Zakat adalah salah satu rukun Islam yang memiliki peran penting dalam membangun keadilan sosial. Di antara berbagai jenis zakat, salah satu yang paling sering dibahas adalah zakat mal, yakni zakat yang dikenakan pada harta benda. Dalam kondisi sosial-ekonomi saat ini, zakat mal dapat dipandang bukan hanya sebagai ibadah ritual, melainkan juga sebagai instrumen distribusi kekayaan yang menjembatani jurang antara si kaya dan si miskin.
Allah SWT berfirman:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka”
(QS. At-Taubah: 103)
Ayat ini menunjukkan bahwa zakat bukan hanya kewajiban finansial, melainkan juga sarana penyucian jiwa dan harta.
Pengertian Zakat Mal
Secara bahasa, kata mal berarti segala sesuatu yang dimiliki dan bernilai, baik berupa emas, perak, hasil bumi, maupun harta lain yang sah menurut syariat. Menurut para ulama, zakat mal adalah zakat yang diwajibkan atas harta seorang Muslim apabila memenuhi syarat tertentu. Artinya, tidak semua harta terkena kewajiban zakat, tetapi hanya harta yang sudah mencapai ukuran minimal (nisab) dan dimiliki dalam jangka waktu tertentu (haul) [1].
Syarat Zakat Mal
Ada beberapa syarat utama agar suatu harta dikenakan kewajiban zakat:
- Harta tersebut harus milik penuh dari seseorang, bukan sekadar titipan atau dalam sengketa.
- Harta itu bersifat berkembang, artinya bisa bertambah, diputar, atau menghasilkan keuntungan.
- Harta harus mencapai nisab, misalnya emas minimal 85 gram atau perak minimal 595 gram [2].
- Harta tersebut melebihi kebutuhan pokok pemiliknya.
- Untuk jenis tertentu seperti emas, perak, uang, dan perdagangan, harta harus dimiliki selama satu tahun hijriah atau haul.
Baca juga: Jenis Sedekah Harta dalam Islam dan Perbedaannya Lengkap
Jenis Zakat Mal
Bentuk zakat mal sangat beragam:
1. Zakat emas dan perak
Jika seorang Muslim memiliki emas setara 85 gram atau uang senilai harga emas tersebut, maka ia wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5% setelah satu tahun kepemilikan. Zakat itu juga berlaku untuk uang [1][2].
2. Zakat hasil pertanian
Dikenakan saat panen, tanpa menunggu haul. Nisabnya adalah 653 kilogram gabah (setara dengan sekitar 520 kilogram beras). Jika pertanian diairi dengan biaya, zakatnya 5%, sedangkan bila diairi dengan air hujan atau sungai, zakatnya 10% [3].
3. Zakat ternak
Memiliki aturan khusus tergantung jumlah hewan, misalnya kambing, sapi, atau unta. Ketentuan ini dijelaskan dalam hadits-hadits shahih [4].
4. Zakat rikaz
Disebut juga harta terpendam (misalnya harta karun atau barang berharga yang ditemukan) memiliki aturan yang berbeda, yaitu wajib dikeluarkan 20% tanpa syarat nisab atau haul [5].

Zakat Mal dalam Kehidupan Sosial
Zakat mal bukan hanya ritual pribadi, tetapi juga mekanisme sosial untuk mengurangi kesenjangan. Melalui potensi zakat, harta tidak hanya berputar di kalangan orang kaya, melainkan mengalir kepada fakir miskin, anak yatim, atau kelompok yang membutuhkan. Karena itu, zakat sering dipandang sebagai “sistem jaminan sosial” Islam yang sudah hadir sejak masa Rasulullah SAW [6].
Dalam konteks Indonesia, zakat mal dikelola oleh lembaga resmi seperti Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang memberikan panduan praktis kepada masyarakat. Hal ini memudahkan umat Islam untuk menunaikan kewajiban zakat secara lebih transparan dan terukur [6].
Zakat mal adalah kewajiban yang mencakup berbagai jenis harta, dengan syarat tertentu seperti nisab dan haul. Kewajiban ini tidak hanya membersihkan harta, tetapi juga menyucikan jiwa pemiliknya. Lebih dari itu, zakat mal memiliki peran besar dalam menumbuhkan keadilan sosial dan memperkuat solidaritas umat. Oleh karena itu, setiap Muslim yang sudah memenuhi syarat hendaknya bersegera menunaikan zakat mal, agar harta yang dimilikinya berkah dan membawa manfaat bagi orang lain.
Referensi
[1] Sayyid Sabiq. Fiqh Sunnah, Bab Zakat.
[2] HR. Abu Dawud, no. 1573.
[3] Ibn Qudamah. Al-Mughni, Juz 2.
[4] HR. Bukhari-Muslim, Bab Zakat Ternak.
[5] Wahbah al-Zuhaili. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu.
[6] Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).