Seleksi Wisuda Tahfidz 2025 PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Seleksi Wisuda Tahfidz 2025 PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Pada Kamis, 21 Agustus 2025 Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Al Muanawiyah Jombang melaksanakan seleksi wisuda tahfidz bagi para santriwati. Kegiatan ini menjadi ajang penting untuk mengukur kemampuan bacaan Al-Qur’an santri sekaligus penentu santri lolos wisuda tahun ini.

Wisuda Tahfidz ini merupakan agenda rutin untuk memberikan penghargaan kepada santriwati yang telah mencapai target hafalan maupun bacaan Al-Qur’an dengan baik. Tahun ini menjadi pelaksanaan wisuda tahfidz kedua, dengan dua kategori, yaitu Bil Ghoib (hafalan) dan Binnadzor (membaca Al-Qur’an dengan tartil dan sesuai kaidah tajwid). Kedua kategori ini menunjukkan bahwa pesantren tidak hanya menekankan pada aspek hafalan, tetapi juga kualitas bacaan yang benar. Sehingga santri benar-benar siap menjadi generasi Qur’ani yang seimbang antara hafalan dan tilawah.

Baca juga: Santri Pramuka, Potret Santri Tangguh Berakhlak Mulia

Semarak Seleksi Wisuda Tahfidz 2025

Seleksi ini diadakan dengan tujuan memastikan bahwa santri yang terpilih benar-benar memiliki kualitas bacaan yang baik, tartil, dan sesuai dengan kaidah tajwid. Selain itu, proses ini juga menumbuhkan semangat belajar Al-Qur’an di kalangan santri lainnya agar terus meningkatkan mutu hafalan dan bacaannya. Suasana seleksi berjalan khidmat sekaligus penuh semangat. Para santri menampilkan bacaan terbaik mereka dengan harapan bisa masuk dalam daftar wisudawati tahun ini.

seleksi wisuda tahfidz 2025 binnadzor. ujian tartil Al-Qur'an, ujian membaca Al-Qur'an santri putri pondok pesantren tahfidz Jombang. Santri putri sedang setoran ke ustadz
Potret seleksi wisuda tahfidz binnadzor di PPTQ Al Muanawiyah Jombang (25/8/2025)

Tercatat ada 30 peserta yang mengikuti seleksi. Setelah melalui penilaian ketat, sebanyak 20 santri dinyatakan lolos untuk melangkah ke tahap wisuda. Hasil ini menjadi bukti kesungguhan para santriwati dalam menjaga dan memperindah bacaan Al-Qur’an mereka.

Seleksi dilakukan dengan sistem maju satu per satu. Setiap peserta diminta membaca satu halaman Al-Qur’an secara tartil di hadapan para penguji. Setelah itu, mereka mendapat lima pertanyaan seputar hukum tajwid untuk menguji pemahaman teori yang mendukung praktik bacaan.Dua penguji yang dipercaya dalam kegiatan ini adalah Ustadz Mustahal dan Ustadz Musthofa. Keduanya memberikan penilaian objektif, mencakup kelancaran bacaan, ketepatan hukum tajwid, serta adab membaca Al-Qur’an.

Semangat Santri dan Harapan Ke Depan

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah berharap kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang seleksi formal, tetapi juga menjadi motivasi bagi seluruh santri untuk terus memperdalam ilmu Al-Qur’an, baik dari sisi hafalan maupun pemahaman tajwidnya. Dengan adanya seleksi wisuda tahfidz ini, PPTQ Al Muanawiyah menegaskan komitmennya dalam mencetak generasi Qur’ani. Generasi yang tidak hanya menghafal, tetapi juga menjaga kesucian bacaan Al-Qur’an dengan penuh tanggung jawab.

Metode Sambung Ayat dan Tasmi’ Agar Hafalan Mutqin

Metode Sambung Ayat dan Tasmi’ Agar Hafalan Mutqin

Menghafal Al-Qur’an adalah perjalanan yang indah, namun tentu tidak mudah. Santri perlu bimbingan, metode yang tepat, dan lingkungan yang mendukung. Di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah, para pengasuh menghadirkan program khusus yang menggabungkan metode sambung ayat dan tasmi’. Gabungan ini terbukti membantu santri lebih fokus, lebih tangguh, dan hafalannya lebih kuat.

Apa Itu Metode Sambung Ayat?

