Huru Hara Politik Indonesia: Siapa yang Sebenarnya Bersalah?

Huru Hara Politik Indonesia: Siapa yang Sebenarnya Bersalah?

Pertanyaan besar muncul pasca demonstrasi 28 Agustus 2025 yang berujung huru hara politik di berbagai daerah. Saya dan istri berdiskusi, “Siapa yang salah?” Pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Apakah ulama? Umaro? Atau masyarakat sendiri? Jika ditelusuri lebih dalam, akar masalah tidak sesederhana menunjuk satu pihak.

Akar Masalah dari Pemilu hingga Kebijakan

Demonstrasi kemarin dipicu kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada rakyat. Namun bila ditarik ke belakang, budaya politik uang dalam pemilu menjadi salah satu cikal-bakalnya. Ungkapan populer seperti “kalau tidak ada amplop, tidak nyoblos” atau “serangan fajar jadi penentu pilihan” mencerminkan rapuhnya demokrasi kita.

Politisi pun sering mengeluhkan bahwa biaya menuju kursi legislatif sangat tinggi. Alhasil, sebagian terjebak pada praktik bagi-bagi uang demi dukungan. Ormas yang seharusnya netral juga sering kali ikut terpolarisasi, hingga marwahnya menurun di mata masyarakat.

huru hara politik Indonesia, demo 28 Agustus 2025, Affan Kurniawan, tunjangan DPR, tuntutan rakyat, demo Indonesia 2025
Potret huru hara politik Indonesia saat demonstrasi di depan gedung DPR Jakarta, 25 Agustus 2025 (foto: tempo.co)

Kesenjangan yang Melebar

Masalah lain terletak pada jurang sosial-ekonomi yang semakin terasa. Peneliti Ray Rangkuti pernah menyinggung perbedaan mencolok antara gaji DPR dengan rata-rata penghasilan rakyat. Bayangkan, rakyat hanya memperoleh Rp100 ribu per hari, sedangkan pejabat bisa mengantongi Rp3 juta per hari. Perbandingan inilah yang menimbulkan kecemburuan sosial sekaligus menumbuhkan ketidakpercayaan pada sistem politik.

Baca juga: Potensi Zakat Tunjangan DPR dan Peluang Kebermanfaatannya

Ulama, Umaro, dan Tanggung Jawab Bersama

Sayangnya, ulama belum sepenuhnya hadir memberi solusi. Banyak kebijakan yang meresahkan umat justru dibiarkan tanpa suara tegas. Akibatnya, petuah keagamaan terdengar kurang sejuk di mata masyarakat. Sementara umaro, atau pemerintah, terikat kepentingan partai dan kekuasaan politik, sehingga sulit berpihak total kepada rakyat.

Belum lagi lembaga yudikatif yang dinilai masih lemah dalam menegakkan hukum dengan adil. Semua ini berujung pada keresahan publik, yang kemudian meledak dalam bentuk demonstrasi, huru hara, bahkan shalat ghaib bersama. Saat demo terjadi yang dinilai menjadi pengayom ikut serta menambah masalah baru terjadinya salah satu Ojol (Ojek Online) terlindas meninggal, ini menjadi letupan menambah besarnya api kemarahan masyarakat. Entah apakah ini murni gerakan rakyat atau ada rekayasa elit politik, faktanya kondisi Indonesia memang tidak baik-baik saja.

Menatap Pemilu dengan Bijak

Masyarakat harus lebih bijak saat pemilu. Jangan tergiur uang Rp20 ribu atau Rp50 ribu yang habis dalam sehari, namun menjerat dalam lima tahun kebijakan yang menekan. Ulama pun jangan tergoda kekuasaan. Mereka harus menjadi penggerak moral, penyejuk, sekaligus pengingat bagi penguasa. Pemerintah juga harus membuka telinga, mendengarkan aspirasi rakyat, bukan justru menutup diri.

Sebagaimana di tulis Gus Nadhirsyah Hosein dan dikutip dari Imam al-Ghazali pernah mengingatkan:

‎وَبِالْجُمْلَةِ، إِنَّمَا فَسَدَتِ الرَّعِيَّةُ بِفَسَادِ الْمُلُوكِ، وَفَسَادُ الْمُلُوكِ بِفَسَادِ الْعُلَمَاءِ، فَلَوْلَا الْقُضَاةُ السُّوءُ وَالْعُلَمَاءُ السُّوءُ لَقَلَّ فَسَادُ الْمُلُوكِ خَوْفًا مِّنْ إِنْكَارِهِمْ

“Secara umum, kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan penguasa. Kerusakan penguasa berakar dari ulama yang rusak. Jika tidak ada hakim dan ulama yang buruk, niscaya kerusakan penguasa akan berkurang karena mereka takut pada kritik ulama.”

Baca juga: Ikhlas vs Pasrah: Polemik Kesejahteraan Guru di Indonesia

Doa untuk Negeri

Huru hara politik Indonesia tidak akan berhenti jika semua pihak saling lempar tanggung jawab. Ulama, umaro, dan rakyat harus introspeksi. Hanya dengan sinergi, kejujuran, dan niat baik, Indonesia bisa keluar dari lingkaran krisis.

اللهم اجعل هذا البلد اندنسيا آمناً مطمئناً وسائر بلاد المسلمين

Semoga Allah menjadikan negeri ini aman, tenteram, dan penuh keberkahan.

A. Muammar Sholahuddin, S.Pd., M.Pd.
Founder Al-Muanawiyah

Zakat vs Wakaf, Mana yang Lebih Baik untuk Pendidikan?

