Amal Jariyah: Investasi Pahala yang Tak Pernah Terputus

Amal Jariyah: Investasi Pahala yang Tak Pernah Terputus

Dalam Islam, amal jariyah menjadi salah satu bentuk amal paling mulia karena pahalanya terus mengalir, bahkan setelah pelakunya meninggal dunia. Tidak seperti amal lain yang berhenti bersama usia, ibadah ini menjadi tabungan akhirat yang abadi.

Pengertian Amal Jariyah

Secara bahasa, “jariyah” berarti mengalir. Maka, amal jariyah berarti amal yang pahalanya terus mengalir tanpa henti. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.”
(HR. Muslim no. 1631)

Hadits ini menjadi dasar bahwa sedekah jariyah adalah amal yang akan terus mendatangkan pahala selama manfaatnya masih dirasakan orang lain.

Dalil tentang Keutamaannya

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir; pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.”
(QS. Al-Baqarah: 261)

Ayat ini menggambarkan betapa besar balasan bagi orang yang berinfak atau bersedekah dengan niat ikhlas karena Allah. Amal kecil yang dilakukan dengan niat yang benar bisa berlipat ganda pahalanya, sebagaimana satu biji yang tumbuh menjadi ratusan buah.

Baca juga: Teladan Sedekah dari Kedermawanan Asma’ binti Abu Bakar

Contoh Amal yang Pahalanya Tidak Terputus

Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak contoh yang bisa dilakukan, antara lain:

  1. Membangun masjid atau mushalla – setiap orang yang shalat di dalamnya akan menambah pahala bagi orang yang membantu pembangunannya.

  2. Berwakaf untuk pendidikan – seperti wakaf berupa tanah, bangunan, atau fasilitas pesantren.

  3. Memberi mushaf Al-Qur’an – selama Al-Qur’an tersebut dibaca dan dipelajari, pahalanya terus mengalir.

  4. Menyebarkan ilmu yang bermanfaat – baik melalui tulisan, pengajaran, maupun dakwah digital.

  5. Menyumbang sumur atau sarana air bersih – manfaatnya terus dirasakan oleh banyak orang.

Semua amal di atas bernilai jariyah bila dilakukan dengan ikhlas, tanpa pamrih, dan untuk kepentingan umat.

gambar air yang mengisi teko
Ilustrasi contoh amal jariyah berupa sumur air (sumber: freepik)

Makna di Balik Amal Jariyah

Beramal bukan hanya bentuk sedekah, tetapi wujud cinta sejati kepada Allah dan sesama manusia. Melalui ibadah ini, seseorang meninggalkan jejak kebaikan yang terus hidup meski dirinya telah tiada. Islam mengajarkan bahwa keberkahan hidup sejati adalah ketika seseorang bisa bermanfaat bagi orang lain.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ahmad no. 23408, dinilai hasan oleh Al-Albani)

Artinya, amal jariyah adalah cerminan kepedulian sosial yang bernilai ibadah, sekaligus bukti ketulusan iman.

Ajak Beramal Melalui Wakaf Pendidikan di Al Muanawiyah

Di Pondok Pesantren Jombang Al Muanawiyah, amal jariyah diwujudkan melalui program wakaf pendidikan dan pembangunan sarana belajar santri. Dengan berwakaf, setiap donatur ikut membangun generasi penghafal Al-Qur’an, pembelajar ilmu agama, dan calon dai yang siap berdakwah di masa depan.

Pahala dari wakaf pendidikan ini akan terus mengalir selama santri belajar, menghafal, dan menyebarkan ilmu yang mereka peroleh. Mari ambil bagian dalam kebaikan abadi ini. Karena wakaf bukan sekadar memberi, tetapi menanam pahala tanpa batas waktu.

Yuk, berwakaf di Pondok Pesantren Al Muanawiyah.
Jadikan amalmu investasi abadi yang menghidupkan ilmu dan cahaya Islam di hati generasi muda. Klik laman wakaf pondok Al Muanawiyah.

Hal-Hal yang Membatalkan Puasa dan Penjelasannya

Hal-Hal yang Membatalkan Puasa dan Penjelasannya

Al MuanawiyahPuasa adalah ibadah yang menuntut keikhlasan dan pengendalian diri. Namun, banyak orang belum memahami secara utuh hal-hal yang membatalkan puasa, terutama dalam situasi sehari-hari. Bukan hanya soal makan dan minum, tetapi juga tindakan atau kondisi tertentu yang bisa menghapus pahala bahkan membatalkan ibadah ini.

Hal-Hal yang Dapat Membatalkan Puasa

Makan dan Minum dengan Sengaja

Hal pertama yang jelas membatalkan puasa adalah makan atau minum dengan sengaja. Jika seseorang lupa lalu makan atau minum, puasanya tetap sah berdasarkan hadis Rasulullah ﷺ:

“Barang siapa lupa sedangkan ia berpuasa, lalu makan atau minum, hendaklah ia menyempurnakan puasanya, karena sesungguhnya Allah-lah yang telah memberinya makan dan minum.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun, bila dilakukan dengan sadar dan sengaja, puasanya batal dan wajib menggantinya.

