allah menegaskan bahwa orang beriman akan mendapatkan pahala yang agung, sedangkan orang kafir akan kekal dalam azab.

Hikmah Surat Al Bayyinah

Ada beberapa hikmah yang dapat kita ambil, antara lain:

  • Kewajiban beribadah dengan ikhlas. Surat ini mengingatkan bahwa ibadah tidak boleh bercampur riya atau kepentingan dunia. Segala amal harus dilakukan hanya karena Allah.

  • Pentingnya mengikuti tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah. Petunjuk yang dibawa Rasulullah ﷺ adalah jalan keselamatan. Tanpa itu, manusia akan terjerumus dalam kesesatan.

  • Pembeda antara kebenaran dan kebatilan. Al-Qur’an menjadi standar yang jelas, sehingga umat Islam dapat memilah mana yang benar dan mana yang menyesatkan.

  • Janji balasan bagi orang beriman. Allah menjanjikan surga sebagai ganjaran bagi orang yang taat, sabar, dan istiqamah dalam ibadah.

  • Peringatan keras bagi orang yang menolak kebenaran. Hal ini menegaskan bahwa setiap amal perbuatan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Relevansi dengan Kehidupan Muslim

Hikmah surat Al Bayyinah masih sangat relevan hingga kini. Di tengah banyaknya perbedaan pemahaman, surat ini menuntun kita agar selalu kembali kepada sumber utama Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Selain itu, surat ini mengingatkan pentingnya menjaga keikhlasan dalam setiap ibadah, baik shalat, puasa, maupun sedekah.

Memahami hikmah surat Al Bayyinah membantu umat Islam untuk memperkuat akidah, memperbaiki ibadah, dan menjaga konsistensi dalam kebaikan. Dengan mengamalkan pesan-pesannya, seorang Muslim dapat hidup lebih dekat dengan Allah dan terhindar dari kesesatan. Surat yang singkat ini menyimpan pesan besar tentang iman, amal, dan balasan akhirat.

almuanawiyah.com

Cerita Inspirasi Shalat dari Ali bin Abi Thalib

cerita inspirasi shalat Ali bin Abi Thalib tertusuk panah saat shalat
Ilustrasi sayyidina Ali bin Abi Thalib tertusuk panah saat shalat (foto: ChatGPT, tidak menggambarkan kondisi nyata)

Setiap muslim tentu mendambakan shalat yang khusyuk. Melalui cerita inspirasi shalat dari para sahabat Nabi, kita bisa belajar bagaimana menghadirkan hati sepenuhnya kepada Allah. Salah satu kisah yang masyhur datang dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, menantu Rasulullah sekaligus khalifah keempat dalam sejarah Islam.

Kisah Panah yang Dicabut Saat Shalat

Diriwayatkan dalam banyak kitab tarikh (sejarah), termasuk oleh Imam Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya’, bahwa suatu ketika Ali terkena panah dalam peperangan. Panah itu tertancap di pahanya hingga sulit untuk dicabut, karena setiap upaya menimbulkan rasa sakit yang hebat. Para sahabat bingung, bagaimana cara mengeluarkannya tanpa membuat Ali kesakitan.

Ali lalu berkata dengan tenang: “Tunggulah sampai aku berdiri dalam shalat.”
Ketika ia mulai mengerjakan shalat, para sahabat melihat wajahnya dipenuhi ketenangan. Saat itu mereka mencabut panah dari tubuhnya, dan ajaibnya Ali tidak bergeming sedikit pun. Setelah selesai shalat, barulah ia sadar bahwa panah telah berhasil dikeluarkan.

Makna dari Kisah Ali bin Abi Thalib

Kisah ini menggambarkan betapa dalamnya kekhusyukan Ali. Shalat membuatnya tenggelam sepenuhnya dalam kehadiran Allah, sehingga rasa sakit fisik seolah lenyap. Para ulama kemudian menjadikan kisah ini sebagai teladan bahwa shalat yang khusyuk bisa membuat hati terlepas dari segala urusan dunia.

Dalam tafsir Ibnu Katsir tentang ayat “Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) mereka yang khusyuk dalam shalatnya” (QS. Al-Mu’minun: 1–2), dijelaskan bahwa khusyuk berarti menghadirkan hati, merendahkan diri, dan memutus pikiran dari kesibukan dunia. Ali telah mencontohkan makna ini dengan sempurna.

Inspirasi untuk Kita Semua

Kisah ini memberi pesan kuat bagi umat Islam. Jika Ali bisa melupakan rasa sakit yang luar biasa karena tenggelam dalam shalat, maka kita pun bisa berlatih melupakan gangguan kecil seperti suara bising, notifikasi ponsel, atau pikiran yang melayang.