Zakat vs Wakaf, Mana yang Lebih Baik untuk Pendidikan?

Di Indonesia, pesantren dan lembaga pendidikan Islam sering menjadi sasaran para donatur yang ingin beramal. Namun, muncul pertanyaan: lebih tepatkah mendukung pendidikan dengan zakat atau dengan wakaf? Kedua instrumen ini sama-sama bernilai ibadah, tetapi memiliki aturan yang berbeda.

1. Zakat: Wajib dan Terikat Syariat

Zakat adalah kewajiban setiap Muslim yang telah memenuhi nisab dan haul. Allah ﷻ telah menetapkan penerimanya dalam delapan golongan (ashnaf) pada QS. At-Taubah ayat 60. Di antara golongan itu ada fakir, miskin, dan fi sabilillah yang dapat dikaitkan dengan dunia pendidikan.

Contohnya, santri miskin yang belajar di pesantren dapat menerima zakat. Begitu juga lembaga pendidikan Islam bisa menggunakan dana zakat untuk program fi sabilillah, selama benar-benar mendukung perjuangan di jalan Allah.

Namun, zakat tidak bisa dialihkan sepenuhnya menjadi wakaf pendidikan. Jika seseorang ingin membangun gedung pesantren atau membiayai operasional jangka panjang, itu bukan ranah zakat, melainkan ranah wakaf atau infak.

ilustrasi zakat mal dan wakaf, gambar tangan menggenggam banyak koin emas
Ilustrasi zakat mal

2. Wakaf: Sunnah dan Berorientasi Jangka Panjang

Berbeda dengan zakat, wakaf hukumnya sunnah dan lebih fleksibel. Wakaf biasanya berbentuk tanah, bangunan, atau dana yang dikelola untuk manfaat jangka panjang. Pendidikan menjadi salah satu bidang utama wakaf, terbukti dengan berdirinya banyak pesantren, universitas Islam, hingga rumah sakit berbasis wakaf.

Jika zakat harus segera disalurkan kepada mustahik, keutamaan wakaf justru dikelola agar manfaatnya terus berkelanjutan. Seorang Muslim yang ingin mendukung pesantren agar bertahan lama, membangun asrama, atau memberi beasiswa berkelanjutan, lebih tepat menyalurkan wakaf.

3. Pengelolaannya di Indonesia

Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 menegaskan bahwa zakat sebaiknya dikelola oleh lembaga resmi seperti BAZNAS atau LAZ agar terdata dan transparan. Meski begitu, zakat tetap sah jika disalurkan langsung kepada mustahik.

Sedangkan wakaf diatur dalam UU No. 41 Tahun 2004. Wakaf biasanya dikelola oleh nadzir (pengelola wakaf) yang bertugas menjaga dan mengembangkan aset wakaf agar manfaatnya berkesinambungan.

Zakat vs Wakaf untuk Pendidikan

Zakat dan wakaf sama-sama menjadi instrumen penting untuk menjaga keberlangsungan pendidikan Islam di Indonesia. Jika zakat membantu santri dan guru bertahan di tengah keterbatasan, wakaf memastikan bahwa pesantren tetap berdiri kokoh dari generasi ke generasi.

Karena itu, mari kita mulai melihat pendidikan sebagai ladang amal jariyah. Dengan wakaf, setiap rupiah yang kita titipkan akan terus mengalir menjadi pahala selama ilmu dari pesantren itu diajarkan. Bayangkan, doa dari para santri dan generasi Qur’ani kelak bisa menjadi saksi amal kita di hadapan Allah.

Bagi siapa pun yang ingin berkontribusi lebih, menyalurkan wakaf pendidikan melalui pondok pesantren adalah pilihan yang mulia. Tidak perlu menunggu kaya, karena wakaf bisa dimulai dari kecil—yang penting niatnya tulus untuk Allah. Kunjungi website kami untuk mengetahui lebih lanjut program wakaf pembangunan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Jombang.

Referensi:

  1. Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 60.

  2. UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

  3. UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

  4. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

  5. Badan Wakaf Indonesia (BWI)

Motivasi Menghafal Al-Qur’an: Tidak Mondok Bukan Hambatan

Motivasi Menghafal Al-Qur’an: Tidak Mondok Bukan Hambatan

Al MuanawiyahPerjalanan menghafal Al-Qur’an sering kali dianggap bergantung pada faktor eksternal, seperti sekolah Islam, fasilitas pesantren, atau dukungan lingkungan. Padahal kenyataannya, porsi terbesar justru ada pada tekad dari dalam diri. Tanpa keteguhan hati, hafalan akan mudah terhenti meskipun sarana sudah tersedia. Inilah cerita tentang motivasi menghafal Al-Qur’an.

Ia adalah Qori Qonitatuz Zahra, 25 tahun, asal Jombang. Bukanlah santri mukim di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang, juga belum pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren. Ia hanya mengikuti setoran hafalan, namun semangatnya dalam menghafal Al-Qur’an luar biasa. Pada September 2025 mendatang, Qori akan menjadi salah satu dari 25 santri yang diwisuda tahfidz.

gambar santri Qori Qonitatuz Zahra sedang melakukan tasmi' hafalan 25 juz
Tasmi’ hafalan 25 juz Qori Qonitatuz Zahra

Menariknya, Qori adalah satu-satunya anak di keluarganya yang menekuni jalan sebagai penghafal Al-Qur’an. Latar belakang keluarganya bukan lulusan pesantren, sehingga perjalanannya penuh tantangan. Ia harus menghadapi kesulitan membagi prioritas, ditambah dengan masalah internal keluarga yang turut memengaruhi semangatnya.