Baca juga: Pengertian dan Rukun Puasa dalam Islam

Keluarnya Mani karena Sengaja

Mengeluarkan mani dengan sengaja, baik melalui onani, sentuhan, maupun menonton hal-hal yang membangkitkan syahwat seperti film dewasa, termasuk pembatal puasa. Hal ini karena puasa bertujuan menahan hawa nafsu, sebagaimana sabda Nabi ﷺ bahwa puasa adalah perisai dari godaan syahwat.

Adapun keluarnya mani karena mimpi basah tidak membatalkan puasa, sebab hal itu terjadi di luar kehendak manusia.

Muntah dengan Sengaja

Jika seseorang muntah tanpa disengaja, maka puasanya tetap sah. Namun, apabila dilakukan dengan sengaja, seperti memancing muntah dengan jari atau alat, maka puasanya batal. Hal ini berdasar hadis riwayat Abu Dawud:

“Barang siapa muntah tanpa sengaja, maka tidak wajib qadha; namun barang siapa muntah dengan sengaja, maka wajib qadha.”

Masuknya Sesuatu ke Dalam Rongga Tubuh

Setiap benda yang masuk ke dalam tubuh melalui jalur yang terhubung ke perut atau otak — seperti hidung, mulut, atau saluran pencernaan — dapat membatalkan puasa jika dilakukan dengan sengaja.

Namun, membersihkan telinga dengan korek atau meneteskan obat ke bagian luar telinga tidak membatalkan puasa, karena saluran telinga tidak memiliki jalur langsung menuju perut. Hukum ini berbeda dengan hidung atau mulut yang memang menjadi jalur masuk makanan.

gambar korek telinga iustrasi hal yang tidak membatalkan puasa
Ilustrasi korek telinga (sumber: freepik.com)

Obat Tetes, Infus, dan Suntikan

Perkembangan medis modern membuat muncul berbagai cara pengobatan yang perlu dikaji dalam konteks puasa.

1. Obat tetes mata dan telinga luar
Mayoritas ulama menyatakan tidak membatalkan puasa, sebab tidak ada jalur langsung ke tenggorokan. Namun, disunnahkan berhati-hati agar cairan tidak tertelan.

2. Infus
Infus yang mengandung cairan bergizi seperti glukosa, elektrolit, atau vitamin dianggap membatalkan puasa, karena menggantikan fungsi makan dan minum. Tapi infus non-nutrisi seperti cairan untuk hidrasi darurat atau pereda nyeri, jika tidak bernilai gizi, termasuk khilafiyah (diperselisihkan), meski banyak ulama menganggapnya tidak membatalkan.

3. Suntikan obat non-nutrisi
Suntikan antibiotik, vaksin, atau bius tidak membatalkan puasa, karena bukan jalur alami pencernaan. Namun, tetap sebaiknya dilakukan di malam hari bila memungkinkan.

gambar suntik obat ilustrasi hal yang membatalkan puasa
Ilustrasi suntik (sumber: freepik.com)

Suntik Insulin bagi Penderita Diabetes

Bagi penderita diabetes, suntik insulin tidak membatalkan puasa, karena fungsinya bukan memberi nutrisi, melainkan mengatur kadar gula darah agar tetap seimbang. Hal ini telah ditegaskan oleh banyak lembaga fikih internasional seperti Majma‘ Fiqh Islami.

Namun, jika insulin dicampur dengan cairan glukosa atau dilakukan dalam kondisi tubuh lemah hingga membahayakan kesehatan, maka disarankan tidak berpuasa dan menggantinya di hari lain. Islam memberikan keringanan bagi orang sakit, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 184:

“Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari yang ditinggalkannya pada hari-hari yang lain.”

Baca juga: Hikmah Puasa: Menyucikan Jiwa dan Menumbuhkan Takwa

Menangis dan Emosi

Menangis tidak membatalkan puasa selama tidak berlebihan atau disertai keluhan terhadap takdir Allah. Namun, bila tangisan memicu amarah, makian, atau hilangnya kesabaran, maka nilai puasa bisa berkurang bahkan hilang pahalanya. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan batil, maka Allah tidak butuh dari lapar dan hausnya.” (HR. Bukhari)

Puasa sejatinya melatih hati agar tetap lembut dan ikhlas menghadapi ujian.

Puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menjaga seluruh anggota tubuh dari perbuatan yang mengotori jiwa. Menjaga pandangan, lisan, dan pikiran sama pentingnya dengan menahan lapar. Karena itu, pemahaman tentang hal-hal yang membatalkan puasa menjadi kunci agar ibadah ini diterima dan bernilai di sisi Allah.

Di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Muanawiyah, para santri dibiasakan menjalankan puasa sunnah Senin Kamis sebagai bagian dari pembinaan ruhani dan pembiasaan amal saleh. Tradisi ini bukan hanya melatih kesabaran dan keikhlasan, tetapi juga menumbuhkan kepedulian sosial antarsesama. Mari ambil bagian dalam kebaikan ini. Anda bisa bersedekah untuk memberikan buka puasa santri, atau berwakaf demi mendukung wakaf pondok tahfidz yang menjadi tempat lahirnya generasi Qur’ani.

