Keutamaan Membaca Al Kahfi di Hari Jumat

keutamaan membaca al kahfi di hari jumat. Ilustrasi disinari dua jumat dengan cahay matahari terbit di tengah gunung
Ilustrasi keutamaan membaca Al Kahfi dengan disinari di antara dua Jumat

Setiap hari Jumat, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amalan sunnah. Salah satu amalan yang sangat dianjurkan adalah membaca Surah Al Kahfi. Meskipun terdengar sederhana, keutamaan membaca Al Kahfi ternyata sangat luar biasa, baik dari sisi spiritual maupun perlindungan terhadap fitnah akhir zaman.

Mengapa Harus Surah Al Kahfi?

Surah Al Kahfi mengandung empat kisah besar yang masing-masing menyimpan pelajaran berharga, yaitu:

  1. Kisah Ashabul Kahfi, sekelompok pemuda yang memilih untuk mempertahankan keimanan meski harus mengasingkan diri dan tidur di dalam gua selama ratusan tahun. Ini menjadi simbol kekuatan iman dalam menghadapi tekanan lingkungan.
  2. Kisah dua pemilik kebun, menggambarkan perbedaan antara orang yang bersyukur dan yang sombong atas nikmat Allah. Kisah ini mengajarkan bahwa kekayaan bukan jaminan keberkahan jika tidak disertai rasa syukur dan keimanan.
  3. Peristiwa Nabi Musa dan Khidr menunjukkan bahwa ilmu manusia memiliki batas, dan kesabaran dalam belajar adalah kunci memahami hikmah di balik ketetapan Allah.
  4. Kisah Dzulqarnain, pemimpin yang adil, bijaksana, dan mampu melindungi umat dari kerusakan. Kisah ini mengajarkan bahwa kekuasaan adalah amanah yang harus dijalankan dengan tanggung jawab dan petunjuk Ilahi.

Setiap kisah tersebut menjadi jawaban dari tantangan besar dalam kehidupan: ujian iman, harta, ilmu, dan kekuasaan. Maka tak heran, keutamaan membaca Al Kahfi begitu besar karena kandungannya menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia.

Keutamaan Membaca Al Kahfi di Hari Jumat

Banyak hadits shahih yang menganjurkan membaca Surah Al Kahfi pada hari Jumat. Di antaranya adalah:

“Barangsiapa membaca Surah Al Kahfi pada hari Jumat, maka akan disinari antara dua Jumat.”
(HR. Al-Hakim, dinilai shahih oleh Al-Albani)

Cahaya yang dimaksud dalam hadits ini adalah petunjuk dan perlindungan dari Allah. Artinya, keutamaan tersebut dapat dirasakan dalam bentuk ketenangan hati dan kelapangan dalam menjalani pekan berikutnya.

Selain itu, dalam hadits Muslim juga disebutkan bahwa menghafal sepuluh ayat pertama atau terakhir dari Surah Al Kahfi dapat melindungi dari fitnah Dajjal. Ini menunjukkan betapa pentingnya Surah ini dalam menjaga kemurnian akidah di tengah dunia yang penuh ujian.

Amalan yang Menguatkan Jiwa

Bagi remaja dan orang dewasa, membaca Surah Al Kahfi secara rutin bisa menjadi bekal spiritual. Surah ini mengajarkan bahwa ujian hidup selalu ada, tapi dengan keteguhan iman, semua bisa dilalui. Dengan kata lain, keutamaan membaca Al Kahfi bukan hanya untuk akhirat, tetapi juga sangat terasa manfaatnya dalam kehidupan dunia.

Meluangkan waktu membaca Al Kahfi setiap hari Jumat adalah investasi ruhani yang besar. Selain memperoleh pahala, kita juga mendapatkan perlindungan dari fitnah serta penguatan iman. Yuk, jadikan hari Jumat semakin bermakna dengan menyempatkan membaca Surah Al Kahfi secara rutin.