Shalat khusyuk bukan hanya kewajiban, tetapi juga terapi hati yang mampu menenangkan jiwa di tengah hiruk-pikuk kehidupan. Melalui cerita inspirasi shalat ini, kita diajak untuk menjadikan shalat bukan sekadar rutinitas, melainkan dialog spiritual yang menguatkan iman dan menghadirkan kedamaian sejati.

almuanawiyah.com

Hikmah Surat Al-Qadr Sebagai Kabar Gembira Umat Muslim

Hikmah surat Al-Qadr malam lailatul Qadr bulan Ramadhan. Lentera lampu minyak dan kurma sebagai simbol bulan Ramadhan
Ilustrasi malam bulan Ramadhan sebagai hikmah surat Al-Qadr

Hikmah surat Al-Qadr menjelaskan tentang kandungan dari salah satu surat pendek dalam Al-Qur’an yang sarat makna dan pelajaran berharga. Surat Al Qadr yang diturunkan setelah ‘Abasa ini, merupakan surah ke 97 dalam Al-Quran dan termasuk golongan makkiyah.  Surat ini terdiri dari lima ayat yang menjelaskan tentang Lailatul Qadr, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Malam tersebut menjadi istimewa karena pada saat itu Al-Qur’an diturunkan, membawa cahaya petunjuk bagi umat manusia.

Lafadz dan Arti

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ﴿١﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ﴿٢﴾ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ ﴿٣ ﴾ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ ﴿٤﴾ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ ﴿٥

Artinya:

1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan .

2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?

3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.

4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.

5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

Hikmah Surat Al-Qadr

Salah satu hikmah surat Al-Qadr adalah mengajarkan betapa pentingnya memanfaatkan momen-momen istimewa yang Allah anugerahkan. Lailatul Qadr adalah malam di mana amal kebaikan dilipatgandakan, doa-doa diijabah, dan rahmat Allah terbuka lebar. Malam ini bukan hanya tentang pahala besar, tetapi juga tentang kesempatan memperbaiki diri dan mendekat kepada-Nya.

Ayat-ayat dalam surat ini juga mengingatkan bahwa malam tersebut dipenuhi malaikat dan keberkahan hingga fajar tiba. Ini menjadi pesan bahwa rahmat dan kedamaian akan menyelimuti hati orang yang menghidupkan malam itu dengan ibadah. Bagi umat Islam, ini adalah dorongan untuk meningkatkan kualitas ibadah, terutama di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.

Selain itu, hikmah yang dapat diambil adalah bahwa nilai amal tidak hanya diukur dari kuantitas, tetapi juga kualitas dan keikhlasan. Satu malam yang diisi dengan ibadah penuh keimanan bisa melampaui ibadah yang dilakukan dalam waktu puluhan tahun, jika dilakukan di Lailatul Qadr.

Dengan memahami hikmah surat Al-Qadr, seorang Muslim diharapkan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Allah. Surat ini menjadi pengingat bahwa waktu adalah nikmat yang harus dijaga, dan keberkahan bisa datang pada momen yang tidak kita duga. Semoga kita semua diberi kesempatan untuk meraih kemuliaan malam Lailatul Qadr dan memetik seluruh hikmahnya. Baca juga asbabun nuzul surat Al-Qadr di sini.

almuanawiyah.com

Keteladanan Cinta Mu’adz bin Jabal Kepada Al-Qur’an

Keteladanan Cinta Mu’adz bin Jabal Kepada Al-Qur’an

Mu’adz bin Jabal adalah salah satu sahabat Rasulullah ﷺ yang terkenal dengan kecerdasan, kefaqihan, dan ketakwaannya. Beliau masuk Islam di usia muda, namun semangatnya dalam menuntut ilmu dan menghafal Al-Qur’an membuat namanya dikenal luas di kalangan sahabat. Rasulullah ﷺ pernah bersabda bahwa beliau adalah sahabat yang paling mengetahui perkara halal dan haram di antara umatnya (HR. Tirmidzi).

 

Mu’adz dikenal sebagai sahabat Nabi yang sangat fasih dalam membaca serta kuat dalam menghafal Al-Qur’an. Ia bahkan termasuk di antara empat sahabat yang secara khusus diperintahkan oleh Rasulullah ﷺ untuk mendalami Al-Qur’an. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Nabi bersabda,

“Ambillah bacaan Al-Qur’an dari empat orang: dari Abdullah bin Mas’ud, Salim, Mu’adz bin Jabal, dan Ubay bin Ka’ab.”

Bagaimana Cara Mu’adz bin Jabal Menghafal Al-Qur’an?

Sejak awal, Mu’adz memiliki kecintaan mendalam terhadap Al-Qur’an. Setiap kali Rasulullah ﷺ menerima wahyu, beliau termasuk yang segera mempelajari, menghafal, dan mengamalkannya. Proses hafalan yang dilakukan bukan sekadar mengingat ayat demi ayat, tetapi juga memahami makna dan tujuan setiap ayat. Hafalannya kokoh karena dibangun dengan pemahaman dan pengamalan.