Sedekah Abu Bakar dan Umar di Perang Tabuk

Sedekah Abu Bakar dan Umar di Perang Tabuk

Dalam sejarah Islam, banyak kisah inspiratif tentang keikhlasan sahabat Nabi ﷺ dalam berinfak di jalan Allah. Salah satunya adalah peristiwa yang terjadi menjelang Perang Tabuk, ketika Rasulullah ﷺ menyeru kaum muslimin untuk bersedekah demi mendukung perjuangan. Pada saat itulah tercatat kisah mulia tentang sedekah Abu Bakar dan Umar.

sedekah harta rampasan perang, harta karun. kisah sedekah Umar bin Khattab dan Abu Bakar di Perang Tabuk
Ilustrasi sedekah harta perang Sayyidina Umar dan Abu Bakar (gambar hanya ilustrasi. foto: freepik)

 

Kisah Sedekah Abu Bakar dan Umar

Ketika Rasulullah ﷺ mengajak para sahabat untuk memberikan harta mereka, Umar bin Khattab r.a. datang dengan membawa setengah dari hartanya. Rasulullah ﷺ kemudian bertanya, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu, wahai Umar?” Umar menjawab, “Aku tinggalkan sebanyak yang kubawa.”

Tak lama kemudian, Abu Bakar r.a. pun datang dengan membawa seluruh hartanya. Rasulullah ﷺ bertanya kepadanya, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?” Ia menjawab, “Aku tinggalkan Allah dan Rasul-Nya.”

Kedua sahabat mulia ini memperlihatkan bagaimana kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya mampu mendorong mereka untuk bersedekah dengan penuh keikhlasan.

Pondok Quran Almuanawiyah Jombang

Sedekah Melipatgandakan Kebaikan

Allah berfirman:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 261).

Allah ﷻ dalam surah Al-Baqarah ayat 261 menjelaskan bahwa sedekah ibarat menanam sebutir biji yang tumbuh menjadi tujuh bulir, dan setiap bulir berisi seratus biji. Artinya, satu amal kebaikan bisa dilipatgandakan hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan lebih sesuai kehendak Allah.

Ayat ini memberi isyarat bahwa harta yang kita keluarkan tidak akan hilang, melainkan justru berkembang menjadi pahala yang berlipat ganda. Sama seperti benih yang ditanam di tanah subur, ia akan tumbuh dan memberi hasil yang berlimpah. Maka, sedekah tidak mengurangi harta, tetapi menambah keberkahan hidup di dunia dan akhirat.

Baca juga: Cerita Teladan Sedekah dari Ummu Umarah

Kisah sedekah Abu Bakar dan Umar dalam Perang Tabuk menjadi teladan bagi umat Islam untuk senantiasa berinfak di jalan Allah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Semangat mereka adalah cermin bahwa harta yang kita miliki sesungguhnya hanyalah titipan, dan pengorbanan di jalan Allah akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda.

Mari kita lanjutkan semangat kedermawanan para sahabat dengan mendukung pendidikan Islam. Melalui program Wakaf Pendidikan Al Muanawiyah, setiap rupiah yang kita sisihkan akan menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir. Bergabunglah bersama para pewakaf, insyaAllah menjadi bekal terbaik menuju akhirat.

Tips Menghafal Al-Qur’an dengan Mudah Melalui Pengulangan

Tips Menghafal Al-Qur’an dengan Mudah Melalui Pengulangan

Menghafal Al-Qur’an adalah ibadah mulia yang dijanjikan banyak keutamaan. Namun, tidak sedikit yang merasa sulit menjaga hafalan agar tetap kuat. Salah satu tips menghafal Al-Qur’an yang terbukti efektif adalah melakukan pengulangan (tikrar) sesering mungkin.

 

Pentingnya Pengulangan dalam Menghafal

 

Dalam tradisi para ulama, pengulangan menjadi kunci keberhasilan hafalan. Hafalan yang tidak diulang akan cepat hilang, sebagaimana hadits Rasulullah SAW

 (( إنَّمَامَثَلُ صَاحبِ الْقُرْآنِ كَمَثَلِ الإِبِلِ المُعَقَّلَةِ ، إنْ عَاهَدَ عَلَيْهَا أمْسَكَهَا ، وَإنْ أطْلَقَهَا ذَهَبَتْ )) متفقٌ عَلَيْهِ .

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Permisalan orang yang menghafal Al-Qur’an adalah seperti unta yang diikat dengan tali. Jika dijaga, maka tidak akan lari. Jika dibiarkan tanpa diikat, maka akan lepas.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari no. 5031 dan Muslim no. 789]

 

Rasulullah ﷺ juga memberikan teladan. Beliau sering membaca ayat-ayat yang sama dalam shalat malam, bahkan berulang kali. Cara sahabat Nabi menghafal Al-Qur’an juga dituntun untuk banyak diulang dalam shalat. Hal ini menunjukkan bahwa pengulangan adalah metode yang diajarkan langsung oleh Nabi.