Pentingnya Adab Sebelum Ilmu di Era Digital

Pentingnya Adab Sebelum Ilmu di Era Digital

Adab mencerminkan kesiapan hati dan jiwa dalam menerima ilmu. Apalagi di era digital seperti sekarang, ilmu bisa didapat dengan cepat. Namun, satu hal sering dilupakan: pentingnya adab sebelum ilmu. Padahal, para ulama terdahulu sangat menekankan bahwa akhlak harus didahulukan sebelum ilmu masuk ke hati. Seorang murid yang mengamalkan adab kepada guru, menjaga sopan santun di majelis ilmu, serta menunjukkan kesungguhan dalam belajar, akan lebih mudah menerima ilmu yang masuk. Sebaliknya, ilmu yang datang kepada orang yang sombong dan tidak beradab seringkali tidak menetap dan tidak membuahkan hikmah.

Imam Malik bin Anas, seorang ulama besar Madinah, menjadi contoh terbaik. Ibunya berkata, “Pergilah ke Rabi’ah, pelajarilah adabnya sebelum kau ambil ilmunya.” Nasihat itu bukan sekadar petuah. Ia menjadi fondasi kesuksesan Imam Malik dalam keilmuannya.

Seorang ulama zuhud yang lain, Abdullah bin Mubarak, pernah berkata,

“Kami mempelajari adab selama 30 tahun dan ilmu selama 20 tahun.”

Itu menunjukkan pentingnya adab sebelum ilmu sebagai bekal utama memperoleh ilmu yang bermanfaat. Contoh lain datang dari Imam Ahmad bin Hanbal. Beliau tidak hanya belajar dari Imam Syafi’i, tetapi juga sangat menghormatinya. Ia lebih memilih mendengar dan menyimak adab gurunya dibanding langsung bertanya atau mengoreksi.

gambar siswa sekolah membungkuk memberi penghormatan sebagai ilustrasi dari adab sebelum ilmu
Menghormati guru adalah salah satu bentuk pentingnya adab sebelum ilmu

Pentingya Adab di Era Digital

Kini, kita bisa belajar dari video ceramah, e-book, dan kelas daring. Namun, adab tetap penting. Misalnya, tidak memotong penjelasan guru saat Zoom. Atau, tidak asal menyebar ilmu tanpa memahami isinya. Karena itu, tetap jaga sikap hormat, meski hanya lewat layar.

Adab juga tampak dari kesiapan belajar. Datang tepat waktu, mencatat dengan serius, dan tidak melakukan kegiatan lain saat guru berbicara. Hal-hal kecil ini mencerminkan penghormatan terhadap ilmu dan pengajarnya. Singkatnya, pentingnya adab sebelum ilmu tidak hanya berlaku di pesantren, tetapi juga di dunia digital. Ilmu tanpa adab akan sulit berbekas dan membawa manfaat jangka panjang.

Bagi yang ingin belajar adab dari kitab klasik seperti Ta’lim Muta’allim dan yang lainnya, banyak pondok pesantren yang mengajarkannya secara sistematis. Salah satunya Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang , untuk membentuk generasi berilmu dan berakhlak mulia.

Manfaat Shalat Dhuha yang Sayang Jika Dilewatkan

Manfaat Shalat Dhuha yang Sayang Jika Dilewatkan

Di tengah kesibukan pagi hari, tak sedikit orang yang melupakan satu amalan ringan namun penuh keberkahan: shalat dhuha. Padahal, manfaat shalat dhuha sangat besar, bukan hanya dari sisi spiritual, tapi juga dari segi psikologis dan sosial.

Shalat dhuha merupakan ibadah sunnah yang dilakukan di waktu dhuha, yaitu mulai sekitar 20 menit setelah matahari terbit hingga menjelang waktu zuhur. Rasulullah ﷺ sangat menganjurkan umatnya untuk rutin menunaikannya, karena keutamaan yang terkandung di dalamnya sangat luar biasa.

