5 Pondok Pesantren NU Jombang yang Terbesar

5 Pondok Pesantren NU Jombang yang Terbesar

Kabupaten Jombang dikenal luas sebagai “Kota Santri” karena menjadi tempat lahir dan tumbuhnya banyak ulama besar Nahdlatul Ulama (NU). Di daerah inilah, sistem pendidikan pesantren berkembang pesat dengan corak keilmuan Ahlussunnah wal Jamaah. Berikut ini beberapa pondok pesantren NU Jombang yang memiliki peran penting dalam sejarah pendidikan Islam di Nusantara.\

5 Pondok Pesantren NU di Jombang

1. Pondok Pesantren Tebuireng

Didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tahun 1899 di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang, Tebuireng menjadi salah satu pesantren tertua dan paling berpengaruh di Indonesia. Dari pondok ini lahir banyak tokoh nasional dan ulama besar NU. Sistem pendidikannya memadukan pengajaran kitab kuning klasik dengan pendidikan formal hingga tingkat universitas. Selain itu, Tebuireng juga dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan dakwah, menjadikannya pusat pembentukan karakter dan akhlak santri yang kuat.

pondok pesantren Tebuireng
Pondok pesantren Tebuireng yang menjadi cikal bakal pendidikan Nahdlatul Ulama di Jombang (sumber: detikJatim)

2. Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas

Berdiri pada tahun 1825 di Tambakrejo, Kecamatan Jombang, pesantren ini memiliki akar sejarah panjang bahkan sebelum masa pendirian NU. KH. Abdul Wahab Hasbullah, salah satu pendiri NU, pernah menjadi pengasuh di sini. Bahrul Ulum terkenal sebagai pesantren besar dengan banyak unit pendidikan, mulai dari madrasah diniyah, sekolah formal, hingga perguruan tinggi. Pesantren ini juga menjadi tempat belajar ribuan santri dari berbagai daerah Indonesia, bahkan luar negeri, yang ingin memperdalam ilmu agama dalam bingkai tradisi NU.

3. Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan

Didirikan oleh KH. Tamim Irsyad pada tahun 1885, Pondok Pesantren Darul Ulum termasuk lembaga pendidikan Islam terbesar di Jawa Timur. Pesantren ini dikenal dengan motonya “Ilmu amaliyah dan amal ilmiah”, menekankan keseimbangan antara ilmu dan amal. Di dalamnya terdapat berbagai lembaga pendidikan, mulai dari MI, MTs, MA, hingga Universitas Darul Ulum (UNDAR). Dengan ribuan santri, pesantren ini menjadi bukti keberhasilan model pendidikan NU yang adaptif terhadap perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai klasik.

4. Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar

Pesantren ini berdiri pada tahun 1917 di Desa Denanyar, Jombang, oleh KH. Bisri Syamsuri, yang juga dikenal sebagai salah satu ulama besar dan Rais Aam PBNU. Mambaul Ma’arif menjadi salah satu pesantren pelopor dalam memperjuangkan peran perempuan dalam dunia pendidikan Islam. Di bawah kepemimpinan Nyai Hj. Khofifah Indar Parawansa, pesantren ini kini terus berkembang dengan sistem pendidikan yang kuat dan berkarakter. Selain kajian kitab, pesantren juga membuka peluang bagi santri untuk menempuh pendidikan formal dan kegiatan sosial masyarakat.

5. Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Jogoroto

Berbeda dengan pesantren NU lainnya, Hamalatul Qur’an memiliki fokus utama pada hafalan dan pengamalan Al-Qur’an. Didirikan oleh KH. Muhajirun pada awal tahun 1980-an di Dusun Sumberbendo, Jogoroto, Jombang, pesantren ini menanamkan semangat cinta Al-Qur’an kepada para santri sejak dini. Kurikulum pembelajarannya menekankan tahsin, tahfidz, dan tafsir, disertai penguatan akhlak dan pembinaan ibadah sesuai manhaj Ahlussunnah wal Jamaah. Hingga kini, Hamalatul Qur’an telah melahirkan banyak hafidz dan hafidzah yang berkiprah di bidang pendidikan Islam.

Pesantren Tahfidz Modern di Lingkungan Jombang

Selain pesantren besar yang telah berdiri lama, kini banyak lembaga tahfidz modern di bawah naungan nilai-nilai NU bermunculan. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Al Muanawiyah, yang mengintegrasikan pendidikan tahfidz, karakter Islami, dan keterampilan modern. Melalui program pembinaan hafalan, literasi digital, dan pelatihan kepemimpinan santri, Al Muanawiyah menjadi pilihan ideal bagi orang tua yang ingin anaknya menjadi penghafal Al-Qur’an sekaligus berdaya di era modern.