Awal Perjalanan Menghafal

Qori mulai menghafal sejak duduk di bangku SD. Setelah menuntaskan jilid mengaji, ia melanjutkan ke kelas membaca Al-Qur’an sekaligus hafalan di kelas 4 SD. Lulus SMP, ia sudah mengantongi 8 juz hafalan. Namun, motivasi awalnya hanya sebatas menyelesaikan program di Sekolah Islam Terpadu. Sehingga ketika melanjutkan ke SMA Negeri, semangat itu meredup.

Tiga tahun di SMA menjadi masa berhentinya hafalan. Ia masih sempat murojaah pada kelas 10 SMA. Namun pengalaman dibully, perasaan malu, dan sulitnya membagi prioritas membuatnya berhenti hafalan. Ia tetap berusaha berpakaian syar’i dan mengikuti kajian rutin, meski diejek teman dan guru dengan sebutan “bu hajjah”. “Saya merasa hidup saya kosong selama SMA itu,” kenangnya.

Bangkit Kembali di Perguruan Tinggi

Perjalanan berubah saat ia kuliah di Universitas Airlangga. Awalnya Qori tidak berniat melanjutkan hafalan, tetapi Allah menakdirkan ia bertemu dengan informasi pendaftaran asrama mahasiswa yang memiliki program tahfidz, dan diterima. “Sepertinya itu berkat doa orangtua yang ingin anaknya jadi penghafal Al-Qur’an, saya ndak minta,” jelasnya sambil terkekeh.

Meski sempat kehilangan hafalan karena berhenti tiga tahun, Qori berusaha bangkit. Ia membagi waktu antara hafalan dengan kuliah, organisasi, lomba, dan pekerjaan. Tidur lebih malam dan bangun lebih pagi menjadi rutinitasnya. Ketekunan itu membuahkan hasil, ia memperoleh beasiswa tahfidz bebas UKT (Uang Kuliah Tunggal) selama 4 semester. Saat lulus Diploma 3, ia berhasil meraih penghargaan mahasiswa berprestasi tingkat fakultas. Pasca menuntaskan studi Diploma 4, hafalannya bertambah hingga 22 juz, dan ia melanjutkannya di PPTQ Al Muanawiyah Jombang.

Baca juga: Nyaris Menyerah, A’yun Lulus Wisuda Tahfidz dan Beasiswa

Keberkahan dari Al-Qur’an

Qori menyadari bahwa perjuangan menghafal Al-Qur’an penuh ujian, tetapi justru mendatangkan banyak kemudahan. Ia merasa dikuatkan dari trauma, dijauhkan dari pekerjaan yang kurang baik, hingga dianugerahi beasiswa kuliah. “Alhamdulillah, sulit-sulitnya jalan yang dihadapi, saya selalu anggap bahwa ini cara Allah membersihkan dan menjauhkan saya dan keluarga dari keburukan,” ungkapnya.

Ia juga berterimakasih kepada pengasuh pondok, Ayah Amar dan Uma Ita Harits, yang telah mengizinkannya melanjutkan hafalan di sana. Bersyukur bertemu dengan tempat yang sesuai. “Program di sini sangat mendukung untuk memutqinkan hafalan, seperti menyetorkan hafalan lama atau nyangking setiap setoran dan tasmi’,” tambahnya. Dia mengkhatamkan hafalannya di PPTQ Al Muanawiyah Jombang, setelah 14 tahun lamanya berjuang.

Motivasi menghafal Al-Qur’an

Sebagai penutup, Qori berpesan kepada para penghafal Al-Qur’an yang sedang berjuang:

“Teruskan jalanmu, jangan berhenti meskipun belum terlihat hasilnya di depan mata. Kita tidak pernah tahu dari amalan apa keberkahan dan kemudahan hidup yang kita dapatkan. Para penghafal Al-Qur’an, yang sudah jelas janji Allah akan dimuliakan, InsyaAllah akan mendapatkan itu. Yakin, harus percaya penuh.”

Kisah Qori Qonitatuz Zahra menjadi bukti nyata bahwa motivasi menghafal Al-Qur’an tidak lahir dari kondisi yang serba mudah, melainkan dari kesungguhan hati. Dengan tekad yang kuat dan doa orang tua, jalan menghafal Al-Qur’an akan selalu terbuka, meski penuh liku.

Tuntas Pelaksanaan ANBK 2025 di SMP Qur’an Al Muanawiyah

ANBK SMP Quran Al Muanawiyah Jombang, Asesmen Nasional Berbasis Komputer 2025 SMP Jombang
Pelaksanaan ANBK SMP Qur’an Al Muanawiyah Jombang

SMP Qur’an Al Muanawiyah menggelar rangkaian kegiatan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) tahun 2025. Sebelum pelaksanaan utama, terlebih dahulu dilaksanakan gladi pada tanggal 19–20 Agustus. Gladi ini menjadi ajang pemantapan sekaligus uji coba kesiapan sarana, jaringan, dan keterampilan siswi dalam menghadapi ujian berbasis komputer. Setelah berjalan dengan lancar, sekolah kemudian bersiap menyongsong ANBK utama yang digelar pada 25–26 Agustus.

