Keutamaan Orang Berilmu dalam Pandangan Islam

Keutamaan Orang Berilmu dalam Pandangan Islam

Al MuanawiyahDalam Islam, keutamaan orang berilmu menempati derajat yang sangat tinggi. Ilmu bukan hanya sarana untuk memahami dunia, tetapi juga jalan menuju ridha Allah. Seseorang yang berilmu bukan sekadar tahu, melainkan mampu menuntun dirinya dan orang lain kepada kebenaran.

Ilmu sebagai Cahaya Kehidupan

Allah ﷻ menegaskan dalam Al-Qur’an,

“Katakanlah, apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang yang berakal yang dapat menerima pelajaran.”
(QS. Az-Zumar: 9)

Ayat ini menunjukkan perbedaan besar antara orang berilmu dan yang tidak berilmu. Ilmu menjadi cahaya yang menuntun manusia agar dapat membedakan mana yang benar dan salah. Bahkan, menurut para ulama tafsir, ilmu yang dimaksud di sini bukan sekadar ilmu dunia, tetapi juga ilmu agama yang menumbuhkan rasa takut kepada Allah dan mendorong amal saleh.

Baca juga: Asbabun Nuzul Al Zalzalah: Setiap Amal Kecil Pasti Dibalas

Hadits tentang Keutamaan Orang Berilmu

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Keutamaan orang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang.”
(HR. Abu Dawud no. 3641, Tirmidzi no. 2682, dinilai hasan oleh Al-Albani)

Hadits ini menggambarkan betapa tingginya derajat ulama dan penuntut ilmu dibandingkan dengan sekadar ahli ibadah. Seperti halnya bulan yang memberi cahaya di tengah kegelapan, orang berilmu menerangi umat dengan petunjuk dan hikmah. Ilmu menjadikan ibadah seseorang lebih bermakna, karena dilakukan dengan pemahaman yang benar.

gambar beberapa orang pria Arab sedang duduk melingkar mengaji Al Quran
Ilustrasi para penuntut ilmu (sumber: freepik)

Selain itu, dalam hadits lain disebutkan:

“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim no. 2699)

Hadits ini menjadi motivasi bagi setiap muslim agar terus menuntut ilmu sepanjang hayat. Belajar bukan hanya untuk dunia, tetapi menjadi ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah.

Baca juga: 5 Hadits Menuntut Ilmu Shahih dan Maknanya

Ilmu yang Diamalkan

Namun, Islam tidak memandang tinggi orang berilmu yang tidak mengamalkan ilmunya. Rasulullah ﷺ pernah berdoa:

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.”
(HR. Muslim no. 2722)

Doa ini menunjukkan bahwa ilmu sejati harus membuahkan amal. Orang berilmu yang berakhlak baik menjadi teladan dan sumber manfaat bagi lingkungannya. Karena itu, ilmu dan amal harus berjalan seiring, seperti pohon yang rindang dan berbuah lebat.

Ilmu Sebagai Amal Jariyah

Salah satu keutamaan terbesar ilmu adalah pahalanya yang terus mengalir meski pemiliknya telah meninggal dunia. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.”
(HR. Muslim no. 1631)

Dari hadits ini, jelas bahwa ilmu yang bermanfaat menjadi amal jariyah yang tidak akan terputus. Orang yang mengajarkan kebaikan, menulis ilmu, atau membimbing orang lain kepada kebenaran akan terus mendapatkan pahala selama ilmunya diamalkan.

Kesimpulannya, keutamaan orang berilmu terletak pada kemampuannya menebar manfaat dan menjaga kemurnian ajaran Islam. Ilmu bukan hanya alat berpikir, tetapi juga sarana mendekatkan diri kepada Allah.

Setiap muslim hendaknya meneladani semangat para ulama dan santri terdahulu, menjadikan ilmu sebagai jalan dakwah dan kebaikan. Dengan ilmu yang benar dan diamalkan, seorang hamba akan mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat.

5 Hadits Menuntut Ilmu Shahih dan Maknanya

5 Hadits Menuntut Ilmu Shahih dan Maknanya

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Dalam Islam, ilmu menjadi fondasi utama bagi amal dan akhlak. Banyak sekali dalil yang menegaskan betapa tinggi kedudukan orang berilmu di sisi Allah. Rasulullah ﷺ pun dalam banyak hadits menegaskan pentingnya menuntut ilmu dengan niat yang ikhlas dan tujuan yang benar. Berikut ini lima hadits menuntut ilmu paling shahih beserta maknanya yang bisa menjadi pengingat dan motivasi bagi setiap muslim.

5 Hadits Menuntut Ilmu Shahih Beserta Penjelasannya

1. Hadits tentang Kewajiban Menuntut Ilmu

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.”
(HR. Ibnu Majah No. 224, dinilai shahih oleh Al-Albani)

Hadits menuntut ilmu shahih yang pertama adalah sabda Rasulullah yang menjadi dasar utama kewajiban menuntut ilmu bagi seluruh umat Islam. Ilmu yang dimaksud tidak terbatas pada ilmu agama saja, tetapi juga mencakup pengetahuan yang membantu seseorang melaksanakan kewajiban agamanya. Misalnya, ilmu membaca Al-Qur’an, fikih ibadah, hingga pengetahuan dunia yang bermanfaat seperti sains atau teknologi, selama digunakan untuk kemaslahatan umat.