Dengan tradisi keilmuan yang kuat, pondok pesantren NU Jombang telah menjadi pilar penting pendidikan Islam di Indonesia. Setiap pesantren memiliki ciri khas dan kontribusinya masing-masing, dari pengajaran kitab klasik, hafalan Al-Qur’an, hingga inovasi pendidikan modern. Bagi para orang tua, memilih pesantren berarti menanamkan nilai agama dan karakter yang akan menjadi bekal hidup anak di masa depan.

Puasa sebagai Jalan Tazkiyatun Nafs

Puasa sebagai Jalan Tazkiyatun Nafs

Al Muanawiyah – Tazkiyatun nafs berarti penyucian jiwa dari segala kotoran hati seperti riya’, sombong, dan hasad. Dalam Islam, tujuan tertinggi ibadah bukan hanya menjalankan kewajiban, tetapi juga memperbaiki batin agar semakin dekat dengan Allah SWT.
Puasa menjadi salah satu sarana utama untuk mencapai tazkiyatun nafs. Ia melatih seseorang menahan hawa nafsu, membatasi keinginan duniawi, serta menumbuhkan rasa syukur. Saat lapar dan haus dirasakan, hati menjadi lebih lembut dan mudah menerima nasihat.

Puasa sebagai Latihan Pengendalian Diri

Puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan pandangan, perkataan, dan amarah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda,

“Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari).

Hadis ini menunjukkan bahwa esensi puasa terletak pada pengendalian diri. Melalui puasa, manusia belajar membatasi keinginan dan menundukkan egonya.
Kedisiplinan semacam ini sejalan dengan makna tazkiyah—yakni mensucikan diri dari dorongan negatif agar hati tetap bersih.

Baca juga: Hikmah Puasa: Menyucikan Jiwa dan Menumbuhkan Takwa

 

Transformasi Jiwa Melalui Puasa

Puasa mengajarkan ketenangan dan kesabaran. Saat menahan lapar, seorang mukmin diajak untuk merenungi bahwa semua nikmat berasal dari Allah. Hati yang sebelumnya keras akan melunak, dan pikiran yang sibuk akan lebih tenang.
Dalam proses ini, seseorang tidak hanya membersihkan tubuh dari racun fisik, tetapi juga menyucikan jiwanya dari dosa dan keburukan. Maka tidak heran jika ulama menyebut puasa sebagai “madrasah ruhani” — tempat jiwa dilatih agar semakin kuat dan jernih.

gambar wanita berhijab tersenyum ilustrasi tazkiyatun nafs
Ilustrasi tazkiyatun nafs yang menenangkan jiwa (sumber: freepikcom)

Puasa dan Kebersihan Hati

Hati yang kotor sulit merasakan manisnya ibadah. Dengan berpuasa, manusia diajak menurunkan kadar ego, memaafkan kesalahan orang lain, dan mengurangi kesibukan duniawi.
Setiap kali menahan lapar, sejatinya ia sedang mengikis kerak kesombongan yang menempel di hati. Dari situlah muncul ketenangan dan kenikmatan dalam berdzikir.

Baca juga: Niat Puasa: Makna, Lafadz, dan Waktu Pelaksanaannya

Sebagaimana disebut dalam QS. Asy-Syams [91]: 9,


“Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwa itu.”


Ayat ini menjadi dasar bahwa kebersihan hati adalah kunci utama keberuntungan sejati.

Mari jadikan puasa bukan sekadar ritual tahunan, tetapi sarana untuk membersihkan hati dan memperkuat iman. Saat hati bersih, ibadah terasa ringan dan menenangkan. Dengan berpuasa, kita menempuh jalan tazkiyatun nafs — penyucian diri menuju ridha Allah SWT.

Hikmah Puasa: Menyucikan Jiwa dan Menumbuhkan Takwa

Hikmah Puasa: Menyucikan Jiwa dan Menumbuhkan Takwa

Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus. Ibadah ini memiliki hikmah yang dalam, baik secara spiritual maupun sosial. Dengan menjalankan puasa, seorang Muslim belajar mengendalikan hawa nafsu, meningkatkan kesabaran, dan mendekatkan diri kepada Allah. Hikmah puasa ini juga menjadi sarana tazkiyatun nafs, yaitu penyucian jiwa dari sifat buruk dan pembentukan karakter yang mulia.

Selain itu, puasa membantu membangun kesadaran sosial, karena orang yang berpuasa merasakan lapar dan dahaga sehingga lebih peka terhadap mereka yang kurang beruntung.