Peserta kegiatan tahun ini adalah 16 siswi kelas VIII yang dibagi dalam dua sesi setiap harinya. Sesi pertama dimulai pukul 07.30 hingga 09.40, sedangkan sesi kedua berlangsung pada pukul 10.40 hingga 12.50. Dengan pembagian tersebut, seluruh peserta dapat mengikuti ujian dengan lebih nyaman dan kondusif. Kehadiran para siswi pun patut diapresiasi karena mencapai 100%, menandakan kesungguhan mereka dalam menghadapi asesmen ini.

Di balik kelancaran acara ini, terdapat peran besar panitia yang bekerja sama dengan penuh tanggung jawab. Kepala sekolah, Lia Amirotus Zakiyah, S.Pd., bertindak sebagai penanggung jawab, dengan dukungan Noviyanti Finisa Nirmala, S.Pd., selaku ketua sekaligus proktor. Selain itu, para panitia lain dari tenaga kependidikan juga turut berikhtiar dengan penuh tanggung jawab agar kegiatan berlangsung sukses tanpa hambatan berarti. Pelaksanaan ANBK berpusat di laboratorium komputer SMP Qur’an Al Muanawiyah. Alhamdulillah, perangkat komputer, laptop, dan jaringan telah disiapkan dengan baik, bahkan sebelumnya berhasil melakukan sinkronisasi dengan pusat. Hal ini membuktikan bahwa kesiapan sekolah dari segi sarana prasarana sudah memenuhi standar.

Harapan Besar dari Pelaksanaan ANBK SMP

Kegiatan ANBK bukan sekadar evaluasi kemampuan literasi dan numerasi siswi, tetapi juga menjadi salah satu upaya meningkatkan mutu sekolah. Harapan besar disampaikan oleh Waka Kurikulum sekaligus Koordinator ANBK, Noviyanti Finisa Nirmala, S.Pd., yang menekankan pentingnya asesmen ini untuk menumbuhkan kualitas pembelajaran, lingkungan belajar yang sehat, serta karakter siswi yang unggul. Ia berharap, dari SMP Qur’an Al Muanawiyah akan lahir generasi penghafal Al-Qur’an yang tidak hanya kuat secara spiritual, tetapi juga melek teknologi dan siap berkontribusi bagi dunia pendidikan Indonesia.

Dengan semangat dan doa yang mengiringi, SMP Qur’an Al Muanawiyah optimis bahwa pelaksanaan ANBK tahun ini akan membawa hasil terbaik, sekaligus menjadi langkah maju menuju pendidikan berkualitas yang seimbang antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan.

Info lebih lanjut kegiatan sekolah, klik di sini

Kunjungi juga website resmi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang.

Program Unggulan Tahfidz Mengantarkan Mutqin 30 Juz

Program Unggulan Tahfidz Mengantarkan Mutqin 30 Juz

Salah satu momen mengharukan sebagai bagian dari program unggulan tahfidz Al Muanawiyah adalan khatam setoran 30 juz. Hari Sabtu, 23 Agustus 2025, menjadi momen bersejarah bagi Early Azkiyatul dari Tulungagung. Santriwati yang juga murid SMA Quran Al Muanawiyah ini resmi khatam setoran 30 juz di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah. Tepat pada setoran halaman ke-20 juz 28, bacaan terakhirnya ditutup dengan doa khotmil Qur’an oleh Uma Ita Harits Unni’mah, S.PdI., M.PdI. selaku pengasuh pondok. Suasana penuh haru menyelimuti momen ini, menjadi saksi syukur atas ketekunan seorang santri dalam perjalanan panjang menghafal Al-Qur’an.

foto santri putri Pondok Pesantren tahfidzul Qur'an Al Muanawiyah yang khatam setoran 30 juz
Early, santri asal Tulungagung yang telah menuntaskan setoran 30 juz di PPTQ Al Muanawiyah

Hingga kini, sudah ada 15 santri khatam setoran 30 juz di PPTQ Al Muanawiyah dari total ratusan santri. Mereka datang dari berbagai daerah, mulai dari Sumatera, Jawa, Madura, Sulawesi, Maluku, hingga Papua. Capaian tersebut membuktikan bahwa semangat menjadi penghafal Al-Qur’an mampu melintasi batas geografis maupun latar belakang keluarga.

Metode Fabina-Ziyarotan: Program Unggulan Tahfidz Al Muanawiyah

Sejak berdiri tahun 2020, PPTQ Al Muanawiyah terus berkomitmen menghadirkan program unggulan tahfidz dengan strategi terbaik. Setelah empat tahun riset, lahirlah metode “Fabina-Ziyarotan”, yang terdiri dari:

  • Fa (Fammi bisyauqin): Target 5 juz sehari.

  • Bina: Wajib binnadhor dengan penyimak.

  • ZiYa: Menambah hafalan sekaligus mengulang seperempat setoran sebelumnya.

  • Ro: Murojaah dua kali sehari.

  • Tan: Tasmi’ kelipatan 5 juz dengan sambung ayat.

Metode ini bukan sekadar teknik hafalan, melainkan hasil perpaduan antara pendidikan dan psikologi anak. Santri diajak untuk tumbuh dengan motivasi yang kuat, terbiasa dengan target jelas, sekaligus mendapat dukungan akademik dan pengalaman belajar yang menyeluruh.

Membentuk Generasi Qur’ani yang Tangguh

Berbeda dari pondok tahfidz lainnya, Al Muanawiyah tidak hanya mengejar kuantitas hafalan, tetapi juga kualitas mutqin. Pendekatan ini memastikan setiap santri tidak sekadar hafal, melainkan benar-benar memahami dan merawat hafalannya. Hasilnya, lahir generasi Qur’ani yang siap menjadi teladan di masyarakat.

Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih jauh tentang program unggulan tahfidz, kunjungi website resmi PPTQ Al Muanawiyah Jombang. Di sana, Anda bisa menemukan informasi lengkap tentang metode, kegiatan, dan perjalanan para santri dalam menapaki jalan mulia sebagai penjaga Kalamullah.

Teladan Sedekah dari Kedermawanan Asma’ binti Abu Bakar

Teladan Sedekah dari Kedermawanan Asma’ binti Abu Bakar

Asma’ binti Abu Bakar adalah salah satu sahabiyah Nabi ﷺ yang namanya tercatat indah dalam sejarah Islam. Ia bukan hanya dikenal sebagai sosok pemberani yang mendukung dakwah Rasulullah, tetapi juga sebagai teladan sedekah yang luar biasa. Kisah hidupnya menunjukkan bahwa harta sekecil apa pun bisa menjadi jalan keberkahan jika diberikan dengan ikhlas.

Asma’ binti Abu Bakar adalah putri dari Abu Bakar Ash-Shiddiq sekaligus kakak dari Aisyah radhiyallahu ‘anhuma. Ia termasuk sahabiyah mulia yang hidup di masa awal Islam dan dikenal dengan julukan Dzatun Nithaqain (wanita yang memiliki dua ikat pinggang), karena keberaniannya saat membantu Rasulullah ﷺ dan ayahnya dalam peristiwa hijrah. Selain dikenal pemberani, Asma’ juga merupakan teladan dalam keteguhan iman, kesabaran, serta kedermawanan yang menjadikannya contoh abadi bagi umat Islam, khususnya dalam hal sedekah dan kepedulian sosial.

Kisah Teladan Sedekah Asma’ binti Abu Bakar

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari, Rasulullah ﷺ menasihati Asma’:

“Janganlah engkau hitung-hitung (sedekahmu), nanti Allah pun akan menghitung (pahala untukmu).”

Pesan ini menjadi pedoman hidup Asma’. Ia senantiasa membagikan apa yang dimilikinya, meski dalam keadaan terbatas. Baginya, memberi tidak pernah mengurangi harta, melainkan justru melipatgandakan keberkahan. Dari sinilah kita belajar bahwa teladan sedekah harta terletak pada keikhlasan, bukan pada jumlahnya.

gambar wanita mengenakan hijab dan cadar hitam dengan mata diblur sebagai ilustrasi Asma' binti Abu Bakar
Teladan sedekah dari Asma’ binti Abu Bakar (gambar hanya ilustrasi)

 

Ayat Al-Qur’an tentang Sedekah

Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 261:

“Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir; pada setiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Ayat ini mempertegas keyakinan yang dipegang Asma’ binti Abu Bakar, bahwa sedekah adalah jalan untuk melipatgandakan kebaikan di dunia dan akhirat.

Kedermawanan Asma’ binti Abu Bakar adalah teladan sedekah yang abadi. Ia mengajarkan bahwa berbagi tidak membutuhkan kekayaan berlimpah, melainkan keyakinan pada janji Allah. Dengan menyisihkan sebagian rezeki melalui sedekah, infak, maupun wakaf, kita pun bisa mengikuti jejak kebaikan para sahabat Nabi.

Semangat kedermawanan yang dicontohkan Asma’ binti Abu Bakar bisa menjadi teladan sedekah bagi kita hari ini. Salah satu bentuk nyata adalah mendukung perjuangan para penghafal Al-Qur’an. PPTQ Al Muanawiyah saat ini tengah membangun gedung untuk para santri tahfidz. Dengan ikut berdonasi, kita tidak hanya beramal jariyah, tetapi juga turut menjaga generasi Qur’ani yang akan menjadi cahaya umat di masa depan. Mari salurkan sedekah terbaik kita untuk wakaf pondok tahfidz ini, agar pahala mengalir tiada henti.

Cerita Inspiratif Penghafal Al-Qur’an dari Entrepreneur Muda

Cerita Inspiratif Penghafal Al-Qur’an dari Entrepreneur Muda

Al-MuanawiyahIrma Nurlailatul Mafaza, akrab disapa Nafa, adalah sosok inspiratif berusia 21 tahun asal Gresik. Saat ini ia merupakan santri kelas tahfidz murni di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang, sekaligus mahasiswa STAI Ar Rasyid jurusan Pendidikan Agama Islam. Tidak hanya fokus pada pendidikan dan hafalan, Nafa juga mengelola bisnis Mafaza Fashion yang bergerak di bidang pakaian muslimah seperti abaya dan jilbab, yang sudah berjalan selama satu tahun. Kisahnya layak menjadi cerita inspiratif penghafal Al-Qur’an bagi generasi muda.

cerita inspiratif penghafal Al-Qur'an santri putri tahfidzul Qur'an pondok pesantren tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang
Nafa, santri PPTQ Al Muanawiyah yang mengisahkan cerita inspiratif penghafal Al-Qur’an

Awal Perjalanan di PPTQ Al Muanawiyah

Sejak tahun 2021, Nafa resmi menjadi santri di PPTQ Al Muanawiyah. Sebelumnya ia sempat mondok di Kediri dengan membawa hafalan 16 juz. Ia menemukan pondok ini melalui pencarian Google, bukan rekomendasi orang lain. Salah satu alasan memilih pondok ini adalah program tahfidz yang kuat, biaya yang terjangkau, serta fleksibilitas untuk tetap bisa kuliah.