Mu'adz bin Jabal sahabat rasulullah yang pandai cerdas dan semangat dakwah. Ilustrasi prang arab menunggangi unta di padang pasir
Ilustrasi kisah Mu’adz bin Jabal yang menginspirasi (gambar tidak ditujukan untuk memvisualisasikan wujud sebenarnya)

Metode yang digunakan Mu’adz sangat efektif. Ia mengulang bacaan ayat dengan penuh perhatian, mendengarkan langsung dari Rasulullah ﷺ, lalu mengajarkannya kepada sahabat lain. Mengajarkan ayat ini membuat hafalannya semakin kuat, sekaligus menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an di hati umat. Karena ketekunannya, Rasulullah ﷺ mengutus Mu’adz sebagai guru Al-Qur’an dan fikih di Yaman.

Baca juga: Zaid bin Tsabit dan Keteladanannya Bersama Al-Qur’an

Mu’adz bin Jabal juga dikenal sebagai Imam al-Fuqaha’a karena kemampuannya dalam ijtihad. Ketika ditanya Rasulullah ﷺ bagaimana ia memutuskan perkara, Mu’adz menjawab, “Dengan Kitabullah. Jika tidak ada, maka Sunnah Rasul, dan jika tidak ada juga, aku berijtihad dengan akalku.” Rasulullah ﷺ memujinya atas kebijaksanaan ini.

Dari kisah Mu’adz, kita belajar bahwa hafalan Al-Qur’an yang kokoh lahir dari cinta, pemahaman, dan pengamalan. Bagi penghafal masa kini, teladan beliau menunjukkan bahwa menghafal bukan hanya soal kecepatan, tetapi juga kesungguhan menjaga ayat-ayat Allah dalam hati. Maka patutlah kita selalu ingat untuk membaca doa sebelum belajar, agar Allah limpahkan kemudahan dalam menghafal Al-Qur’an. Semoga kita dapat meneladani Mu’adz bin Jabal dalam mencintai dan menjaga kemurnian Al-Qur’an.

Referensi:

Khotmil Qur’an Bil Ghoib Menyemarakkan Milad ke-5 Pondok

khotmil Qur'an bil ghoib santri pondok pesantren tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang dalam milad ke-5 tahun. Santri khataman Al-Qur'an 30 juz
Khotmil Qur’an bil ghoib 30 juz menuju puncak acara milad ke-5 PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Masih dalam rangka milad ke-5 Al Muanawiyah, para santri melaksanakan kegiatan Khotmil Qur’an bil Ghoib yang penuh makna. Acara dimulai pada Jumat malam pukul 21.00 WIB (08/08/2025) dan berlanjut hingga Sabtu sore. Selama hampir satu hari penuh dengan jeda di malam hari untuk istirahat, sekitar 100 santri melantunkan ayat suci Al-Qur’an tanpa melihat mushaf, sebagai bentuk latihan menjaga hafalan yang telah diamanahkan.

Proses khataman dilakukan dengan sistem simakan. Setiap santri membaca hafalan sesuai bagian yang telah ditentukan, sementara 1 orang lainnya berperan sebagai penyimak. Agar tidak memakan waktu yang panjang, santri pembaca dan penyimak urutan selanjutnya juga sudah bersiap di panggung. Metode ini memastikan bacaan tetap terjaga kemurniannya, meminimalisir kesalahan pelantunan hafalan santri dilakukan tanpa melihat Al-Qur’an. Suasana terasa khusyuk dan mengharukan ketika lantunan hafalan bersahut-sahutan di halaman pondok, menciptakan gema yang menyejukkan hati.

Kegiatan ini bukan hanya menyemarakkan peringatan milad, tetapi juga menguatkan hafalan para santri. Dengan mengulang bacaan secara bersama-sama, daya ingat akan semakin kuat dan kesalahan dapat segera diperbaiki. Di sisi lain, masyarakat sekitar juga mendapatkan manfaat spiritual. Suara merdu bacaan Al-Qur’an yang terdengar hingga luar pondok diharapkan membawa ketenangan dan keberkahan bagi lingkungan sekitar.

Harapan dan Rangkaian Milad ke-5 PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Hari ini, rangkaian milad dilanjutkan dengan pengajian ibu-ibu selepas Maghrib. Puncak acara milad akan digelar selepas Isya, dihadiri oleh para asatidz, pengasuh, dan seluruh santri. Dua hari sebelumnya, berbagai lomba seperti Pilihan Da’i Remaja (Pildaraja), Musabaqoh Hifdzil Qur’an (MHQ), dan Musabaqoh Syahril Qur’an (MSQ) telah sukses digelar untuk menumbuhkan semangat belajar dan mengasah kemampuan santri.

Milad ini diharapkan membawa kebermanfaatan besar bagi seluruh elemen pondok: santri, wali santri, pengasuh dan asatidz, serta warga sekitar. Keberkahan dari lantunan ayat suci dan doa bersama menjadi harapan agar perjalanan pondok terus diberkahi.

Jangan lewatkan puncak acara malam ini dan rangkaian kegiatan milad ke-5 Al Muanawiyah lainnya. Saksikan siarannya secara langsung melalui kanal YouTube resmi Al Muanawiyah dan rasakan kemeriahannya dari rumah Anda.