Baca juga: Keutamaan Puasa dalam Al-Qur’an dan Hadis

Hikmah Puasa Secara Spiritual

Puasa menjadi salah satu cara untuk membersihkan hati dan jiwa dari sifat-sifat negatif seperti iri, sombong, dan marah. Dengan menahan diri dari makanan, minuman, dan perbuatan yang membatalkan puasa, seorang Muslim melatih disiplin diri dan memperkuat kontrol terhadap hawa nafsu.

gambar orang marah ilustrasi hikmah puasa sebagai kontrol emosi
Ilustrasi mengontrol marah yang merupakan hikmah puasa (sumber: freepik.com)

Meningkatkan Ketakwaan

Puasa adalah sarana mendekatkan diri kepada Allah. Setiap menahan lapar dan haus sambil menjaga lisan dan hati, seorang Muslim memperkuat hubungan spiritual dan meningkatkkan ketakwaan.

Puasa juga mengajarkan keikhlasan. Tidak ada yang tahu apakah seseorang benar-benar berpuasa kecuali dirinya dan Allah. Karena itu, puasa menjadi ibadah yang paling pribadi, tempat seseorang belajar jujur kepada Allah dan dirinya sendiri. Dalam kondisi lapar dan haus, seorang hamba lebih mudah merendahkan diri, bersyukur atas nikmat, dan menyadari betapa lemahnya manusia tanpa pertolongan-Nya.

Tazkiyatun Nafs

Melalui puasa, jiwa diajarkan untuk bersih dari sifat buruk. Santri yang terbiasa menjaga perilaku saat berpuasa akan lebih mudah menginternalisasi nilai-nilai moral dan karakter yang mulia. Saat seseorang berpuasa dengan kesungguhan hati, ia akan merasakan ketenangan batin. Hal ini karena puasa menuntun manusia untuk menahan amarah, menjaga lisan, dan menghindari perbuatan yang sia-sia. Rasulullah ﷺ bersabda,

“Puasa itu perisai, maka janganlah berkata kotor atau berteriak-teriak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa puasa bukan hanya ritual fisik, melainkan perisai spiritual yang melindungi dari dosa dan keburukan.

Baca juga: Syarat Wajib dan Syarat Sah Puasa yang Harus Diketahui

Hikmah Sosial dan Pendidikan Karakter

Selain manfaat spiritual, puasa juga mendidik karakter sosial dan empati. Saat berpuasa, seseorang lebih peka terhadap penderitaan orang lain, menumbuhkan rasa empati, kepedulian, dan kebersamaan. Santri belajar berbagi dan menolong sesama saat Ramadhan, sehingga puasa tidak hanya menjadi ibadah pribadi, tetapi juga membangun karakter sosial yang kuat.

Menjadi Sarana Pembentukan Karakter

Hikmah puasa tidak berhenti pada aspek spiritual dan sosial saja. Puasa juga menjadi alat pendidikan karakter, khususnya bagi anak-anak dan remaja:

  • Meningkatkan disiplin dan kontrol diri

  • Melatih sabar dan ketahanan mental

  • Mengajarkan kepedulian terhadap sesama

Dengan pemahaman hikmah ini, puasa menjadi pengalaman menyeluruh: menyehatkan jiwa, membentuk karakter, dan mendekatkan diri kepada Allah. Santri kami belajar hikmah puasa untuk membersihkan jiwa dan membentuk karakter. Dukung pendidikan karakter santri dengan wakaf di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang.

Niat Puasa: Makna, Lafadz, dan Waktu Pelaksanaannya

Niat Puasa: Makna, Lafadz, dan Waktu Pelaksanaannya

Al MuanawiyahPuasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatih kesadaran diri dalam beribadah. Salah satu aspek terpenting dari ibadah puasa adalah niat. Tanpa niat, ibadah tidak akan sah karena niat menjadi dasar yang membedakan antara ibadah dan kebiasaan sehari-hari.

Makna Niat dalam Puasa

Secara bahasa, niat berarti keinginan hati untuk melakukan suatu perbuatan. Dalam konteks ibadah, ia adalah bentuk kesadaran batin bahwa seseorang melaksanakan puasa karena Allah SWT. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Syarat ini berfungsi untuk menghadirkan keikhlasan. Tanpanya, puasa hanya menjadi kegiatan menahan lapar tanpa nilai spiritual. Karena itu, penting bagi setiap muslim untuk memperbaharui niatnya agar amalan benar-benar menjadi ibadah yang bermakna.

Selain menjadi syarat sah ibadah, niat juga melatih kejujuran hati. Dengan niat yang benar, seorang muslim belajar untuk menata tujuan hidupnya agar selaras dengan kehendak Allah SWT. Setiap hari ia diingatkan untuk memulai segala sesuatu dengan kesadaran bahwa semua amal dilakukan semata-mata karena Allah, bukan untuk pujian atau kebiasaan semata.

Baca juga: Pengertian dan Rukun Puasa dalam Islam

Lafadz Niat Puasa

Para ulama sepakat bahwa niat cukup di dalam hati. Namun, melafalkan niat secara lisan dianggap sunnah sebagai bentuk penguat kesadaran. Lafadz niat puasa Ramadan yang umum dibaca adalah:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى
“Aku berniat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban di bulan Ramadan tahun ini karena Allah Ta‘ala.”