Baca juga: Sejarah Shalat: Perjalanan Agung yang Penuh Hikmah

Manfaat Shalat Dhuha Membuka Pintu Rezeki

Salah satu manfaat yang paling dikenal adalah sebagai pembuka rezeki. Dalam hadis riwayat Abu Dawud, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat rakaat di awal siang (dhuha), niscaya Aku akan mencukupi kebutuhanmu hingga akhir hari.”
(HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Melalui shalat dhuha, seorang hamba menunjukkan tawakal dan keyakinannya bahwa rezeki sejati datang dari Allah, bukan hanya dari usaha semata.

manfaat shalat dhuha menurut hadits nabi yang digambarkan dengan laki laki bersujud di masjid dengan sorotan sinar cahaya sebagai tanda waktu dhuha
Manfaat shalat dhuha menurut hadits nabi

 

Mengganti Sedekah 360 Sendi

Setiap manusia memiliki 360 sendi yang harus disyukuri dengan bentuk kebaikan. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Setiap sendi tubuh manusia wajib disedekahi setiap hari. Dua rakaat shalat dhuha mencukupi semuanya.”
(HR. Muslim)

Dengan kata lain, shalat dhuha adalah bentuk sedekah spiritual yang menggantikan ratusan amal kebaikan fisik.

Mendatangkan Ketenangan Jiwa

Manfaat shalat dhuha tidak hanya tampak dalam urusan duniawi, tetapi juga berdampak besar bagi mental health. Menunaikan shalat dhuha di pagi hari—ketika udara masih segar dan suasana relatif tenang—membantu menenangkan pikiran, menjernihkan fokus, serta mengurangi stres. Banyak yang merasakan, setelah shalat dhuha, hati terasa lebih lapang dan siap menghadapi rutinitas harian.

Dicintai dan Dicontohkan oleh Nabi ﷺ

Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah berkata:

“Rasulullah biasa mengerjakan shalat dhuha empat rakaat dan menambah sesuai yang Allah kehendaki.”
(HR. Muslim)

Ini menunjukkan bahwa shalat dhuha termasuk amalan yang dijaga Nabi, dan menjadi ciri khas orang-orang shalih. Dengan menirunya, kita ikut dalam barisan orang-orang yang dicintai Allah.

Tidak butuh waktu lama, hanya sekitar 10 menit untuk dua rakaat. Namun manfaat shalat dhuha sangat besar: menenangkan jiwa, mencukupi kebutuhan hidup, mengganti ratusan sedekah, dan menjadi jalan mendekatkan diri pada Allah. Mulailah dari sekarang, walau hanya dua rakaat setiap hari. Siapa tahu dari shalat dhuha yang kita jaga, Allah membukakan rezeki, kesehatan, dan jalan kemudahan dalam hidup kita.

Amal Sunnah di Penghujung Muharam yang Tak Boleh Terlewat

Amal Sunnah di Penghujung Muharam yang Tak Boleh Terlewat

Bulan Muharam adalah salah satu bulan haram yang dimuliakan dalam Islam. Keutamaannya tidak hanya pada awalnya, tetapi juga hingga penghujungnya. Maka, menyambut 5 hari terakhir bulan Muharram dengan amal-amal sunnah adalah bentuk kesungguhan seorang muslim dalam mengejar keberkahan waktu.

Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriyah. Rasulullah ﷺ menyebutnya sebagai “Syahrullah al-Muharram”—bulan Allah yang dimuliakan. Dalam bulan ini, pahala amal kebaikan dilipatgandakan, sementara dosa pun semakin berat timbangannya. Oleh karena itu, amal-amal sunnah seperti puasa, sedekah, dan memperbanyak ibadah sangat dianjurkan.

amal sunnah terbaik bulan muharam muharram
Amal sunnah terbaik di bulan Muharam

Amal Sunnah di Bulan Muharam yang Bisa Diperbanyak

Berikut beberapa amalan sunnah yang bisa dimaksimalkan di akhir bulan Muharram:

1. Puasa Sunnah

Meski puasa Asyura (10 Muharram) telah berlalu, puasa sunnah tetap dianjurkan di hari-hari lain. Nabi ﷺ menganjurkan puasa di bulan Muharam karena memiliki keutamaan yang besar. Puasa Senin dan Kamis, atau puasa ayyamul bidh (13, 14, 15 Hijriyah), jika bertepatan di akhir Muharram, sangat layak dihidupkan.

2. Perbanyak Dzikir dan Istighfar

Salah satu cara menutup bulan dengan kebaikan adalah memperbanyak istighfar. Muhasabah diri dan memperbanyak dzikir bisa menjadi amalan ringan namun bermakna besar. Sebutlah nama Allah sebanyak-banyaknya agar hati semakin dekat kepada-Nya. Jangan lupa untuk senantiasa melantunkan doa agar keturunan kita menjadi anak yang shalih shalihah.