Allah SWT pun berfirman:
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk diingat, maka adakah yang mau mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17).

Ayat ini memberi isyarat bahwa Al-Qur’an memang dimudahkan untuk dihafal, salah satunya melalui pengulangan yang konsisten.

Baca juga: 5 Alasan Kenapa Kita Harus Menghafal Al-Qur’an

Alasan Ilmiah Metode Pengulangan

 

Dari sisi ilmiah, otak manusia memiliki mekanisme spaced repetition, yaitu kemampuan menyimpan informasi lebih kuat ketika diulang secara berkala. Setiap kali hafalan dibaca ulang, jalur saraf di otak akan semakin kuat, sehingga ayat-ayat Al-Qur’an lebih mudah melekat dalam ingatan jangka panjang.

Selain itu, penelitian dalam bidang neurosains menunjukkan bahwa hafalan yang sering diulang akan berpindah dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Dengan demikian, pengulangan bukan sekadar rutinitas, tetapi strategi ilmiah yang sangat efektif.

Program Pengulangan di PPTQ Al Muanawiyah

 

Di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Al Muanawiyah, metode pengulangan menjadi bagian penting dari kurikulum tahfidz. Santri dibimbing agar selalu menjaga hafalannya melalui program-program khusus, antara lain:

  • Tasmi’ kelipatan 5 juz, untuk melatih mental dan konsistensi hafalan.

  • Tilawah harian 5 juz, agar santri terbiasa mengulang bacaan dalam jumlah banyak.

  • Ayatan, yaitu pengulangan ayat-ayat dengan sambung ayat secara terfokus untuk memperkuat hafalan detail.

Dengan program ini, santri tidak hanya menghafal, tetapi juga mampu menjaga hafalan tetap kuat sepanjang waktu.

mengulang ayat tasmi' hafalan ujian terbuka wisuda tahfidz pondok pesnatren tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang
Tips menghafal Al-Qur’an dengan pengulangan di PPTQ Al Muanawiyah

Dari uraian di atas, jelas bahwa salah satu tips menghafal Al-Qur’an paling efektif adalah pengulangan sesering mungkin. Baik dari sisi syariat maupun ilmu pengetahuan, pengulangan terbukti menjaga hafalan agar tidak mudah hilang.

PPTQ Al Muanawiyah telah menerapkan metode ini secara sistematis melalui berbagai program. Mari turut serta mendukung lahirnya generasi Qur’ani dengan bergabung dalam Wakaf Pendidikan Al Muanawiyah. Dukungan Anda akan menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir bersama lantunan ayat-ayat Al-Qur’an dari para santri.

Bangunan Hasil Wakaf di Indonesia yang Terkenal

Bangunan Hasil Wakaf di Indonesia yang Terkenal

Wakaf sejak dulu dikenal sebagai salah satu instrumen ibadah sosial dalam Islam. Jika pada masa awal wakaf lebih sering berupa tanah untuk masjid atau pemakaman, kini wakaf berkembang menjadi sarana produktif yang lebih luas. Salah satunya adalah pembangunan lembaga pendidikan. Tidak sedikit sekolah dan kampus besar di Indonesia berdiri di atas bangunan hasil wakaf, yang terus memberikan manfaat jangka panjang bagi generasi Muslim.

Sejarah Wakaf untuk Pendidikan

Dalam sejarah Islam, wakaf pendidikan sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu. Banyak madrasah, perpustakaan, hingga universitas Islam klasik di Baghdad, Mesir, hingga Andalusia, berdiri dari dana dan aset wakaf. Model inilah yang kemudian diikuti di Indonesia. Wakaf untuk pendidikan menjadi salah satu amal jariyah yang pahalanya terus mengalir, karena ilmunya diwariskan dari generasi ke generasi.

Contoh Bangunan Hasil Wakaf di Indonesia

Salah satu contoh nyata adalah Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Kampus ini awalnya berdiri dari tanah wakaf yang diberikan para tokoh umat Islam. Hingga kini, UII berkembang menjadi salah satu universitas Islam modern dan berpengaruh di Indonesia. Ribuan mahasiswa setiap tahun belajar di atas tanah wakaf tersebut, membuktikan bahwa wakaf bukan sekadar ibadah, tapi juga investasi peradaban.

gambar kompleks bangunan Universitas Islam Indonesia sebagai bangunan hasil wakaf
Contoh bangunan hasil wakaf, Universitas Islam Indonesia (foto: www.uii.ac.id)

Selain UII, banyak pesantren modern di Jawa, Sumatra, hingga Kalimantan juga berdiri di atas lahan wakaf. Contohnya Pondok Modern Darussalam Gontor, yang sejak awal dideklarasikan sebagai lembaga wakaf milik umat, bukan milik pribadi pendirinya. Dengan status wakaf, pesantren ini bisa terus berkembang tanpa terikat kepentingan keluarga atau golongan tertentu.