Hal ini membantu hati agar lebih fokus dan sadar akan tujuan ibadahnya, bukan sekadar kebiasaan tahunan.

gambar lafadz niat puasa
Lafadz niat puasa

Waktu Pelaksanaan

Untuk puasa wajib seperti Ramadan, harus dilakukan pada malam hari sebelum fajar. Jika seseorang baru berniat setelah subuh, maka puasanya tidak sah menurut mayoritas ulama. Adapun untuk puasa sunnah, boleh dilakukan setelah terbit fajar, selama belum makan, minum, atau melakukan hal yang membatalkan puasa.

Penting bagi setiap muslim untuk tidak lupa meniatkan puasanya setiap malam, karena niat termasuk syarat wajib. Tanpa niat, puasa tidak dianggap sah di sisi Allah SWT.

Menjaga niat setiap malam menjelang puasa juga menjadi latihan disiplin rohani. Hati yang terbiasa berniat karena Allah akan lebih mudah menjaga kesucian amal sepanjang hari. Dari hal yang sederhana inilah lahir kekuatan spiritual yang membuat ibadah puasa menjadi lebih bermakna dan bernilai di sisi Allah SWT.

Sedekah Abu Bakar dan Umar di Perang Tabuk

Sedekah Abu Bakar dan Umar di Perang Tabuk

Dalam sejarah Islam, banyak kisah inspiratif tentang keikhlasan sahabat Nabi ﷺ dalam berinfak di jalan Allah. Salah satunya adalah peristiwa yang terjadi menjelang Perang Tabuk, ketika Rasulullah ﷺ menyeru kaum muslimin untuk bersedekah demi mendukung perjuangan. Pada saat itulah tercatat kisah mulia tentang sedekah Abu Bakar dan Umar.

sedekah harta rampasan perang, harta karun. kisah sedekah Umar bin Khattab dan Abu Bakar di Perang Tabuk
Ilustrasi sedekah harta perang Sayyidina Umar dan Abu Bakar (gambar hanya ilustrasi. foto: freepik)

 

Kisah Sedekah Abu Bakar dan Umar

Ketika Rasulullah ﷺ mengajak para sahabat untuk memberikan harta mereka, Umar bin Khattab r.a. datang dengan membawa setengah dari hartanya. Rasulullah ﷺ kemudian bertanya, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu, wahai Umar?” Umar menjawab, “Aku tinggalkan sebanyak yang kubawa.”

Tak lama kemudian, Abu Bakar r.a. pun datang dengan membawa seluruh hartanya. Rasulullah ﷺ bertanya kepadanya, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?” Ia menjawab, “Aku tinggalkan Allah dan Rasul-Nya.”

Kedua sahabat mulia ini memperlihatkan bagaimana kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya mampu mendorong mereka untuk bersedekah dengan penuh keikhlasan.

Pondok Quran Almuanawiyah Jombang

Sedekah Melipatgandakan Kebaikan

Allah berfirman:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 261).

Allah ﷻ dalam surah Al-Baqarah ayat 261 menjelaskan bahwa sedekah ibarat menanam sebutir biji yang tumbuh menjadi tujuh bulir, dan setiap bulir berisi seratus biji. Artinya, satu amal kebaikan bisa dilipatgandakan hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan lebih sesuai kehendak Allah.

Ayat ini memberi isyarat bahwa harta yang kita keluarkan tidak akan hilang, melainkan justru berkembang menjadi pahala yang berlipat ganda. Sama seperti benih yang ditanam di tanah subur, ia akan tumbuh dan memberi hasil yang berlimpah. Maka, sedekah tidak mengurangi harta, tetapi menambah keberkahan hidup di dunia dan akhirat.

Baca juga: Cerita Teladan Sedekah dari Ummu Umarah

Kisah sedekah Abu Bakar dan Umar dalam Perang Tabuk menjadi teladan bagi umat Islam untuk senantiasa berinfak di jalan Allah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Semangat mereka adalah cermin bahwa harta yang kita miliki sesungguhnya hanyalah titipan, dan pengorbanan di jalan Allah akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda.

Mari kita lanjutkan semangat kedermawanan para sahabat dengan mendukung pendidikan Islam. Melalui program Wakaf Pendidikan Al Muanawiyah, setiap rupiah yang kita sisihkan akan menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir. Bergabunglah bersama para pewakaf, insyaAllah menjadi bekal terbaik menuju akhirat.

Marak di Kalangan Artis, Bagaimana Hukum Operasi Plastik?

Marak di Kalangan Artis, Bagaimana Hukum Operasi Plastik?