Di awal masuk, jumlah santri hanya sekitar 23 orang. Namun, program yang ditawarkan pondok cukup unggul, salah satunya adalah tilawah lima juz sehari. Menurut Nafa, program ini sangat membantu terutama bagi pembelajar tipe audio yang lebih mudah mengingat ayat-ayat Al-Qur’an dengan sering mendengar bacaan. Selain itu, jadwal pondok yang tertata rapi antara tilawah, murojaah, dan ziyadah membuat manajemen waktu santri semakin terarah.

Baca juga: Nyaris Menyerah, A’yun Lulus Wisuda Tahfidz dan Beasiswa

Dukungan dan Motivasi dalam Menghafal

Nafa menuturkan bahwa dukungan dari orang tua, teman, dan pengasuh sangat berpengaruh dalam perjalanan hafalannya. Ayah Amar, pengasuh pondok, rutin memberikan motivasi sehingga semangatnya selalu terjaga. “Sempat kurang percaya diri dengan kemampuan, tapi Ayah Amar selalu memberikan motivasi sehingga bisa bangkit kembali,” ungkapnya.

Tidak jarang ia menghadapi kesulitan, terutama saat harus menghafal ayat-ayat yang sulit dan mudah lupa. Namun, program tilawah lima juz sehari membuat hafalan semakin kuat. Nafa juga harus membagi waktu dengan kuliah, menyimak hafalan teman, amanah pondok, serta mengurus bisnis yang ia jalani.

tasmi' hafalan Al-Qur'an santriwati Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Al Muanawiyah
Nafa dalam kegiatan tasmi’ hafalan di PPTQ Al Muanawiyah

Baca juga: Metode Sambung Ayat dan Tasmi’ Agar Hafalan Mutqin

Dari Awal Niat hingga Wisuda Tahfidz

Keinginan menghafal Al-Qur’an sudah muncul sejak kelas 7 SMP. Saat itu, Nafa mencoba menghafal sambil sembunyi-sembunyi karena ingin melakukannya secara pribadi. Dorongan semakin kuat ketika mendengar harapan orang tuanya yang ingin memiliki anak penghafal Al-Qur’an. Di kelas 9 SMP, ia akhirnya menyampaikan keinginan itu secara langsung kepada orang tuanya.

Namun, jalan menuju 30 juz tidaklah mudah. Ada pengorbanan besar, seperti tidak lagi aktif dalam lomba dan organisasi karena fokus pada hafalan di pondok. Setelah delapan tahun berproses, pada Agustus 2024 Nafa berhasil menuntaskan setoran hafalan 30 juz di PPTQ Al Muanawiyah. Tahun ini, ia juga termasuk dalam salah satu santri yang akan mengikuti wisuda tahfidz bil ghoib.

Pesan Motivasi untuk Sesama Penghafal

Bagi Nafa, perjalanan menjadi penghafal penuh dengan suka duka. Meski sempat jatuh bangun, ia tetap teguh menjaga niat. Kisahnya menjadi cerita inspiratif penghafal Al-Qur’an yang meneguhkan semangat banyak orang. Kepada para penghafal Al-Qur’an lainnya, ia berpesan:

“Teruslah berjuang, kegagalan itu pasti ada. Tapi selagi kita selalu berjuang, kita akan menemukan titik keberhasilan. Jadi habiskan porsi kegagalanmu. Semisal 1 orang punya porsi 1000 kegagalan sebelum sukses, kita sudah 1 kali gagal. Maka masih ada jatah gagal 999 kali.”

Perjalanan Nafa menunjukkan bahwa ketekunan, dukungan lingkungan, dan program pondok yang terarah dapat membawa seorang santri mencapai khatam 30 juz. Di sini, setiap santri merasakan manfaat dari tilawah rutin, jadwal murojaah yang disiplin, serta bimbingan pengasuh yang penuh motivasi. Semua proses itu akan bermuara pada momen istimewa, yaitu Wisuda Tahfidz, saat para penghafal Al-Qur’an menuntaskan perjuangannya dengan penuh haru.

Manfaat Tasmi’ Hafalan Bersama Teman Sebaya

Manfaat Tasmi’ Hafalan Bersama Teman Sebaya

Dalam kegiatan tahfidz Al-Qur’an, proses mengulang bacaan atau murojaah menjadi kunci penting dalam menjaga hafalan agar tetap kuat. Salah satu metode yang sangat efektif adalah tasmi’ hafalan, yaitu memperdengarkan hafalan kepada orang lain. Kegiatan ini jauh lebih menantang dibanding murojaah sendiri, karena ketika sendirian santri bisa saja membuka mushaf ketika lupa. Namun saat tasmi’, ia harus benar-benar mengandalkan hafalan yang tersimpan dalam ingatan. Berikut adalah beberapa manfaat tasmi’ hafalan ketika disimak oleh teman sebaya:

  1. Menumbuhkan rasa tanggung jawab
    Santri akan lebih serius menjaga hafalan karena harus memperdengarkannya dengan baik di depan orang lain.

  2. Melatih ketelitian dan fokus
    Pendengar dituntut memperhatikan bacaan temannya agar bisa mengoreksi jika terjadi kesalahan.

  3. Memperkuat ukhuwah islamiyah
    Kegiatan tasmi’ menciptakan kebersamaan, saling mendukung, dan memotivasi antar santri.