3. Sedekah dan Membantu Sesama

Memanfaatkan waktu-waktu mulia dengan berbagi adalah pilihan cerdas. Sedekah tidak hanya berupa uang, tetapi juga makanan, tenaga, atau perhatian kepada mereka yang membutuhkan. Amalan ini menjadi sebab dilapangkannya rezeki dan diampuni dosa.

Baca juga: Sedekah Abu Bakar dan Umar di Perang Tabuk

 

4. Menjaga Shalat Berjamaah dan Qiyamul Lail

Muharam adalah kesempatan menyemarakkan kembali semangat ibadah. Perbanyak shalat sunnah, termasuk qiyamul lail (shalat malam), sebagai bentuk kedekatan kepada Allah. Apalagi di akhir bulan, amal-amal kita akan diangkat dan dicatat.

5. Niatkan Hijrah dan Perubahan Diri

Karena Muharram adalah pembuka tahun hijriah, mari menjadikan momen akhir ini untuk memperbaharui niat, memperkuat azzam, dan meninggalkan kebiasaan buruk. Hijrah bukan soal tempat, tetapi tentang memperbaiki diri.

Penutup Muharam dengan Amal Sunnah Terbaik

Banyak orang semangat di awal, tapi lupa menutup dengan baik. Padahal, penutupan yang baik adalah kunci diterimanya amal. Dalam 5 hari terakhir bulan Muharram ini, kita bisa memaksimalkan amal sunnah sebagai bentuk kesungguhan mempersembahkan yang terbaik kepada Allah ﷻ.

“Sesungguhnya amalan itu tergantung pada penutupnya.”
(HR. Bukhari)

Salah satu bentuk amal jariyah yang tak terputus meski kita telah tiada adalah wakaf untuk pendidikan. Wakaf ini menjadi ladang pahala abadi karena setiap ilmu yang dipelajari, setiap hafalan Al-Qur’an yang dilantunkan, dan setiap santri yang tumbuh menjadi da’i akan menjadi aliran keberkahan bagi sang pewakaf.

Yuk, maksimalkan hari-hari terakhir Muharram dengan bersedekah dan berwakaf untuk pendidikan santri. Jadilah bagian dari perubahan masa depan melalui amal terbaik hari ini.

Wakaf Pendidikan Jalan Menuju Amal Jariyah yang Kekal

Wakaf Pendidikan Jalan Menuju Amal Jariyah yang Kekal

Setiap orang tentu ingin meninggalkan warisan terbaik di dunia, bukan sekadar harta, tapi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir bahkan setelah ia tiada. Salah satu cara paling mulia untuk mewujudkannya adalah melalui wakaf pendidikan, khususnya untuk lembaga-lembaga yang mencetak generasi Qur’ani seperti pondok tahfidz.

Wakaf pendidikan melalui pesantren tahfidz begitu penting karena ia menyentuh tiga hal utama yang disebut Rasulullah ﷺ sebagai sumber pahala tak terputus: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan. Melalui wakaf untuk pesantren, kita bisa mendapat ketiganya sekaligus—dalam satu amal yang ringan dilakukan, namun berat timbangan pahalanya.

Wakaf pendidikan pondok pesantren tahfidz putri jombang
Tanam pahala amal jariyah lewat wakaf pendidikan

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.”
(HR. Muslim)

Itulah mengapa wakaf pendidikan untuk pondok tahfidz adalah ladang amal jariyah yang luar biasa. Setiap huruf yang dihafalkan santri, setiap ilmu yang diajarkan, dan setiap doa yang dilantunkan menjadi bagian dari aliran pahala bagi para pewakaf.

Mengapa Harus Wakaf untuk Pendidikan?