Al MuanawiyahBelakangan ini, fenomena operasi plastik semakin marak diperbincangkan, terutama di kalangan artis. Banyak figur publik yang secara terang-terangan mengakui telah melakukan operasi plastik demi alasan penampilan. Namun, sebagai seorang Muslim, tentu muncul pertanyaan: bagaimana hukum operasi plastik dalam Islam?

Pandangan Ulama tentang Operasi Plastik

Dalam forum bahtsul masail NU tahun 2006, para kiai membedakan antara operasi plastik yang dilakukan karena alasan kesehatan dan yang dilakukan murni untuk estetika. Jika operasi dilakukan untuk mengembalikan fungsi tubuh, menghilangkan cacat, atau memperbaiki kerusakan akibat kecelakaan, hukumnya boleh.

Syekh Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan:
“Boleh memindah anggota badan dari satu tempat di tubuh seseorang ke tempat lain, selama manfaatnya lebih besar daripada mudaratnya. Disyaratkan pula operasi itu dilakukan untuk mengembalikan bentuk semula, memperbaiki cacat, atau menghilangkan gangguan fisik dan psikis.” (Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, VIII: 5124).

Dengan kata lain, jika operasi plastik bertujuan menghilangkan rasa sakit, tekanan batin, atau memperbaiki cacat fisik, maka Islam memberikan keringanan.

gambar wajah wanita digambar ilustrasi hukum operasi plastik dalam Islam
Ilustrasi hukum operasi plastik (foto: freepik)

Larangan Operasi Plastik untuk Mengubah Ciptaan Allah

Namun berbeda halnya jika operasi plastik hanya bertujuan mengubah bentuk tubuh agar tampak lebih cantik atau tampan, padahal tidak ada cacat yang mengganggu. Imam Ath-Thabari dalam Fathul Bari menegaskan, mengubah ciptaan Allah untuk sekadar memperindah diri termasuk perbuatan yang terlarang. Misalnya, mencabut alis hingga mengubah bentuk wajah, atau memperbesar bagian tubuh agar sesuai standar kecantikan tertentu.

Baca juga: Potensi Zakat Tunjangan DPR dan Peluang Kebermanfaatannya

Fenomena Artis dan Relevansinya

Kini, tidak sedikit artis yang memilih jalan operasi plastik demi alasan penampilan. Mereka beranggapan bahwa popularitas menuntut kesempurnaan wajah dan tubuh. Namun dari kacamata Islam, tindakan seperti ini perlu dilihat secara hati-hati. Jika hanya didorong oleh tren, gengsi, atau ingin mengikuti standar kecantikan modern, maka hal itu bisa masuk dalam kategori tahrim (terlarang).

Meski demikian, jika operasi tersebut dilakukan karena faktor medis, seperti rekonstruksi akibat kecelakaan atau luka bakar, atau untuk membuka saluran pernafasan yang terhambat, maka hukumnya mubah bahkan bisa bernilai maslahat.

Hikmah yang Bisa Diambil

Fenomena ini memberikan pelajaran bahwa kecantikan sejati bukan sekadar soal fisik. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim).

Artinya, penilaian utama dalam Islam bukanlah pada fisik, melainkan pada hati dan amal. Maka, daripada berfokus pada penampilan luar semata, lebih baik memperindah akhlak dan memperbanyak amal kebaikan.

Kesimpulan

Berdasarkan pandangan para ulama dan hasil bahtsul masail NU, hukum operasi plastik terbagi dua:

  1. Boleh, jika untuk mengembalikan fungsi tubuh, menghilangkan cacat, atau mengatasi gangguan psikis dan fisik.

  2. Haram, jika hanya untuk mengubah ciptaan Allah demi memperindah diri tanpa kebutuhan medis.

Fenomena artis yang ramai melakukan operasi plastik hendaknya menjadi refleksi, bahwa Islam mengajarkan keseimbangan antara menjaga penampilan dan tetap mensyukuri ciptaan Allah.

Referensi: NU Online

Manfaat Rukuk Shalat untuk Kesehatan dan Jiwa

Manfaat Rukuk Shalat untuk Kesehatan dan Jiwa

Al-Muanawiyah – Shalat bukan hanya ibadah yang menghubungkan seorang hamba dengan Allah, tetapi juga mengandung hikmah besar bagi kesehatan tubuh. Salah satu gerakan penting di dalamnya adalah rukuk. Jika dilakukan dengan benar sesuai sunnah Rasulullah ﷺ, rukuk dapat memberikan banyak manfaat, baik secara fisik maupun spiritual. Tak heran jika para ulama dan ahli kesehatan menyoroti manfaat rukuk shalat sebagai amalan yang mampu menjaga kelenturan tubuh, melatih konsentrasi, sekaligus menumbuhkan kerendahan hati di hadapan Allah.

