Doa Bangun Tidur: Dalil, Manfaat, dan Keutamaannya

Doa Bangun Tidur: Dalil, Manfaat, dan Keutamaannya

Bangun tidur adalah nikmat besar dari Allah SWT yang sering kita lupakan. Setelah seharian beraktivitas, tubuh membutuhkan istirahat, dan tidur menjadi bentuk “kematian kecil” sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an (QS. Az-Zumar: 42). Maka, ketika terbangun kembali, sejatinya kita mendapatkan kesempatan hidup baru. Dalam Islam, ada doa bangun tidur khusus yang diajarkan Rasulullah ﷺ agar seorang Muslim mengawali harinya dengan penuh syukur.

 

Dalil Doa Bangun Tidur

Doa ini berasal dari hadits shahih riwayat Imam Bukhari:

عَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ إِذَا اسْتَيْقَظَ مِنْ مَنَامِهِ قَالَ:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah kami akan kembali.” (HR. Bukhari, no. 6314).

Hadits ini menegaskan bahwa tidur diibaratkan sebagai “kematian sementara”, dan bangun tidur adalah bukti kasih sayang Allah yang memberikan kesempatan untuk memperbaiki amal sunnah dan wajib sebelum benar-benar kembali kepada-Nya.

doa bangun tidur hadits rasulullah
Lafadz doa bangun tidur

Manfaat Membaca Doa Bangun Tidur

  1. Mengawali hari dengan rasa syukur
    Doa ini mengajarkan kita untuk tidak lupa bersyukur sejak membuka mata. Orang yang terbiasa bersyukur sejak pagi hari biasanya lebih tenang dan mampu menghadapi kesulitan dengan sabar.

  2. Mengingat tujuan hidup
    Kalimat “wa ilaihin-nusyur” (kepada-Nya kita akan kembali) menanamkan kesadaran bahwa kehidupan dunia hanya sementara. Dengan begitu, doa ini menumbuhkan motivasi untuk menjalani aktivitas sesuai syariat.

  3. Menjaga hati dari kelalaian
    Tidak sedikit orang yang bangun tidur lalu lalai dari zikir. Membaca doa ini melatih kita agar tidak langsung sibuk dengan dunia, melainkan terlebih dahulu mengingat Sang Pencipta.

  4. Membangun mental yang positif
    Doa bangun tidur membuat hati lebih lapang. Dengan pikiran yang bersih, seseorang lebih siap menghadapi tugas sehari-hari, baik belajar, bekerja, maupun beribadah.

Baca juga: Doa Sebelum Tidur sebagai Perlindungan Saat Kematian Kecil

Keutamaan Membaca Doa Bangun Tidur

  • Dicatat sebagai zikir pagi
    Doa ini termasuk bagian dari zikir yang disukai Allah. Memulainya dengan kalimat pujian menjadikan seorang hamba lebih dekat dengan Rabb-nya.

  • Mengundang keberkahan waktu pagi
    Rasulullah ﷺ sering mendoakan keberkahan bagi umatnya di waktu pagi. Membaca doa berarti membuka pintu keberkahan sejak awal hari.

  • Menenangkan jiwa dan raga
    Dengan doa ini, hati seorang Muslim lebih damai karena sadar hidupnya ada dalam genggaman Allah. Rasa cemas pun berkurang karena ia menggantungkan harapannya hanya kepada-Nya.

  • Menjadi pembeda seorang Mukmin
    Orang yang beriman tidak hanya terbangun secara fisik, tetapi juga bangun secara spiritual. Dengan doa, ia langsung menghubungkan hidupnya kembali kepada Allah.

Dengan memahami doa bangun tidur, kita belajar bahwa hidup bukan sekadar rutinitas, melainkan kesempatan baru yang harus dimulai dengan rasa syukur. Mari biasakan membaca doa ini setiap pagi agar aktivitas harian kita dipenuhi keberkahan. Baca juga doa sebelum belajar agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat di sini.

almuanawiyah.com

Sejarah Masjid Al Aqsa sebagai Kiblat Pertama Umat Islam

Sejarah Masjid Al Aqsa sebagai Kiblat Pertama Umat Islam

Al-Muanawiyah – Masjid Al Aqsa merupakan salah satu tempat paling suci bagi umat Islam. Tidak hanya sebagai kiblat pertama sebelum Ka’bah, masjid ini juga menjadi simbol perlawanan rakyat Palestina hingga hari ini. Memahami sejarah masjid Al Aqsa sangat penting, agar kita semakin sadar betapa besar peran dan makna masjid ini dalam perjalanan umat Islam.

