Tarekat Qadiriyah adalah salah satu tarekat sufi tertua dan paling berpengaruh di dunia Islam. Tarekat ini dinisbatkan kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani, seorang ulama besar abad ke-12 yang dikenal karena keilmuan, ketakwaan, dan perannya dalam membina masyarakat melalui dakwah, pendidikan, serta bimbingan spiritual. Hingga kini, ajaran dan manhaj beliau masih menginspirasi jutaan umat Muslim di berbagai negara.
Asal Usul dan Sejarah Singkat
Tarekat Qadiriyah lahir di Baghdad, pusat peradaban dan ilmu pengetahuan pada masa Syaikh Abdul Qadir Jaelani. Beliau adalah pengajar di Madrasah Bab al-Azaj dan dikenal memimpin majelis zikir serta kajian tafsir, fiqih, dan tasawuf. Murid-muridnya kemudian menyebarkan ajarannya ke berbagai wilayah, termasuk Syam, Afrika Utara, Asia Tengah, India, hingga Nusantara.
Melalui jaringan ulama dan dai yang kuat, tarekat ini berkembang menjadi salah satu jalur spiritual yang menekankan keseimbangan antara syariat dan hakikat.
Baca juga: Perbedaan Manaqib, Diba’, dan Barzanji
Ajaran Pokok Tarekat Qadiriyah
Secara umum, tarekat Qadiriyah mengajarkan penyucian hati dan konsistensi dalam ibadah tanpa meninggalkan peran sosial. Prinsip utamanya meliputi:
-
Tauhid yang murni, dengan menegaskan hanya Allah tempat bergantung.
-
Memperkuat ibadah syariat, seperti salat, puasa, serta akhlak sehari-hari.
-
Zikir teratur, baik zikir jahr (dikeraskan) maupun sirr (pelan).
-
Tazkiyatun nafs, upaya membersihkan jiwa dari sifat buruk seperti riya’, sombong, dan dengki.
-
Khidmah kepada masyarakat, yakni memberi manfaat, membantu sesama, dan menjadi teladan moral.
Nilai-nilai ini menjadikan dzikir ini dikenal sebagai pendekatan spiritual yang sederhana, disiplin, dan dekat dengan kehidupan sosial.
Pengaruh Tarekat Qadiriyah di Nusantara
Tarekat ini termasuk yang paling awal masuk ke Indonesia, dibawa oleh para ulama dari Gujarat, Yaman, dan Irak. Sejumlah figur ulama Nusantara yang terhubung dengan Qadiriyah antara lain:
-
Syekh Abdul Karim Banten, penyebar Qadiriyah di abad ke-18.
-
Syekh Ahmad Khatib Sambas, pendiri Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN).
-
Banyak pesantren di Jawa dan Madura yang turut melestarikan tradisi zikir Qadiriyah.
Ajaran ini biasanya diajarkan dalam bentuk wirid, manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani, pengajian rutin, dan latihan spiritual tertentu yang dibimbing oleh mursyid.

Relevansi Tarekat Qadiriyah di Era Modern
Walaupun lahir lebih dari delapan abad lalu, tradisi ini tetap relevan bagi Muslim masa kini. Ajarannya menekankan:
-
Konsistensi ibadah di tengah kesibukan modern.
-
Ketenangan batin melalui zikir dan muraqabah.
-
Akhlak sosial yang memperkuat nilai persaudaraan.
-
Keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Karena itulah, banyak kalangan muda, termasuk santri dan mahasiswa, kembali tertarik mempelajari tarekat sebagai jalan memperbaiki diri.
Tarekat Qadiriyah bukan hanya tradisi zikir, tetapi juga warisan spiritual yang mengajarkan kesalehan pribadi dan kepedulian sosial. Dari Baghdad hingga Nusantara, jejak pengaruhnya membawa spirit keteladanan Syaikh Abdul Qadir Jaelani yang penuh hikmah.