Baca juga: Keutamaan Shalat Tepat Waktu dan Dampaknya pada Kehidupan

 

Dalil Tentang Rukuk dalam Shalat

Rukuk adalah salah satu rukun shalat yang tidak boleh ditinggalkan. Allah ﷻ berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu, dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan.”
(QS. Al-Hajj: 77)

Rasulullah ﷺ juga menegaskan dalam sabdanya:

“Kemudian rukuklah hingga kamu tenang dalam rukuk, lalu bangkitlah hingga kamu berdiri lurus.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dari dalil ini, jelas bahwa rukuk tidak hanya sekadar menundukkan badan, tetapi harus dilakukan dengan penuh khidmat agar shalat khusyuk dan tenang serta mendapat keberkahan.

gambar animasi pria sedang melakukan rukuk shalat sebagai ilustrasi Manfaat Rukuk Shalat untuk Kesehatan dan Jiwa
Ilustrasi manfaat rukuk shalat (foto: freepik)

Tata Cara Rukuk yang Benar

Agar gerakan rukuk memberikan manfaat sempurna, berikut tata cara yang diajarkan Rasulullah ﷺ:

  1. Menurunkan badan dengan punggung lurus, sejajar dengan kepala.

  2. Tangan menggenggam lutut, dengan jari-jari merenggang.

  3. Pandangan mengarah ke tempat sujud.

  4. Membaca doa rukuk:
    سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
    Subhaana rabbiyal ‘adhiimi wa bihamdih
    (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan memuji-Nya).

  5. Tenang dalam posisi rukuk, tidak terburu-buru, sampai semua anggota tubuh benar-benar mantap.

Baca juga: Bahaya Tidur Pagi Menurut Hadits dan Sains

Manfaat Rukuk Shalat untuk Kesehatan

Gerakan rukuk tidak hanya memiliki nilai ibadah, tetapi juga memberikan dampak positif bagi tubuh:

  1. Menjaga kelenturan tulang belakang – posisi lurus saat rukuk melatih postur tubuh agar tidak bungkuk.

  2. Melancarkan aliran darah ke otak – posisi kepala sejajar punggung membuat peredaran darah lebih optimal.

  3. Menguatkan otot punggung dan perut – gerakan menahan tubuh di posisi tertentu melatih stabilitas otot inti.

  4. Meregangkan otot paha dan betis – baik untuk fleksibilitas dan mengurangi ketegangan sendi.

  5. Melatih keseimbangan tubuh – dengan tangan menempel pada lutut, tubuh terbiasa stabil.

  6. Mengurangi stres dan memberi ketenangan jiwa – doa yang dibaca dalam rukuk membawa ketenangan batin.

Hikmah Rukuk dalam Kehidupan

Selain manfaat fisik, rukuk juga mengandung pesan spiritual yang mendalam. Gerakan ini mengajarkan manusia untuk merendahkan diri di hadapan Allah ﷻ, menumbuhkan rasa syukur, serta menyingkirkan kesombongan. Rukuk adalah simbol kerendahan hati seorang hamba yang menyadari kelemahannya di hadapan Sang Pencipta.

Rukuk bukan sekadar gerakan dalam shalat, melainkan ibadah yang membawa kebaikan lahir dan batin. Dengan memahami tata cara yang benar, seorang muslim dapat meraih manfaat rukuk shalat secara sempurna, baik untuk kesehatan tubuh maupun ketenangan jiwa.

Adab Pesantren Fondasi Penting Bagi Santri

Adab Pesantren Fondasi Penting Bagi Santri

Dalam dunia pendidikan, adab pesantren menempati posisi yang sangat penting. Sejak dahulu, ulama selalu menekankan bahwa akhlak dan adab harus menjadi fondasi utama sebelum seseorang menuntut ilmu. Sebab, ilmu tanpa adab bisa menjadi bumerang yang membahayakan, sementara adab akan menjadikan ilmu bermanfaat bagi diri dan masyarakat.

adab pesantren adab belajar adab menuntut ilmu. santri pondok pesantren tahfiz putri Jombang sedang mengaji kitab kuning
Potret adab pesantren saat santriwati PPTQ Al Muanawiyah Jombang sedang mengikuti kajian kitab kuning

Al-Laits bin Sa’ad rahimahullah, seorang ulama besar, ahli fikih terpercaya, dan perawi hadits termasyhur di masa kekuasaan Bani Umayyah, pernah berkata saat melihat murid ilmu hadits:

أَنْتُمْ إِلَى يَسِيْرٍ مِنَ الْأَدَبِ أَحْوَجُ مِنْكُمْ إِلَى كَثِيْرٍ مِنَ الْعِلْمِ

Kalian lebih membutuhkan adab yang baik meski sedikit, dibandingkan ilmu yang banyak
(riwayat al-Khothib dalam kitab al-Jami’ li Akhlaaqir Roowiy wa Aadaabis Saami’)

Pernyataan ini menunjukkan bahwa seorang penuntut ilmu wajib menghiasi dirinya dengan sikap hormat, sopan santun, serta ketundukan kepada guru. Dengan adab yang benar, maka ilmu yang dipelajari akan membawa keberkahan dan tidak menimbulkan kesombongan.