Baca juga: Sejarah Wakaf Pertama dalam Islam di Masjid Quba

Hikmah Wakaf Pendidikan

Pendidikan merupakan kunci kemajuan bangsa. Ketika wakaf digunakan untuk membangun sekolah dan kampus, maka manfaatnya meluas:

  1. Mencetak generasi berilmu – ribuan santri dan mahasiswa bisa belajar tanpa khawatir biaya tinggi.

  2. Amal jariyah abadi – setiap ilmu yang diajarkan dan diamalkan menjadi pahala yang mengalir bagi pewakaf.

  3. Kemandirian umat – dengan bangunan hasil wakaf, umat Islam tidak harus bergantung pada pihak luar dalam mendirikan lembaga pendidikan.

Bangunan hasil wakaf berupa sekolah, pesantren, dan universitas adalah bukti nyata bagaimana ajaran Islam mampu membangun peradaban. Wakaf bukan hanya ibadah sosial, tetapi juga strategi mencetak generasi unggul. Maka, sudah saatnya kita ikut mendukung program wakaf produktif, agar semakin banyak sekolah dan kampus berdiri di atas tanah wakaf dan memberi manfaat luas bagi umat.

Bagi Anda yang ingin berinvestasi akhirat, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang membuka kesempatan wakaf pendidikan. Dengan wakaf, Anda turut berperan mencetak generasi Qur’ani yang berakhlak mulia, berilmu, dan siap membangun bangsa. Mari bersama menanam amal jariyah yang pahalanya tidak akan terputus dengan mendukung program wakaf Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah.

Zakat vs Wakaf, Mana yang Lebih Baik untuk Pendidikan?

Zakat vs Wakaf, Mana yang Lebih Baik untuk Pendidikan?

Di Indonesia, pesantren dan lembaga pendidikan Islam sering menjadi sasaran para donatur yang ingin beramal. Namun, muncul pertanyaan: lebih tepatkah mendukung pendidikan dengan zakat atau dengan wakaf? Kedua instrumen ini sama-sama bernilai ibadah, tetapi memiliki aturan yang berbeda.

1. Zakat: Wajib dan Terikat Syariat

Zakat adalah kewajiban setiap Muslim yang telah memenuhi nisab dan haul. Allah ﷻ telah menetapkan penerimanya dalam delapan golongan (ashnaf) pada QS. At-Taubah ayat 60. Di antara golongan itu ada fakir, miskin, dan fi sabilillah yang dapat dikaitkan dengan dunia pendidikan.

Contohnya, santri miskin yang belajar di pesantren dapat menerima zakat. Begitu juga lembaga pendidikan Islam bisa menggunakan dana zakat untuk program fi sabilillah, selama benar-benar mendukung perjuangan di jalan Allah.

Namun, zakat tidak bisa dialihkan sepenuhnya menjadi wakaf pendidikan. Jika seseorang ingin membangun gedung pesantren atau membiayai operasional jangka panjang, itu bukan ranah zakat, melainkan ranah wakaf atau infak.

ilustrasi zakat mal dan wakaf, gambar tangan menggenggam banyak koin emas
Ilustrasi zakat mal

2. Wakaf: Sunnah dan Berorientasi Jangka Panjang

Berbeda dengan zakat, wakaf hukumnya sunnah dan lebih fleksibel. Wakaf biasanya berbentuk tanah, bangunan, atau dana yang dikelola untuk manfaat jangka panjang. Pendidikan menjadi salah satu bidang utama wakaf, terbukti dengan berdirinya banyak pesantren, universitas Islam, hingga rumah sakit berbasis wakaf.

Jika zakat harus segera disalurkan kepada mustahik, keutamaan wakaf justru dikelola agar manfaatnya terus berkelanjutan. Seorang Muslim yang ingin mendukung pesantren agar bertahan lama, membangun asrama, atau memberi beasiswa berkelanjutan, lebih tepat menyalurkan wakaf.

3. Pengelolaannya di Indonesia

Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 menegaskan bahwa zakat sebaiknya dikelola oleh lembaga resmi seperti BAZNAS atau LAZ agar terdata dan transparan. Meski begitu, zakat tetap sah jika disalurkan langsung kepada mustahik.

Sedangkan wakaf diatur dalam UU No. 41 Tahun 2004. Wakaf biasanya dikelola oleh nadzir (pengelola wakaf) yang bertugas menjaga dan mengembangkan aset wakaf agar manfaatnya berkesinambungan.

Zakat vs Wakaf untuk Pendidikan

Zakat dan wakaf sama-sama menjadi instrumen penting untuk menjaga keberlangsungan pendidikan Islam di Indonesia. Jika zakat membantu santri dan guru bertahan di tengah keterbatasan, wakaf memastikan bahwa pesantren tetap berdiri kokoh dari generasi ke generasi.

Karena itu, mari kita mulai melihat pendidikan sebagai ladang amal jariyah. Dengan wakaf, setiap rupiah yang kita titipkan akan terus mengalir menjadi pahala selama ilmu dari pesantren itu diajarkan. Bayangkan, doa dari para santri dan generasi Qur’ani kelak bisa menjadi saksi amal kita di hadapan Allah.