  4. Melatih kepercayaan diri
    Membaca hafalan di depan teman membuat santri terbiasa tampil, sehingga percaya diri mereka meningkat.

  5. Menguatkan hafalan
    Tantangan memperdengarkan hafalan tanpa membuka mushaf menjadikan hafalan lebih kokoh dan teruji.

  6. Mendapat keberkahan ibadah
    Saling menyimak hafalan juga termasuk bagian dari mengajarkan Al-Qur’an, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).

Manfaat tasmi' hafalan. kegiatan tahfidz Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Al Muanawiyah Jombang, tasmi' bil ghoib 30 juz menjelang wisuda tahfidz
Salah satu kegiatan di PPTQ Al Muanawiyah Jombang, tasmi’ hafalan

Penelitian Manfaat Tasmi’ Hafalan

Manfaat tasmi’ hafalan tidak hanya terasa dalam peningkatan kualitas bacaan Al-Qur’an, tetapi juga mendukung tumbuhnya keterampilan belajar bersama. Hal ini sejalan dengan penelitian Ndoye (2017) yang menunjukkan bahwa peer learning melalui mekanisme peer assessment mampu memberikan umpan balik efektif, menciptakan lingkungan belajar yang suportif, serta meningkatkan kolaborasi antarsiswa.

Baca juga: Sejarah KH Hasyim Asy’ari dan Jejak Perjuangannya di Jombang

Dalam konteks tasmi’, ketika santri saling menyimak hafalan temannya, mereka bukan hanya memperbaiki kesalahan bacaan tetapi juga belajar bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri, menguatkan hafalan tanpa bergantung pada mushaf, serta membangun kepercayaan diri untuk tampil di depan orang lain. Dengan demikian, praktik tasmi’ hafalan menjadi metode yang selaras dengan konsep pembelajaran modern, karena mendorong keterlibatan aktif, rasa tanggung jawab, dan semangat kebersamaan dalam mencapai tujuan belajar.

Di PPTQ Al Muanawiyah Jombang, program tasmi’ hafalan menjadi salah satu tips murojaah hafalan untuk menjaga kualitas hafalan santri. Melalui metode ini, para santri tidak hanya menambah kedekatan dengan Al-Qur’an, tetapi juga melatih mental, kedisiplinan, dan semangat kebersamaan. Untuk mengetahui lebih banyak tentang program pendidikan kami, silakan kunjungi website resmi PPTQ Al Muanawiyah.

Referensi:

Ndoye, Abdou. (2017). Peer/ self-assessment and student learning. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education 29(2): 255-269 

Semarak HUT RI Ke-80 Al Muanawiyah Jombang

Semarak HUT RI Ke-80 Al Muanawiyah Jombang

Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia selalu menjadi momen penuh makna bagi seluruh rakyat. Hal ini juga terasa di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Al Muanawiyah Jombang. Tahun 2025 ini, pesantren ikut merayakan HUT RI Ke-80 Al Muanawiyah dengan semangat kebersamaan yang luar biasa. Bagi para santri, momentum ini bukan sekadar perayaan, melainkan cara untuk mengenang jasa para pahlawan. Lebih dari itu, santri juga belajar menghayati arti kemerdekaan dalam kehidupan sehari-hari.

Rangkaian kegiatan di pesantren berlangsung meriah sekaligus mendidik. Para santri mengikuti berbagai acara dengan penuh antusias. Ada malam kebersamaan dengan bakar-bakar, upacara bendera, hingga lomba-lomba kreatif yang mengasah kerja sama. Selain itu, kegiatan seperti lomba tongkat sahabat, tebak surat, puzzle ayat, balap sarung, dan sendok kelereng membuat suasana semakin hangat.

Tidak berhenti di situ, santri juga diajak memperkuat nilai religius melalui doa dan tahlil bersama. Kemudian, ada pula nonton bareng film bertema nasionalisme yang memberikan pelajaran berharga. Dengan demikian, seluruh kegiatan menghadirkan suasana menyenangkan, penuh tawa, sekaligus mengandung nilai pendidikan.

Peringatan HUT RI Ke-80 pondok pesantren tahfidz putri JOmbang Al Muanawiyah
Semarak peringatan HUT RI ke-80 PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Pesan Pengasuh dalam HUT RI Ke-80 Al Muanawiyah

Dalam momen HUT RI Ke-80 Al Muanawiyah, Pengasuh pesantren menyampaikan pesan inspiratif. Pertama, beliau menekankan pentingnya bersatu sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran ayat 103:

“وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا”

yang artinya “Berpeganglah kalian semuanya pada tali Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai.”

Selain itu, santri juga diajak untuk memahami arti berdaulat. Menurut beliau, rakyat harus berani menegakkan kebenaran serta menolak kebatilan, bahkan saat pemimpin tidak bersikap adil. Kemudian, beliau menekankan peran santri dalam menjadi bagian dari Indonesia maju. Hal ini bisa diwujudkan dengan cara terbaik sesuai peran masing-masing. Seorang guru mendidik dengan penuh dedikasi. Seorang pemimpin membawa keadilan. Sementara seorang murid berusaha menjadi insan luar biasa yang kelak berkontribusi bagi bangsa.

Selanjutnya, beliau menegaskan bahwa kemerdekaan yang diperjuangkan para pahlawan harus dijaga dengan sungguh-sungguh. Beliau mengutip sebuah pesan: “When one generation tolerates one sin, the next generation celebrates the sin, then the generation after did not know that it’s sin.” Oleh karena itu, santri diingatkan untuk tidak menormalisasi kesalahan. Sebab, jika hal itu dibiarkan, akan menimbulkan bahaya besar di masa depan.