Wakaf untuk pendidikan menggabungkan manfaat dunia dan akhirat. Ilmu yang diajarkan akan terus diwariskan, santri yang belajar akan menjadi generasi shalih shalihah, dan setiap fasilitas pondok—dari mushaf, kitab, ruang kelas, hingga asrama—bisa menjadi perantara pahala jariyah. Pesantren tidak hanya mendidik akal, tapi juga hati. Maka, berwakaf untuk pendidikan berarti turut membangun masa depan umat Islam. Bentuk wakaf pendidikan dapat disalurkan melalui:

  • Pendirian bangunan hasil wakaf seperti ruang kelas dan asrama santri

  • Pengadaan Al-Qur’an, kitab kuning, atau perlengkapan belajar

  • Beasiswa santri yatim dan dhuafa

  • Wakaf air, listrik, dan fasilitas harian pondok

Kesempatan Menanam Amal Jariyah untuk Bekal Akhirat

Wakaf tidak harus besar jumlahnya. Bahkan dengan nominal kecil tapi konsisten, Anda telah membuka jalan amal yang tak terputus. Setiap kali santri membaca Al-Qur’an dari mushaf wakaf, atau guru mengajar di kelas hasil donasi Anda—pahala itu akan terus bertambah.

Sebagaimana kita ingin anak-anak kita mendapat pendidikan terbaik, mari bantu anak-anak pondok mendapat fasilitas terbaik pula. Wakaf pendidikan adalah bentuk kepedulian terhadap masa depan Islam—dan juga tiket menuju surga.

Jangan menunggu mampu untuk berwakaf. Tapi berwakaflah agar Allah menjadikan kita orang yang mampu. Salurkan wakaf terbaik Anda untuk pendidikan Qur’ani melalui Wakaf Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang.

6 Adab Menuntut Ilmu Menurut Kitab Ta’lim Muta’allim

6 Adab Menuntut Ilmu Menurut Kitab Ta’lim Muta’allim

Dalam Islam, adab menuntut ilmu merupakan syarat utama agar ilmu menjadi berkah. Tanpa adab, ilmu bisa menjadi sia-sia. Oleh karena itu, santri dan pelajar muslim perlu mempelajari tata krama saat belajar, bukan hanya materi pelajaran. Salah satu kitab rujukan utama yang membahas hal ini adalah Ta’limul Muta’allim, karya Imam Az-Zarnuji. Kitab ini sudah menjadi pedoman di berbagai pesantren dan madrasah Islam.

Imam Az-Zarnuji menjelaskan bahwa keberhasilan dalam menuntut ilmu bergantung pada enam hal penting. Inilah kiat sukses belajar dalam Islam yang patut dipegang oleh setiap penuntut ilmu.

1. Dzaka’ (Kecerdasan)

Cerdas bukan berarti harus jenius. Yang dimaksud adalah kecerdikan memahami pelajaran dan cepat menangkap penjelasan guru. Pelajar yang beretika saat belajar juga akan lebih mudah menerima ilmu.

2. Hirsh (Semangat dan Niat Kuat)

Tanpa semangat, belajar hanya akan terasa berat. Santri yang punya tekad kuat akan tetap belajar meski dalam keadaan lelah. Ini adalah sikap mental yang mendukung adab saat belajar.

3. Ijtihad (Kesungguhan dan Usaha Serius)

Belajar butuh perjuangan. Keseriusan akan membentuk konsistensi. Santri yang sungguh-sungguh tidak menunda hafalan dan tidak lalai dalam murojaah. Etika belajar dalam Islam mengajarkan disiplin dan kerja keras. Begitu juga dengan menghafal Al-Qur’an. Kita juga hendaknya menerapkan tips menghafal Al-Qur’an yang baik agar hafalan tidak cepat hilang.

Para siswa putri sedang melaksanakan ANBK di SMPQ Al Muanawiyah Jombang, menggambarkan semangat dan adab menuntut ilmu dalam lingkungan pendidikan Islam.
Adab menuntut ilmu yang diterapkan siswa SMPQ Al Muanawiyah Jombang

4. Bulghah (Bekal yang Cukup)

Bekal yang cukup membuat santri bisa belajar dengan tenang. Makanan, alat tulis, dan tempat tinggal yang layak adalah bagian dari penunjang keberhasilan. Orang tua juga berperan dalam memberikan dukungan.

Baca juga: 5 Alasan Kenapa Kita Harus Menghafal Al-Qur’an

5. Irsyad Ustadz (Bimbingan Guru)

Seorang murid tidak akan berhasil tanpa guru. Dalam Islam, adab kepada guru adalah bagian dari adab menuntut ilmu. Menjaga perkataan, mendengarkan dengan saksama, dan meminta nasihat adalah kunci keberkahan ilmu. Begitu pula para pengajar di sekolah tempat anak menuntut ilmu, harus dipastikan profesional dan berkompeten.