Bagi siapa pun yang ingin berkontribusi lebih, menyalurkan wakaf pendidikan melalui pondok pesantren adalah pilihan yang mulia. Tidak perlu menunggu kaya, karena wakaf bisa dimulai dari kecil—yang penting niatnya tulus untuk Allah. Kunjungi website kami untuk mengetahui lebih lanjut program wakaf pembangunan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Jombang.

Referensi:

  1. Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 60.

  2. UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

  3. UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

  4. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

  5. Badan Wakaf Indonesia (BWI)

Teladan Sedekah dari Kedermawanan Asma’ binti Abu Bakar

Teladan Sedekah dari Kedermawanan Asma’ binti Abu Bakar

Asma’ binti Abu Bakar adalah salah satu sahabiyah Nabi ﷺ yang namanya tercatat indah dalam sejarah Islam. Ia bukan hanya dikenal sebagai sosok pemberani yang mendukung dakwah Rasulullah, tetapi juga sebagai teladan sedekah yang luar biasa. Kisah hidupnya menunjukkan bahwa harta sekecil apa pun bisa menjadi jalan keberkahan jika diberikan dengan ikhlas.

Asma’ binti Abu Bakar adalah putri dari Abu Bakar Ash-Shiddiq sekaligus kakak dari Aisyah radhiyallahu ‘anhuma. Ia termasuk sahabiyah mulia yang hidup di masa awal Islam dan dikenal dengan julukan Dzatun Nithaqain (wanita yang memiliki dua ikat pinggang), karena keberaniannya saat membantu Rasulullah ﷺ dan ayahnya dalam peristiwa hijrah. Selain dikenal pemberani, Asma’ juga merupakan teladan dalam keteguhan iman, kesabaran, serta kedermawanan yang menjadikannya contoh abadi bagi umat Islam, khususnya dalam hal sedekah dan kepedulian sosial.

Kisah Teladan Sedekah Asma’ binti Abu Bakar

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari, Rasulullah ﷺ menasihati Asma’:

“Janganlah engkau hitung-hitung (sedekahmu), nanti Allah pun akan menghitung (pahala untukmu).”

Pesan ini menjadi pedoman hidup Asma’. Ia senantiasa membagikan apa yang dimilikinya, meski dalam keadaan terbatas. Baginya, memberi tidak pernah mengurangi harta, melainkan justru melipatgandakan keberkahan. Dari sinilah kita belajar bahwa teladan sedekah harta terletak pada keikhlasan, bukan pada jumlahnya.

gambar wanita mengenakan hijab dan cadar hitam dengan mata diblur sebagai ilustrasi Asma' binti Abu Bakar
Teladan sedekah dari Asma’ binti Abu Bakar (gambar hanya ilustrasi)

 

Ayat Al-Qur’an tentang Sedekah

Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 261:

“Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir; pada setiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Ayat ini mempertegas keyakinan yang dipegang Asma’ binti Abu Bakar, bahwa sedekah adalah jalan untuk melipatgandakan kebaikan di dunia dan akhirat.

Kedermawanan Asma’ binti Abu Bakar adalah teladan sedekah yang abadi. Ia mengajarkan bahwa berbagi tidak membutuhkan kekayaan berlimpah, melainkan keyakinan pada janji Allah. Dengan menyisihkan sebagian rezeki melalui sedekah, infak, maupun wakaf, kita pun bisa mengikuti jejak kebaikan para sahabat Nabi.

Semangat kedermawanan yang dicontohkan Asma’ binti Abu Bakar bisa menjadi teladan sedekah bagi kita hari ini. Salah satu bentuk nyata adalah mendukung perjuangan para penghafal Al-Qur’an. PPTQ Al Muanawiyah saat ini tengah membangun gedung untuk para santri tahfidz. Dengan ikut berdonasi, kita tidak hanya beramal jariyah, tetapi juga turut menjaga generasi Qur’ani yang akan menjadi cahaya umat di masa depan. Mari salurkan sedekah terbaik kita untuk wakaf pondok tahfidz ini, agar pahala mengalir tiada henti.

Wakaf Pendidikan Pembangunan Gedung Baru Al-Muanawiyah

Wakaf Pendidikan Pembangunan Gedung Baru Al-Muanawiyah

Sejarah mencatat, wakaf pendidikan telah menjadi bagian penting dalam membangun peradaban Islam sejak masa Rasulullah ﷺ. Pada awalnya, wakaf digunakan untuk menyediakan kebutuhan umat, seperti sumur, kebun, dan tanah yang hasilnya dipergunakan untuk kepentingan masyarakat. Perkembangan berikutnya, wakaf menjadi pilar utama dalam penyelenggaraan pendidikan Islam. Bangunan, madrasah, perpustakaan, dan pusat ilmu besar di dunia Islam—seperti Al-Azhar di Mesir—berdiri kokoh berkat wakaf kaum Muslimin. Tradisi inilah yang terus dilanjutkan hingga kini, termasuk oleh pesantren-pesantren di Indonesia, yang menjadikan wakaf sebagai sarana membangun gedung, asrama, dan fasilitas belajar demi mencetak generasi Qur’ani yang berilmu dan berakhlak mulia.

foto gedung Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Al Muanawiyah Jombang
Gedung PPTQ Al Muanawiyah Jombang yang sudah digunakan para santri penghafal Al-Qur’an

Wakaf pendidikan adalah salah satu amal jariyah yang pahalanya terus mengalir selama manfaatnya dirasakan. Saat ini, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah sedang membangun gedung baru tiga lantai yang akan difungsikan sebagai asrama santri dan ruang kelas sementara bagi murid SMP Quran Al-Muanawiyah dan SMA Quran Al-Muanawiyah. Pembangunan ini menjadi langkah strategis untuk memenuhi kebutuhan ruang belajar dan tempat tinggal santri yang semakin bertambah setiap tahunnya.