Sejarah Awal Masjid Al Aqsa

Secara bahasa, Al Aqsa berarti “yang terjauh” atau “yang tertinggi”. Masjid ini awalnya dikenal dengan nama Baitul Maqdis dan menjadi kiblat pertama umat Islam sebelum akhirnya Allah memerintahkan untuk menghadap Ka’bah di Makkah. Menurut riwayat, pondasi masjid ini telah diletakkan sejak zaman Nabi Adam AS. Pembangunannya dilanjutkan oleh para nabi setelahnya, termasuk Nabi Yaqub bin Ishaq, Nabi Daud, dan Nabi Sulaiman AS. Pada masa Dinasti Umayyah, kawasan Al Aqsa semakin megah dengan pembangunan Kubah Shakhrah dan Jami’ Al Aqsa.

Masjid ini memiliki kaitan erat dengan sejarah para nabi Bani Israil, sehingga dihormati dalam tiga agama samawi: Islam, Kristen, dan Yahudi. Namun, bagi umat Islam, Al Aqsa adalah bagian penting dari sejarah shalat dalam perjalanan Isra’ Mi’raj.

Sejarah masjid Al Aqsa kiblat pertama umat Muslim di Palestina. Kompleks Masjid Al Aqsa, perjuangan Palestina
Kompleks masjid Al Aqsa yang penuh sejarah (foto: yatimmandiri.org)

Invasi Israel dan Perebutan Al Aqsa

Sejarah kelam Al Aqsa dimulai ketika pada tahun 1948 kaum Yahudi Eropa mendirikan negara Israel dan merebut sebagian besar wilayah Yerusalem. Pada 1967, Israel kembali memperluas kekuasaannya atas Yerusalem Timur, termasuk kawasan Masjid Al Aqsa.

Sejak itu, masjid ini kerap menjadi sasaran penyerangan. Al Aqsa bahkan menjadi titik pemicu Intifada Palestina tahun 1988 dan Intifada Kedua pada tahun 2000, setelah kunjungan provokatif Ariel Sharon. Ribuan warga Palestina gugur, dan masjid ini semakin dikenal sebagai simbol perjuangan rakyat Palestina.

Baca juga: Global Sumud Flotilla, Simbol Keberanian Membela Palestina

Keistimewaan Masjid Al Aqsa dalam Islam

Al Aqsa menempati posisi istimewa di hati umat Islam. Setidaknya ada beberapa alasan:

  1. Kiblat pertama sebelum Ka’bah. Nabi Muhammad SAW dan para sahabat salat menghadap Al Aqsa selama 17 bulan setelah hijrah ke Madinah.

  2. Bagian dari negeri Syam yang penuh keberkahan dan doa Rasulullah SAW.

  3. Salah satu dari tiga masjid utama selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Salat di Al Aqsa dilipatgandakan pahalanya hingga 500 kali dibanding masjid lain.

  4. Tempat singgah Isra’ Mi’raj, di mana Rasulullah SAW naik ke Sidratul Muntaha setelah salat di Al Aqsa.

Dengan keistimewaan tersebut, Al Aqsa bukan sekadar bangunan bersejarah, melainkan bagian dari identitas dan spiritualitas umat Islam.

Baca juga: Kisah Penghafal Al-Qur’an Gaza yang Menginspirasi dari Rashad

Kondisi Al Aqsa dan Palestina Sekarang

Hingga kini, Al Aqsa masih menjadi saksi penderitaan rakyat Palestina. Pada 16 Juni 2024, lebih dari 40.000 warga Palestina melaksanakan salat Idul Adha di Al Aqsa di tengah duka korban serangan Israel yang terus berjatuhan.

Pasukan pendudukan Israel kerap menghalangi jamaah masuk, memeriksa identitas, dan mencegah pemuda-pemuda Palestina beribadah di dalam masjid. Penyerangan dan penindasan masih terus berlangsung, menandakan bahwa perjuangan rakyat Palestina belum usai.