Peringatan HUT RI Ke-80 Al Muanawiyah menjadi momen penuh hikmah. Di satu sisi, kegiatan menghadirkan keceriaan. Namun di sisi lain, ia juga menanamkan rasa syukur dan tanggung jawab. Harapannya, para santri tidak hanya mampu menjaga nilai kemerdekaan, tetapi juga merawatnya dengan ilmu dan akhlak mulia. Dengan semangat belajar serta tekad kuat, santri Al Muanawiyah siap menjadi generasi penerus bangsa. Mereka diharapkan tumbuh menjadi insan berilmu, berakhlak, dan mampu membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.

Alasan Di Balik Penyebutan Hari Jumat Sayyidul Ayyam

sayyidul ayyam hari Jumat, keutamaan hari Jumat. Kalender Friday Hari Jumat
Keutamaan hari Jumat sebagai sayyidul ayyam

Hari Jumat sayyidul ayyam adalah sebutan yang diberikan Rasulullah ﷺ untuk menegaskan kemuliaan hari ini di atas hari-hari lainnya. Istilah sayyidul ayyam berarti “penghulu hari-hari”, yaitu hari yang memiliki keistimewaan besar bagi umat Islam. Dalam sebuah hadits yang dihasankan oleh Al-Albani dalam Sahih al-Jami’ no. 2279. Riwayat Ibnu Majah no. 1084 dan An-Nasa’i no. 1374, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ سَيِّدُ الأَيَّامِ، وَأَعْظَمُهَا عِنْدَ اللَّهِ، وَهُوَ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ يَوْمِ الأَضْحَى وَيَوْمِ الْفِطْرِ، فِيهِ خَمْسُ خِلَالٍ: خَلَقَ اللَّهُ فِيهِ آدَمَ، وَأَهْبَطَ اللَّهُ فِيهِ آدَمَ إِلَى الأَرْضِ، وَفِيهِ تَوَفَّى اللَّهُ آدَمَ، وَفِيهِ سَاعَةٌ لاَ يَسْأَلُ اللَّهَ فِيهَا الْعَبْدُ شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ مَا لَمْ يَسْأَلْ حَرَامًا، وَفِيهِ تَقُومُ السَّاعَةُ، وَمَا مِنْ مَلَكٍ مُقَرَّبٍ، وَلاَ سَمَاءٍ وَلاَ أَرْضٍ وَلاَ رِيحٍ وَلاَ جِبَالٍ وَلاَ بَحْرٍ إِلاَّ وَهُنَّ يُشْفِقْنَ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ

Artinya:
“Sesungguhnya hari Jumat adalah pemimpin hari-hari (sayyidul ayyam) dan yang paling agung di sisi Allah, bahkan lebih agung daripada hari Idul Adha dan Idul Fitri. Pada hari itu ada lima peristiwa: Allah menciptakan Adam, menurunkannya ke bumi, mewafatkannya, pada hari itu ada satu waktu yang tidaklah seorang hamba memohon kepada Allah sesuatu melainkan Allah memberinya selama ia tidak meminta yang haram, dan pada hari itu Kiamat akan terjadi. Tidaklah ada malaikat yang dekat (kepada Allah), langit, bumi, angin, gunung, atau laut kecuali mereka khawatir pada hari Jumat.”

Keistimewaan hari Jumat tidak hanya terkait dengan sejarah penciptaan manusia, tetapi juga karena hari ini menjadi waktu khusus untuk beribadah. Allah ﷻ memerintahkan kaum muslimin untuk meninggalkan segala aktivitas dunia ketika adzan Jumat berkumandang, dan bersegera menuju dzikir kepada-Nya (QS. Al-Jumu’ah: 9). Perintah ini menunjukkan betapa mulianya kedudukan hari Jumat di sisi Allah.

Amalan Utama di Sayyidul Ayyam

Selain shalat Jumat, terdapat banyak amalan sunnah yang dianjurkan, seperti membaca surah Al-Kahfi, memperbanyak shalawat, mandi sunnah sebelum berangkat shalat, dan memperbanyak doa di waktu mustajab antara ashar dan maghrib. Para ulama menegaskan, amalan di hari Jumat akan dilipatgandakan pahalanya.

Tradisi ulama salaf juga menempatkan hari Jumat sebagai momentum utama untuk memperbanyak sedekah. Mereka meyakini bahwa sedekah di hari yang mulia ini membawa keberkahan berlipat, sesuai dengan semangat memuliakan sayyidul ayyam. Di berbagai pesantren di Jombang, para santri terbiasa mengisi hari Jumat dengan khataman Al-Qur’an, kajian kitab kuning, dan doa bersama untuk umat Islam.

Dengan segala keutamaannya, wajar jika hari Jumat disebut sebagai penghulu segala hari. Ini bukan sekadar penamaan simbolis, tetapi sebuah pengakuan atas kedudukan spiritualnya yang istimewa. Mari kita isi hari Jumat dengan amal terbaik, sehingga setiap pekan kita mendapatkan keberkahan yang dijanjikan Allah ﷻ.

Bagi Anda yang ingin menghidupkan sunnah sedekah di hari Jumat sekaligus mendukung pendidikan para santri, Pondok Pesantren Al-Mu’anawiyah Jombang membuka peluang donasi dan wakaf pendidikan. Informasi selengkapnya dapat diakses melalui website resmi  kami.