Keterbatasan fasilitas saat ini membuat beberapa ruang belajar digunakan secara bergantian, dan asrama menjadi padat. Dengan adanya gedung baru, diharapkan santri dapat belajar dengan lebih nyaman, memiliki lingkungan yang kondusif, dan mendapatkan fasilitas yang mendukung hafalan Al-Qur’an serta pembelajaran formal.

Manfaat Pembangunan Gedung Baru

  1. Asrama layak untuk menampung lebih banyak santri dari berbagai daerah.

  2. Ruang kelas representatif untuk mendukung kegiatan belajar SMP Quran Al-Muanawiyah dan SMA Quran Al-Muanawiyah..

  3. Lingkungan yang kondusif untuk menghafal Al-Qur’an dan pembinaan akhlak.

  4. Amal jariyah yang terus mengalir pahalanya.

Landasan Syariah Wakaf Pendidikan

Wakaf merupakan amal yang dianjurkan dalam Islam karena manfaatnya berkelanjutan. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Wakaf pendidikan termasuk dalam sedekah jariyah yang manfaatnya terus dirasakan selama gedung dan fasilitas digunakan untuk menuntut ilmu.

Mari menjadi bagian dari pembangunan ini melalui wakaf pendidikan. Kontribusi Anda, sekecil apa pun, akan menjadi bekal pahala yang terus mengalir. Untuk informasi lebih lengkap dan tata cara berwakaf, silakan kunjungi website resmi wakaf Pondok Tahfidz Al Muanaiwyah Jombang.

Alasan Di Balik Penyebutan Hari Jumat Sayyidul Ayyam

Alasan Di Balik Penyebutan Hari Jumat Sayyidul Ayyam

Hari Jumat sayyidul ayyam adalah sebutan yang diberikan Rasulullah ﷺ untuk menegaskan kemuliaan hari ini di atas hari-hari lainnya. Istilah sayyidul ayyam berarti “penghulu hari-hari”, yaitu hari yang memiliki keutamaan besar bagi umat Islam. Dalam sebuah hadits yang dihasankan oleh Al-Albani dalam Sahih al-Jami’ no. 2279. Riwayat Ibnu Majah no. 1084 dan An-Nasa’i no. 1374, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ سَيِّدُ الأَيَّامِ، وَأَعْظَمُهَا عِنْدَ اللَّهِ، وَهُوَ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ يَوْمِ الأَضْحَى وَيَوْمِ الْفِطْرِ، فِيهِ خَمْسُ خِلَالٍ: خَلَقَ اللَّهُ فِيهِ آدَمَ، وَأَهْبَطَ اللَّهُ فِيهِ آدَمَ إِلَى الأَرْضِ، وَفِيهِ تَوَفَّى اللَّهُ آدَمَ، وَفِيهِ سَاعَةٌ لاَ يَسْأَلُ اللَّهَ فِيهَا الْعَبْدُ شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ مَا لَمْ يَسْأَلْ حَرَامًا، وَفِيهِ تَقُومُ السَّاعَةُ، وَمَا مِنْ مَلَكٍ مُقَرَّبٍ، وَلاَ سَمَاءٍ وَلاَ أَرْضٍ وَلاَ رِيحٍ وَلاَ جِبَالٍ وَلاَ بَحْرٍ إِلاَّ وَهُنَّ يُشْفِقْنَ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ

Artinya:
“Sesungguhnya hari Jumat adalah pemimpin hari-hari (sayyidul ayyam) dan yang paling agung di sisi Allah, bahkan lebih agung daripada hari Idul Adha dan Idul Fitri. Pada hari itu ada lima peristiwa: Allah menciptakan Adam, menurunkannya ke bumi, mewafatkannya, pada hari itu ada satu waktu yang tidaklah seorang hamba memohon kepada Allah sesuatu melainkan Allah memberinya selama ia tidak meminta yang haram, dan pada hari itu Kiamat akan terjadi. Tidaklah ada malaikat yang dekat (kepada Allah), langit, bumi, angin, gunung, atau laut kecuali mereka khawatir pada hari Jumat.”

gambar kalender hari Jumat ilustrasi sayyidul ayyam
Keutamaan hari Jumat sebagai sayyidul ayyam

Keistimewaan hari Jumat tidak hanya terkait dengan sejarah penciptaan manusia, tetapi juga karena hari ini menjadi waktu khusus untuk beribadah. Allah ﷻ memerintahkan kaum muslimin untuk meninggalkan segala aktivitas dunia ketika adzan Jumat berkumandang, dan bersegera menuju dzikir kepada-Nya (QS. Al-Jumu’ah: 9). Perintah ini menunjukkan betapa mulianya kedudukan hari Jumat di sisi Allah.