Pentingnya Empati dan Dukungan untuk Palestina

Sejarah panjang Masjid Al Aqsa mengajarkan bahwa masjid ini bukan hanya milik rakyat Palestina, tetapi juga milik seluruh umat Islam. Karena itu, sudah sepatutnya kita ikut berempati dan mendukung perjuangan mereka. Bentuk dukungan bisa beragam, mulai dari doa, menyebarkan informasi yang benar, membantu melalui lembaga kemanusiaan, hingga mendidik generasi agar memahami pentingnya Al Aqsa bagi Islam. Dengan memahami sejarah masjid Al Aqsa, kita semakin sadar bahwa perjuangan membela Palestina bukan sekadar isu politik, melainkan bagian dari menjaga kehormatan agama dan identitas umat Islam.

Referensi Sejarah Masjid Al Aqsa Dari Awal Sampai Akhir (yatimmandiri.org)

Keteladanan Cinta Mu’adz bin Jabal Kepada Al-Qur’an

Keteladanan Cinta Mu’adz bin Jabal Kepada Al-Qur’an

Mu’adz bin Jabal adalah salah satu sahabat Rasulullah ﷺ yang terkenal dengan kecerdasan, kefaqihan, dan ketakwaannya. Beliau masuk Islam di usia muda, namun semangatnya dalam menuntut ilmu dan menghafal Al-Qur’an membuat namanya dikenal luas di kalangan sahabat. Rasulullah ﷺ pernah bersabda bahwa beliau adalah sahabat yang paling mengetahui perkara halal dan haram di antara umatnya (HR. Tirmidzi).

 

Mu’adz dikenal sebagai sahabat Nabi yang sangat fasih dalam membaca serta kuat dalam menghafal Al-Qur’an. Ia bahkan termasuk di antara empat sahabat yang secara khusus diperintahkan oleh Rasulullah ﷺ untuk mendalami Al-Qur’an. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Nabi bersabda,

“Ambillah bacaan Al-Qur’an dari empat orang: dari Abdullah bin Mas’ud, Salim, Mu’adz bin Jabal, dan Ubay bin Ka’ab.”

Bagaimana Cara Mu’adz bin Jabal Menghafal Al-Qur’an?

Sejak awal, Mu’adz memiliki kecintaan mendalam terhadap Al-Qur’an. Setiap kali Rasulullah ﷺ menerima wahyu, beliau termasuk yang segera mempelajari, menghafal, dan mengamalkannya. Proses hafalan yang dilakukan bukan sekadar mengingat ayat demi ayat, tetapi juga memahami makna dan tujuan setiap ayat. Hafalannya kokoh karena dibangun dengan pemahaman dan pengamalan.

Mu'adz bin Jabal sahabat rasulullah yang pandai cerdas dan semangat dakwah. Ilustrasi prang arab menunggangi unta di padang pasir
Ilustrasi kisah Mu’adz bin Jabal yang menginspirasi (gambar tidak ditujukan untuk memvisualisasikan wujud sebenarnya)

Metode yang digunakan Mu’adz sangat efektif. Ia mengulang bacaan ayat dengan penuh perhatian, mendengarkan langsung dari Rasulullah ﷺ, lalu mengajarkannya kepada sahabat lain. Mengajarkan ayat ini membuat hafalannya semakin kuat, sekaligus menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an di hati umat. Karena ketekunannya, Rasulullah ﷺ mengutus Mu’adz sebagai guru Al-Qur’an dan fikih di Yaman.

Baca juga: Zaid bin Tsabit dan Keteladanannya Bersama Al-Qur’an

Mu’adz bin Jabal juga dikenal sebagai Imam al-Fuqaha’a karena kemampuannya dalam ijtihad. Ketika ditanya Rasulullah ﷺ bagaimana ia memutuskan perkara, Mu’adz menjawab, “Dengan Kitabullah. Jika tidak ada, maka Sunnah Rasul, dan jika tidak ada juga, aku berijtihad dengan akalku.” Rasulullah ﷺ memujinya atas kebijaksanaan ini.

Dari kisah Mu’adz, kita belajar bahwa hafalan Al-Qur’an yang kokoh lahir dari cinta, pemahaman, dan pengamalan. Bagi penghafal masa kini, teladan beliau menunjukkan bahwa menghafal bukan hanya soal kecepatan, tetapi juga kesungguhan menjaga ayat-ayat Allah dalam hati. Maka patutlah kita selalu ingat untuk membaca doa sebelum belajar, agar Allah limpahkan kemudahan dalam menghafal Al-Qur’an. Semoga kita dapat meneladani Mu’adz bin Jabal dalam mencintai dan menjaga kemurnian Al-Qur’an.

Referensi: