Zakat Fitrah: Penjelasan, Dalil, dan Syarat-Syaratnya

Zakat Fitrah: Penjelasan, Dalil, dan Syarat-Syaratnya

Penjelasan Zakat Fitrah

Zakat fitrah yang wajib dikeluarkan oleh setiap Muslim menjelang Idul Fitri. Zakat ini menjadi bentuk penyucian diri setelah menjalankan ibadah puasa Ramadan. Selain itu, juga berfungsi sebagai sarana kepedulian sosial agar semua orang, terutama fakir miskin, bisa ikut merasakan kebahagiaan di hari raya.

Besarannya yang wajib dikeluarkan adalah satu sha’ makanan pokok, yang jika dikonversi setara dengan sekitar 2,5–3 kilogram beras di Indonesia. Saat ini, sebagian masyarakat juga menunaikannya dalam bentuk uang dengan nilai yang setara dengan harga beras di daerah masing-masing.

gambar tangan memegang kantung kecil berisi beras menggambarkan zakat fitrah
Ilustrasi zakat fitrah

Dalil

Kewajibannya memiliki dasar yang kuat dari hadis Rasulullah ﷺ. Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:

“Rasulullah ﷺ mewajibkan zakat fitrah satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum atas setiap Muslim, baik budak maupun merdeka, laki-laki maupun perempuan, kecil maupun besar. Beliau memerintahkan agar dikeluarkan sebelum orang-orang keluar untuk shalat Id.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menegaskan bahwa ini bersifat wajib bagi semua Muslim, tanpa terkecuali, dan waktu terbaik menunaikannya adalah sebelum shalat Idul Fitri.

Baca juga: Perbedaan Zakat Fitrah dan Zakat Mal yang Perlu Diketahui

Syarat-Syarat

Agar sah dan diterima, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam menunaikannya:

  1. Beragama Islam
    Hanya diwajibkan kepada orang Islam. Non-Muslim tidak memiliki kewajiban zakat.

  2. Masih Hidup pada Malam Idulfitri
    Orang yang hidup pada malam terakhir Ramadan hingga terbenam matahari wajib menunaikan.

  3. Mampu Secara Ekonomi
    Seseorang yang memiliki kelebihan harta untuk kebutuhan sehari-hari pada malam dan hari raya Idulfitri wajib menunaikan zakat.

  4. Dikeluarkan Tepat Waktu
    Waktu pelaksanaannya adalah mulai sejak awal Ramadan, namun paling utama dilakukan pada malam hingga sebelum shalat Idulfitri. Jika ditunaikan setelah shalat Id, maka hukumnya hanya sebagai sedekah biasa.

  5. Bentuk Zakat
    Ditunaikan dengan makanan pokok seperti beras, gandum, atau kurma. Dalam praktik modern, boleh diganti dengan uang seharga makanan pokok tersebut sesuai keputusan ulama dan kebutuhan umat.

Niat Zakat Fitrah

1. Niat untuk Diri Sendiri

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَن نَفْسِيْ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu an ukhrija zakātal-fithri ‘an nafsī fardhan lillāhi ta‘ālā
Artinya: “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri, fardhu karena Allah Ta’ala.”

2. Niat untuk Orang Lain (anak/istri/keluarga yang menjadi tanggungan)

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ (فلان/فلانة) فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu an ukhrija zakātal-fithri ‘an (fulān/fulānah) fardhan lillāhi ta‘ālā
Artinya: “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk (sebut nama), fardhu karena Allah Ta’ala.”

Jika diniatkan untuk keluarga secara umum (anak/istri), maka cukup diucapkan dalam hati “untuk keluarga saya” tanpa harus menyebut satu per satu.

Zakat fitrah memiliki hikmah besar, baik dari sisi ibadah maupun sosial. Dengan menunaikan zakat ini, seorang Muslim menyucikan dirinya dari kekurangan selama berpuasa, sekaligus berbagi kebahagiaan kepada sesama. Maka, mari kita tunaikan sesuai dengan syarat dan waktu yang telah ditetapkan, agar ibadah Ramadan kita semakin sempurna dan penuh berkah.

Perbedaan Zakat Fitrah dan Zakat Mal yang Perlu Diketahui

Perbedaan Zakat Fitrah dan Zakat Mal yang Perlu Diketahui

Al-MuanawiyahZakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh setiap Muslim. Kewajiban ini bukan hanya bentuk ibadah kepada Allah, tetapi juga instrumen sosial yang menjaga keseimbangan ekonomi di masyarakat. Dalam praktiknya, zakat terbagi menjadi beberapa jenis, dan yang paling dikenal adalah zakat fitrah dan zakat mal. Banyak umat Islam yang masih bingung membedakan keduanya. Lalu, apa perbedaannya?

Pengertian Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang wajib ditunaikan setiap Muslim di bulan Ramadan sebelum salat Idul Fitri. Tujuan utamanya adalah menyucikan jiwa umat Islam setelah berpuasa sebulan penuh dan membantu kaum fakir miskin agar mereka dapat merasakan kebahagiaan di hari raya. Zakat ini dibayarkan dengan makanan pokok daerah masing-masing, seperti beras, gandum, atau kurma. Besarannya setara dengan satu sha’ atau kurang lebih 2,5–3 kg per orang.

gambar tangan sedang memegang koin di sebelah mangkuk berisi beras dan gandum mengilustrasikan perbedaan zakat fitrah dan zakat mal
Perbedaan zakat fitrah dan zakat mal

Pengertian Zakat Mal

Berbeda dengan zakat fitrah, zakat mal adalah zakat yang dikenakan pada harta benda seorang Muslim yang telah mencapai nisab (batas minimal) dan haul (dimiliki selama satu tahun penuh). Jenis harta yang wajib dizakati sangat beragam, mulai dari emas, perak, uang, hasil pertanian, hingga aset perdagangan. Besaran umumnya adalah 2,5% dari total harta yang sudah memenuhi syarat. Zakat mal memiliki tujuan membersihkan harta dan menumbuhkan keberkahan dalam kepemilikan.

Baca juga: Pentingnya Mempelajari Kitab Kuning di Pondok Pesantren

Perbedaan Zakat Fitrah dan Zakat Mal

Berikut beberapa poin utama yang membedakan:

  1. Waktu Pembayaran

    • Zakat fitrah dibayar khusus di bulan Ramadan dan sebelum salat Idul Fitri.

    • Zakat mal dibayar kapan saja, selama harta telah mencapai nisab dan haul.

  2. Objek Zakat

    • Zakat fitrah dikeluarkan dari makanan pokok.

    • Zakat mal dikeluarkan dari harta kekayaan, emas, perak, hasil pertanian, hingga usaha perdagangan.

  3. Tujuan Utama

    • Zakat fitrah berfungsi menyucikan jiwa dan menutup kekurangan selama ibadah puasa.

    • Zakat mal berfungsi membersihkan harta dan menjaga keseimbangan ekonomi di masyarakat.

  4. Besaran Zakat

    • Zakat fitrah jumlahnya sama untuk setiap Muslim, yakni sekitar 2,5–3 kg makanan pokok.

    • Zakat mal ditentukan berdasarkan 2,5% atau sesuai nisab harta tertentu.

Hikmah Menunaikan Zakat

Baik zakat fitrah maupun zakat mal, keduanya merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan sarana menumbuhkan solidaritas sosial. Zakat menjadikan umat Islam lebih peduli terhadap sesama dan menjaga agar tidak ada jurang terlalu lebar antara si kaya dan si miskin.

Dengan memahami perbedaan keduanya, diharapkan setiap Muslim bisa lebih tepat dalam menunaikan kewajiban ini. Pada akhirnya, zakat bukan hanya membersihkan harta dan jiwa, tetapi juga menjadi jalan untuk meraih keberkahan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat.

Jenis Sedekah Harta dalam Islam dan Perbedaannya Lengkap

Jenis Sedekah Harta dalam Islam dan Perbedaannya Lengkap

Dalam Islam, jenis sedekah harta memiliki banyak pilihan, dari yang bersifat wajib sampai dengan sunnah. Sedekah bukan hanya sekadar memberi, melainkan juga bentuk ibadah yang membersihkan harta dan jiwa dari sifat tamak. Allah ﷻ berfirman dalam QS. At-Taubah: 103,

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.”

Dari ayat ini jelas bahwa harta yang kita miliki bukan sepenuhnya milik pribadi, melainkan ada hak orang lain di dalamnya. Berikut jenis sedekah harta berdasarkan pembagian hukumnya.

jenis sedekah harta dalam Islam, zakat mal, zakat fitrah, nadzar, kafarat, sedekah harian, wakaf, infaq, hibah, hadiah
Jenis sedekah harta dalam Islam dan perbedaannya

Sedekah Wajib

Sedekah wajib adalah pemberian harta yang tidak boleh ditinggalkan. Jika seorang Muslim mampu tetapi enggan menunaikannya, maka ia berdosa. Beberapa bentuknya meliputi:

  1. Zakat Mal
    Zakat mal adalah zakat atas harta yang sudah mencapai nisab (batas minimal) dan haul (satu tahun kepemilikan). Contohnya emas, perak, uang simpanan, hasil pertanian, atau hewan ternak. Tujuannya adalah membantu fakir miskin dan menegakkan keadilan sosial, sehingga harta tidak hanya berputar di kalangan orang kaya.

  2. Zakat Fitrah
    Zakat fitrah wajib dikeluarkan oleh setiap Muslim menjelang Idul Fitri. Besarnya setara dengan satu sha’ (sekitar 2,5–3 kg) bahan makanan pokok. Hikmahnya adalah membersihkan kekurangan dalam ibadah puasa dan menjamin kebahagiaan bagi orang miskin saat hari raya. Baca juga: Perbedaan Zakat Fitrah dan Zakat Mal yang Perlu Diketahui

  3. Nazar
    Jika seseorang berniat atau bernazar akan bersedekah ketika suatu keinginannya terkabul, maka ia wajib menunaikannya. Misalnya bernazar untuk memberikan sejumlah uang kepada anak yatim jika berhasil lulus ujian. Melanggar nazar termasuk dosa.
  4. Kafarat
    Kafarat adalah tebusan harta untuk menebus pelanggaran, seperti melanggar sumpah, membatalkan puasa dengan sengaja, atau melakukan kesalahan lain yang diatur syariat. Bentuknya bisa berupa memberi makan fakir miskin atau membebaskan budak (pada masa lalu).

gambar donasi bahan makanan seperti gula, apel, dan beras untuk gamabran sedekah harta yang sunnah
Contoh sedekah harta sunnah berupa bahan makanan (foto: freepik)

Sedekah Sunnah

Sedekah sunnah tidak diwajibkan, tetapi sangat dianjurkan karena pahalanya besar dan manfaatnya luas. Muslim yang melakukannya akan mendapat keberkahan hidup, meski tidak berdosa jika ditinggalkan. Beberapa bentuknya adalah:

  1. Infaq
    Infaq adalah mengeluarkan sebagian harta tanpa syarat nisab dan haul. Bentuknya fleksibel, bisa berupa uang, makanan, atau pakaian. Infaq bisa dilakukan kapan saja sesuai kemampuan, baik untuk keluarga, masjid, maupun kegiatan sosial.

  2. Wakaf
    Wakaf adalah menyerahkan harta untuk kepentingan umum atau ibadah secara berkelanjutan, seperti tanah untuk masjid, sekolah, pesantren, atau sumur. Keistimewaannya, pahala wakaf terus mengalir meskipun pemberinya sudah meninggal, sebagaimana sabda Nabi ﷺ bahwa amal jariyah termasuk pahala yang tidak terputus.

  3. Hibah dan Hadiah
    Hibah adalah pemberian sukarela tanpa imbalan, biasanya kepada keluarga atau kerabat. Sedangkan hadiah diberikan sebagai bentuk penghargaan atau kasih sayang. Nabi ﷺ sangat menganjurkan saling memberi hadiah karena dapat menumbuhkan cinta di antara sesama Muslim.

  4. Sedekah Harian
    Ini adalah bentuk sedekah kecil tetapi berdampak besar, seperti memberi makan anak yatim, membantu tetangga, atau menyumbang untuk pembangunan pesantren. Meskipun sederhana, amalan ini termasuk dalam sedekah yang sangat dicintai Allah, karena Rasulullah ﷺ bersabda bahwa sedekah yang paling utama adalah sedekah yang dilakukan ketika seseorang sehat dan membutuhkan.

Pada akhirnya, setiap jenis sedekah harta baik yang wajib maupun sunnah adalah cara membersihkan rezeki, mendekatkan diri kepada Allah ﷻ, dan menolong sesama. Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa sedekah dapat memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api. Karena itu, jadikanlah sedekah sebagai bagian dari keseharian kita, agar harta lebih berkah, hati lebih tenang, dan pahala terus mengalir hingga akhirat.