Kata “setiap muslim” dalam hadits ini menunjukkan sifat umum, tanpa membedakan usia, jenis kelamin, atau status sosial. Islam mendorong semua orang untuk terus belajar sepanjang hayat, karena semakin banyak ilmu yang dimiliki, semakin mudah pula seseorang mengenal Allah dan menjalankan ajaran-Nya dengan benar.

Baca juga: 4 Kitab Adab Penuntut Ilmu yang Bisa Dipelajari

2. Hadits tentang Jalan Menuju Surga

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim No. 2699)

Hadits menuntut ilmu yang shahih selanjutnya mengandung makna yang dalam. Jalan yang ditempuh untuk menuntut ilmu tidak selalu mudah. Sering kali penuh pengorbanan, waktu, tenaga, bahkan biaya. Namun, Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa setiap langkah menuju ilmu adalah bagian dari jalan menuju surga.

Makna “memudahkan jalan ke surga” bukan berarti orang berilmu otomatis masuk surga, tetapi bahwa ilmu yang ia pelajari akan membimbingnya untuk melakukan amal yang benar. Ilmu menuntun seseorang untuk membedakan yang halal dan haram, yang benar dan yang batil. Karena itu, semakin dalam ilmunya, semakin besar peluang seseorang untuk istiqamah di jalan kebenaran.

gambar beberap aorang berhijab sedang belajar Al Quran
Iliustrasi keutamaan menuntut ilmu (sumber: freepik)

3. Hadits tentang Keutamaan Orang Berilmu

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Keutamaan orang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang.”
(HR. Abu Dawud. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abu Dawud  no. 3641)

Perumpamaan yang digunakan Rasulullah ﷺ dalam hadits ini menunjukkan betapa agung kedudukan orang berilmu. Bulan memberikan cahaya yang menenangkan dan menerangi kegelapan malam, sementara bintang hanya berkilau kecil. Begitulah peran orang berilmu — mereka tidak hanya beribadah untuk diri sendiri, tetapi juga memberi manfaat dan petunjuk bagi orang lain.

Ahli ibadah yang tidak memiliki ilmu mungkin tekun beribadah, tetapi bisa saja tersesat karena tidak memahami tuntunan yang benar. Sebaliknya, orang berilmu tahu cara beribadah dengan benar dan dapat mengajarkan ilmunya, sehingga manfaatnya jauh lebih luas.

Baca juga: 6 Adab Menuntut Ilmu Menurut Kitab Ta’lim Muta’allim

4. Hadits tentang Ilmu yang Bermanfaat

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.”
(HR. Muslim No. 1631)

Hadits ini menegaskan bahwa ilmu yang bermanfaat menjadi amal jariyah yang tidak akan terputus. Ilmu yang disebarkan dan diamalkan orang lain akan terus mengalir pahalanya, meskipun sang pengajar telah meninggal dunia.

Karena itu, Islam sangat menekankan pentingnya berbagi ilmu. Setiap guru, pendakwah, atau siapa pun yang mengajarkan kebaikan, sejatinya sedang menanam pahala jangka panjang. Bahkan, mengajarkan hal kecil seperti doa harian atau cara shalat yang benar pun termasuk bagian dari ilmu bermanfaat.

5. Hadits Menunjuki kepada Kebaikan

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.”
(HR. Muslim no. 1893)

Hadits ini menekankan pentingnya dakwah dan mengarahkan orang lain ke jalan kebaikan. Tidak hanya amal yang dilakukan sendiri yang bernilai pahala, tetapi juga memberi petunjuk kepada orang lain untuk berbuat baik akan mendapat pahala serupa.

Maknanya luas, bisa mencakup:

  • Memberi nasihat yang benar, misalnya tentang ibadah atau akhlak.

  • Mengajarkan ilmu bermanfaat agar orang lain bisa mengamalkannya.

  • Membimbing orang agar menjauhi perbuatan dosa.

Dengan kata lain, hadits ini menunjukkan bahwa menyebarkan kebaikan atau ilmu yang bermanfaat memiliki nilai pahala yang berkelanjutan. Orang yang memberi petunjuk tidak kehilangan pahala meskipun orang yang dibimbing melakukan amalnya sendiri, karena niat dan usaha memberi petunjuk itu sendiri dihitung sebagai amal saleh di sisi Allah.

Dari kelima hadits menuntut ilmu shahih tersebut, jelas bahwa menuntut ilmu bukan hanya kewajiban, tetapi juga jalan menuju keberkahan hidup. Islam mengajarkan bahwa ilmu adalah cahaya yang membimbing manusia dari kebodohan menuju petunjuk Allah. Oleh karena itu, semangat menuntut ilmu harus terus dijaga sepanjang hayat, agar kehidupan dunia dan akhirat menjadi lebih bermakna.