Amalan Utama di Sayyidul Ayyam

Selain shalat Jumat, terdapat banyak amalan sunnah yang dianjurkan, seperti membaca surah Al-Kahfi, memperbanyak shalawat, mandi sunnah sebelum berangkat shalat, dan memperbanyak doa di waktu mustajab antara ashar dan maghrib. Para ulama menegaskan, amalan di hari Jumat akan dilipatgandakan pahalanya.

Tradisi ulama salaf juga menempatkan hari Jumat sebagai momentum utama untuk memperbanyak sedekah. Mereka meyakini bahwa sedekah di hari yang mulia ini membawa keberkahan berlipat, sesuai dengan semangat memuliakan sayyidul ayyam. Di berbagai pesantren di Jombang, para santri terbiasa mengisi hari Jumat dengan khataman Al-Qur’an, kajian kitab kuning, dan doa bersama untuk umat Islam.

Dengan segala keutamaannya, wajar jika hari Jumat disebut sebagai penghulu segala hari. Ini bukan sekadar penamaan simbolis, tetapi sebuah pengakuan atas kedudukan spiritualnya yang istimewa. Mari kita isi hari Jumat dengan amal terbaik, sehingga setiap pekan kita mendapatkan keberkahan yang dijanjikan Allah ﷻ.

Bagi Anda yang ingin menghidupkan sunnah sedekah di hari Jumat sekaligus mendukung pendidikan para santri, Pondok Pesantren Al-Mu’anawiyah Jombang membuka peluang donasi dan wakaf pendidikan. Kunjungi website resminya untuk informasi lebih lanjut.

Peran Wakaf Pendidikan Mencetak Pemimpin Masa Depan

Peran Wakaf Pendidikan Mencetak Pemimpin Masa Depan

Di tengah tantangan zaman yang kompleks, peran wakaf pendidikan menjadi salah satu kunci dalam pembangunan masyarakat. Menyiapkan generasi yang cerdas, berakhlak, dan siap memegang tampuk kepemimpinan di masa depan. Wakaf pendidikan bukan hanya amal jariyah yang pahalanya terus mengalir, tetapi juga investasi strategis untuk kemajuan umat. Dengan memanfaatkan dana wakaf untuk membangun sarana prasarana pendidikan, kita sedang menanam benih peradaban yang akan dituai oleh generasi mendatang.

Berbeda dengan sedekah konsumtif yang habis digunakan dalam waktu singkat, keutamaan wakaf pendidikan memiliki sifat produktif dan berkelanjutan. Bayangkan, sebuah perpustakaan yang dibangun dari dana wakaf akan terus digunakan oleh murid-murid setiap hari, bahkan puluhan tahun ke depan. Setiap buku yang dibaca, pelajaran yang dipahami, dan keberhasilan yang diraih para santri menjadi aliran pahala jariyah bagi para pewakafnya. Inilah mengapa wakaf pendidikan disebut sebagai amal yang “tak lekang oleh waktu.”

foto siswa PPTQ Al Muanawiyah Jombang sedang melaksanakan ANBK ilustrasi peran wakaf pendidikan
Kegiatan ANBK siswa PPTQ AL Muanawiyah yang dapat diselenggarakan dari wakaf pendidikan

Beragam Peran Wakaf Pendidikan

Manfaat wakaf pendidikan sangat luas dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM). Lembaga pendidikan yang didukung wakaf dapat memberikan beasiswa bagi siswa kurang mampu. Selain itu, pembangunan laboratorium riset dan pelatihan guru-guru terbaik yang  mampu membentuk karakter dan kecerdasan murid. Dari sinilah lahir generasi yang tidak hanya pintar secara akademik, tetapi juga memiliki visi, empati, dan kemampuan memimpin dengan keadilan.

Baca juga: Marak di Kalangan Artis, Bagaimana Hukum Operasi Plastik?

Lebih dari itu, peran wakaf pendidikan turut menjadi solusi atas masalah sosial dan ekonomi. Pendidikan yang berkualitas akan melahirkan masyarakat yang mandiri. Sumber daya yang produktif dapat engurangi angka kemiskinan dan memperkuat daya saing bangsa. Dalam jangka panjang, generasi yang dibentuk melalui pendidikan berbasis wakaf akan mencetak pemimpin berintegritas. Menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dan prinsip kesejahteraan rakyat.

Mari ambil bagian dalam perubahan besar ini! Wakafkan sebagian harta Anda untuk pembangunan dan pengembangan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang. Setiap rupiah yang Anda salurkan akan menjadi bekal amal yang tak terputus, sekaligus menyiapkan generasi pemimpin yang akan membawa umat menuju kejayaan. Klik wakaf pondok tahfidz untuk info lebih lanjut