Baca juga: Sejarah KH Hasyim Asy’ari dan Jejak Perjuangannya di Jombang

Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang sejak awal berdiri selalu menekankan pembinaan adab. Di pesantren, santri tidak hanya diajarkan kitab kuning, fiqih, tauhid, atau tafsir, tetapi juga bagaimana bersikap santun kepada guru, teman, dan masyarakat. Tradisi ini diwariskan turun-temurun sehingga menjadikan adab pesantren sebagai ciri khas pendidikan Islam yang membentuk generasi berkarakter mulia.

Seorang santri dilatih untuk disiplin, rendah hati, serta berbakti kepada orang tua. Bahkan, Imam al-Zarnuji dalam Ta’lim al-Muta’allim juga menegaskan 6 adab menuntut ilmu yang sebagian besar menekankan perihal adab.

Menyiapkan Generasi Muslim dengan Adab Pesantren

Di era modern, kebutuhan akan pendidikan karakter semakin mendesak. Banyak lembaga pendidikan menekankan kecerdasan intelektual, tetapi kurang memperhatikan adab dan akhlak. Pesantren hadir sebagai solusi yang menyeluruh: mengajarkan ilmu agama, membentuk karakter, dan menanamkan nilai moral.

Salah satu pesantren yang konsisten dalam menanamkan adab adalah Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah, Jombang. Selain program tahfidzul Qur’an dan kajian kitab klasik, pesantren ini juga menekankan pendidikan akhlak sebagai bagian utama dari proses belajar.

Bangunan Hasil Wakaf di Indonesia yang Terkenal

Bangunan Hasil Wakaf di Indonesia yang Terkenal

Wakaf sejak dulu dikenal sebagai salah satu instrumen ibadah sosial dalam Islam. Jika pada masa awal wakaf lebih sering berupa tanah untuk masjid atau pemakaman, kini wakaf berkembang menjadi sarana produktif yang lebih luas. Salah satunya adalah pembangunan lembaga pendidikan. Tidak sedikit sekolah dan kampus besar di Indonesia berdiri di atas bangunan hasil wakaf, yang terus memberikan manfaat jangka panjang bagi generasi Muslim.

Sejarah Wakaf untuk Pendidikan

Dalam sejarah Islam, wakaf pendidikan sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu. Banyak madrasah, perpustakaan, hingga universitas Islam klasik di Baghdad, Mesir, hingga Andalusia, berdiri dari dana dan aset wakaf. Model inilah yang kemudian diikuti di Indonesia. Wakaf untuk pendidikan menjadi salah satu amal jariyah yang pahalanya terus mengalir, karena ilmunya diwariskan dari generasi ke generasi.

Contoh Bangunan Hasil Wakaf di Indonesia

Salah satu contoh nyata adalah Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Kampus ini awalnya berdiri dari tanah wakaf yang diberikan para tokoh umat Islam. Hingga kini, UII berkembang menjadi salah satu universitas Islam modern dan berpengaruh di Indonesia. Ribuan mahasiswa setiap tahun belajar di atas tanah wakaf tersebut, membuktikan bahwa wakaf bukan sekadar ibadah, tapi juga investasi peradaban.

gambar kompleks bangunan Universitas Islam Indonesia sebagai bangunan hasil wakaf
Contoh bangunan hasil wakaf, Universitas Islam Indonesia (foto: www.uii.ac.id)

Selain UII, banyak pesantren modern di Jawa, Sumatra, hingga Kalimantan juga berdiri di atas lahan wakaf. Contohnya Pondok Modern Darussalam Gontor, yang sejak awal dideklarasikan sebagai lembaga wakaf milik umat, bukan milik pribadi pendirinya. Dengan status wakaf, pesantren ini bisa terus berkembang tanpa terikat kepentingan keluarga atau golongan tertentu.

Baca juga: Sejarah Wakaf Pertama dalam Islam di Masjid Quba

Hikmah Wakaf Pendidikan

Pendidikan merupakan kunci kemajuan bangsa. Ketika wakaf digunakan untuk membangun sekolah dan kampus, maka manfaatnya meluas:

  1. Mencetak generasi berilmu – ribuan santri dan mahasiswa bisa belajar tanpa khawatir biaya tinggi.

  2. Amal jariyah abadi – setiap ilmu yang diajarkan dan diamalkan menjadi pahala yang mengalir bagi pewakaf.

  3. Kemandirian umat – dengan bangunan hasil wakaf, umat Islam tidak harus bergantung pada pihak luar dalam mendirikan lembaga pendidikan.

