Al Muanawiyah – Hadits Arbain ke-2 merupakan salah satu riwayat penting dari kumpulan Arba’in An-Nawawiyah karya Imam Nawawi. Hadits ini dikenal sebagai Hadits Jibril, karena malaikat Jibril datang dalam rupa manusia untuk bertanya kepada Rasulullah SAW tentang Islam, iman, dan ihsan. Banyak ulama menyebut hadits ini sebagai “Ummus Sunnah”, sebab kandungan ilmunya mencakup fondasi ajaran Islam secara lengkap.
Lafadz Hadits Arbain ke-2
Berikut adalah lafadz lengkap hadits arbain ke-2
بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم
: اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ : صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ : مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ : أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ : فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”
Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”
Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.”
Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”
Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.”
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?”
Aku menjawab, ”Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim, no. 8]
Kandungan Pokok Hadits
Dalam hadits ini, Jibril mengajukan tiga pertanyaan pokok. Pertama adalah tentang Islam yang terdiri dari lima rukun, yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa Ramadhan, dan haji bagi yang mampu. Pertanyaan kedua mengenai iman yang mencakup enam keyakinan, yaitu beriman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, serta takdir baik dan buruk. Pertanyaan ketiga tentang ihsan yang dijelaskan sebagai ibadah yang dilakukan seakan-akan melihat Allah. Ketiga bagian ini menjadi dasar utama dalam memahami pokok keislaman seorang Muslim.
Hadits Arbain ke-2 juga menjelaskan tanda-tanda kiamat yang menjadi bagian dari dialog tersebut. Rasulullah SAW menyebutkan beberapa ciri seperti hamba sahaya melahirkan tuannya dan para penggembala miskin berlomba membangun gedung tinggi. Para ulama menafsirkan tanda-tanda tersebut dengan berbagai pendekatan, termasuk perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat dari masa ke masa. Kandungannya tidak dimaksudkan untuk menakuti, tetapi untuk mengingatkan agar umat lebih dekat dengan Allah.
Pentingnya Memahami Hadits Iman Islam dan Ihsan
Riwayat hadits Arbain ke-2 ini bersumber dari Umar bin Khattab RA dan tercatat dalam Shahih Muslim. Keotentikan riwayat ini membuatnya menjadi rujukan utama bagi para ulama fikih, akidah, hingga tasawuf. Banyak madrasah, pesantren, dan lembaga pendidikan Islam menjadikan hadits ini sebagai materi wajib karena mencakup prinsip dasar yang harus diketahui setiap Muslim. Pemahaman terhadap hadits ini membantu pelajar mengenali struktur keimanan yang benar dan aplikasinya dalam kehidupan.
Baca juga: Hadits Niat, Hadits ke-1 Arbain Nawawi
Hadits Arbain ke-2 memberikan gambaran utuh tentang bagaimana seorang Muslim seharusnya menjalani agama. Islam mengatur amal lahir. Iman mengatur keyakinan batin. Ihsan menyempurnakan hubungan hamba dengan Allah melalui kualitas ibadah. Ketiga unsur tersebut tidak bisa dipisahkan karena saling melengkapi dalam membentuk pribadi yang kokoh dan bertakwa. Ketika seseorang memahami ketiganya, ia akan mampu menata hidup secara lebih terarah dan bermanfaat.
Contoh penerapan iman dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika seseorang mengalami sakit. Ia harus meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat yang menyembuhkan Ia kemudian berusaha mencari pengobatan, baik dengan obat, istirahat, maupun konsultasi medis, sebagai bentuk ikhtiar yang diajarkan agama. Setelah itu, ia menyerahkan hasilnya kepada Allah, karena hanya Allah yang menentukan sembuh atau tidaknya seseorang. Sikap seperti ini menunjukkan perpaduan antara iman, usaha, dan tawakal.

Dengan memahami hadits Arbain ke-2, umat Islam diharapkan mampu menjalani agama secara lebih seimbang. Pelajaran tentang Islam, iman, dan ihsan menjadi bekal utama dalam menghadapi berbagai permasalahan modern. Hadits ini tetap relevan sepanjang masa karena menyentuh inti ajaran yang tidak berubah. Setiap Muslim dapat menjadikannya sebagai rujukan untuk memperbaiki kualitas hidup dan semakin dekat dengan Allah.