6. Thuluz Zaman (Waktu yang Panjang)

Belajar bukan proses instan. Hafalan dan pemahaman butuh waktu. Santri perlu sabar dan tekun. Seorang pelajar yang memiliki etika belajar yang baik akan menghargai proses ini.

Kitab Ta’lim Muta’allim mengajarkan bahwa adab menuntut ilmu dalam Islam lebih utama dari sekadar ilmu itu sendiri. Dengan cerdas, semangat, sungguh-sungguh, cukup bekal, bimbingan guru, dan waktu yang konsisten, pelajar muslim bisa meraih keberhasilan. Santri yang berakhlak mulia akan mendapat ilmu yang bermanfaat, serta mengangkat derajat dirinya dan keluarganya.

Santri Menjalani Tes Baca Kitab di Hari Kedua MATSABA

Santri Menjalani Tes Baca Kitab di Hari Kedua MATSABA

Al-Muanawiyah – MATSABA di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Putri Al-Muanawiyah memasuki hari kedua. Setelah hari pertama diisi dengan sosialisasi, hari kedua (Selasa, 16 Juli 2025) difokuskan pada tes baca kitab. Selanjutnya, santri baru mengikuti penguatan kemampuan dasar keilmuan, pengenalan budaya pesantren, serta penyaluran potensi dan bakat santri.

Masa Ta’aruf Santri Baru (MATSABA) merupakan agenda penting dalam tradisi pesantren yang berfungsi sebagai tahap awal pembentukan karakter santri. Kegiatan ini bukan sekadar orientasi, tetapi menjadi wadah pengenalan budaya pesantren, penanaman nilai adab, serta pemetaan kemampuan dasar para santri.

Seorang santri baru sedang menjalani tes baca kitab bersama asatidz PPTQ Al-Muanawiyah Jombang dalam kegiatan MATSABA.
Tes baca kitab santri baru dalam Matsaba PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Melalui MATSABA, para santri dipersiapkan agar lebih siap menghadapi proses belajar mengajar, mengenal lingkungan barunya, serta menemukan potensi yang dimiliki. Kegiatan ini menjadi langkah strategis untuk memastikan perjalanan pendidikan di pesantren berjalan sesuai dengan visi: membentuk generasi Qur’ani yang berilmu, beradab, dan berakhlak mulia.

Baca juga: Hari Terakhir MATSABA, Santri Baru Unjuk Karya di Pentas Seni

Kegiatan dimulai sejak pagi dengan tes kemampuan baca tulisan pegon, tajwid, serta membaca kitab kuning. Tujuan kegiatan ini adalah sebagai evaluasi awal untuk melihat kemampuan dasar para santri. Selain itu, hasil dari tes ini digunakan untuk pemetaan kebutuhan pembelajaran selanjutnya dan akan menjadi pijakan bagi asatidz dalam proses belajar mengajar ke depan.

Pelatihan Fiqh dan Persiapan Pentas Seni

Setelah itu, santri mengikuti materi fiqih seputar najis dan cara mensucikannya. Materi ini disampaikan secara interaktif. Para santri tidak hanya memahami hukum-hukum thaharah, tetapi juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan pondok.

Di sore hari, para santri juga diperkenalkan dengan Mars Pondok Al-Muanawiyah. Kegiatan ini tidak hanya melatih kekompakan dan semangat kebersamaan, tetapi juga menjadi simbol kecintaan mereka terhadap pondok tempat mereka menuntut ilmu.

Sebagai penutup rangkaian kegiatan hari kedua, malam harinya santri baru melaksanakan latihan persiapan pentas seni. Acara ini menjadi ajang ekspresi  untuk menunjukkan bakatnya, membangun rasa percaya diri, sekaligus mempererat keakraban antar sesama.

Dengan semangat dan partisipasi aktif dari seluruh santri, hari kedua masa orientasi berjalan dengan penuh antusias dan suasana positif. Kegiatan ini menjadi bagian penting dari proses pembentukan karakter, sekaligus memperkuat nilai-nilai pendidikan pesantren yang holistik: menggabungkan ilmu, adab, dan akhlak mulia.