Bangunan hasil wakaf berupa sekolah, pesantren, dan universitas adalah bukti nyata bagaimana ajaran Islam mampu membangun peradaban. Wakaf bukan hanya ibadah sosial, tetapi juga strategi mencetak generasi unggul. Maka, sudah saatnya kita ikut mendukung program wakaf produktif, agar semakin banyak sekolah dan kampus berdiri di atas tanah wakaf dan memberi manfaat luas bagi umat.

Bagi Anda yang ingin berinvestasi akhirat, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang membuka kesempatan wakaf pendidikan. Dengan wakaf, Anda turut berperan mencetak generasi Qur’ani yang berakhlak mulia, berilmu, dan siap membangun bangsa. Mari bersama menanam amal jariyah yang pahalanya tidak akan terputus dengan mendukung program wakaf Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah.

Global Sumud Flotilla, Simbol Keberanian Membela Palestina

Global Sumud Flotilla, Simbol Keberanian Membela Palestina

Apa Itu Global Sumud Flotilla?

Global Sumud Flotilla (GSF) adalah inisiatif kemanusiaan internasional yang diluncurkan pertengahan 2025, sebagai upaya sipil untuk menerobos blokade laut yang diberlakukan Israel terhadap Jalur Gaza.

Ada ratusan relawan dan aktivis dari lebih dari 40 negara yang ikut dalam GSF, termasuk dokter, pelaut, seniman, pekerja sosial, dan pemuka agama. Mereka bergerak di bawah koordinasi beberapa organisasi seperti Freedom Flotilla Coalition, Global Movement to Gaza, Maghreb Sumud Flotilla, dan Sumud Nusantara.

Misi utama mereka adalah:

  • membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza: makanan, obat-obatan, bahan medis, kebutuhan dasar lainnya, karena warga Gaza menghadapi kekurangan akut akibat blokade.

  • menantang blokade laut Israel dan membuka koridor kemanusiaan melalui jalur laut.

  • menyuarakan keadilan, mencuri perhatian dunia agar masyarakat internasional melihat penderitaan warga Palestina dan mengambil langkah nyata.

Global Sumud Flotilla gerakan menembus blokade Gaza Palestina melalui jalur air dengank kapal
Kapal Global Sumud Flotilla (foto: www.middleeasteye.net)

Latar Belakang Global Sumud Flotilla

Beberapa latar belakang yang mendorong lahirnya gerakan ini:

  • Blokade laut Israel terhadap Gaza sudah berlangsung lama (sejak 2007), membuat Gaza menjadi “penjara terbuka” bagi warga sipil, dengan hambatan besar terhadap suplai makanan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya.

  • Krisis kemanusiaan yang makin parah: kurangnya akses air bersih, masalah kesehatan, dan kondisi gizi buruk (kelaparan). Kesulitan ini terus memburuk di era konflik yang terus bergulir.

  • Frustrasi terhadap kegagalan lembaga internasional dan pemerintah dunia dalam menghentikan penderitaan warga Gaza, membuat banyak orang merasa bahwa aksi nyata (solidaritas) sangat diperlukan.

Baca juga: Sejarah Masjid Al Aqsa sebagai Kiblat Pertama Umat Islam

Hikmah Global Sumud Flotilla bagi Masyrakat luas

Gerakan Global Sumud Flotilla menyimpan banyak pelajaran berharga bagi umat, terutama bagi mereka yang masih belum menyadari pentingnya membela Palestina. Pertama, aksi ini menunjukkan bahwa persaudaraan sesama Muslim dan sesama manusia melampaui batas negara. Walau berbeda bangsa, bahasa, dan budaya, para relawan tetap bersatu untuk menegakkan keadilan dan membela rakyat Palestina. Kedua, flotilla mengajarkan bahwa solidaritas tidak cukup hanya berupa kata-kata atau slogan. Membawa bantuan, menghadapi risiko di laut, dan menembus blokade menjadi bukti nyata bahwa keberpihakan harus diwujudkan dalam tindakan.

Selain itu, kata sumud sendiri bermakna keteguhan. Dari sini kita belajar bagaimana keteguhan hati mampu mengalahkan rasa takut, meskipun tantangan besar menghadang. Hikmah lainnya adalah munculnya panggilan moral bagi setiap individu. Tidak semua orang bisa berlayar langsung ke Gaza. Tetapi setiap kita tetap dapat berkontribusi melalui doa, menyebarkan informasi yang benar, berdonasi, atau mendesak pihak berwenang agar lebih berpihak kepada rakyat Palestina.

Pada akhirnya, gerakan ini juga menegaskan bahwa membela kaum tertindas adalah bagian dari ibadah sosial yang mulia. Membantu Gaza bukan sekadar urusan politik. Melainkan bagian dari jihad kemanusiaan yang damai, yang justru semakin menguatkan iman dan rasa tanggung jawab kita sebagai umat.