Metode sambung ayat dilakukan dengan cara melanjutkan bacaan yang dihentikan di tengah, seperti metode yang digunakna untuk MHQ. Misalnya, guru atau teman membaca potongan ayat, lalu santri harus segera melanjutkan dengan ayat berikutnya. Cara ini sederhana, tetapi melatih fokus, konsentrasi, dan kesiapan hafalan. Banyak santri yang merasa lebih tertantang dengan metode ini karena mereka tidak hanya menghafal, tapi juga dituntut selalu sigap.

Mengapa Perlu Dikombinasikan dengan Tasmi’?

Di sisi lain, ada metode tasmi’, yaitu santri menyetorkan hafalan secara penuh di hadapan guru. Metode ini telah lama digunakan di banyak pondok pesantren tahfidz unggulan. Di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang, tasmi’ dilakukan dengan beragam tingkatan, yaitu 5 juz, 10 juz, hingga kelipatan 5 seterusnya sampai 30 juz. Program ini ditujukan untuk menguatkan hafalan santri, selain meningkatkan kepercayaan diri santri dalam membacakan ayat-ayat Al-Qur’an.

 Gambar santri putri sedang menyetorkan hafalan ke temannya ilustrasi metode sambung ayat dan tasmi' hafalan
Potret rangkain tasmi’ yang didahului dengan metode sambung ayat santri PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Baca juga: Program Unggulan Tahfidz Mengantarkan Mutqin 30 Juz

Tasmi’ membuat hafalan lebih lancar dan rapi. Namun, jika hanya mengandalkan tasmi’ saja, terkadang hafalan masih mudah lupa. Karena itu, di PPTQ Al Muanawiyah, kedua metode ini digabungkan sehingga saling melengkapi. Tasmi’ membantu melancarkan hafalan, sedangkan sambung ayat menguatkan ingatan dan melatih kecepatan tanggap. Dengan kombinasi ini, santri lebih percaya diri dalam muroja’ah, siap menghadapi ujian hafalan, dan bahkan lebih matang ketika mengikuti lomba MTQ atau STQ. Yang terpenting, hafalan mereka tidak hanya sekadar diucapkan, tapi benar-benar tertanam kuat dalam ingatan.

Program ini adalah salah satu keunggulan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah, sebuah pesantren tahfidz putri yang berkomitmen mendidik generasi Qur’ani. Jika Anda ingin putri Anda mendapatkan bimbingan terbaik dalam menghafal Al-Qur’an dengan metode sambung ayat dan tasmi’, mari bergabung bersama kami.

 

Adab Berbicara dari Kajian Kitab Washiyatul Musthafa

Adab Berbicara dari Kajian Kitab Washiyatul Musthafa

Adab berbicara adalah salah satu bagian penting dari ajaran Islam yang sering ditekankan dalam berbagai kitab, salah satunya Washiyatul Musthafa. Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa lisan adalah amanah. Meski tidak bertulang, ia bisa mendatangkan manfaat besar atau justru menimbulkan bahaya yang lebih tajam daripada pedang. Karena itu, seorang Muslim wajib berhati-hati menjaga setiap kata yang keluar dari mulutnya.

 

Bahaya Lisan yang Tidak Dijaga

Salah satu bentuk kelalaian dalam berbicara adalah mudah mencela, menghina, atau ghibah. Dalam kitab Washiyatul Musthofa dijelaskan bahwa ghibah memiliki konsekuensi besar: pelakunya harus meminta maaf langsung kepada orang yang digibahi dengan menyebutkan kesalahannya. Jika tidak, maka ada kafarat atau hukuman yang menanti. Bahkan laknat seorang Muslim kepada sesama Muslim ibarat boomerang—ucapan itu akan kembali kepada dirinya sendiri.

Dua wanita berhijab berbincang sambil tersenyum, ilustrasi adab berbicara menurut Kitab Washiyatul Musthafa
Adab berbicara yang yang baik (foto: freepik)

Menjaga Adab Berbicara di Era Digital

Di zaman sekarang, menjaga adab berbicara menjadi semakin penting. Manusia bisa “bicara” tanpa membuka mulut, cukup dengan mengetik komentar atau membuat postingan di media sosial. Fenomena akun gosip atau budaya ghibah bareng netizen adalah contoh nyata betapa mudahnya orang melupakan adab bicara. Padahal, dosa ghibah tetaplah sama, baik dilakukan secara langsung maupun melalui jari-jari di dunia maya.

Baca juga: Bahaya Banyak Bicara Bagi Hati dan Kekhusyukan Ibadah

Jika seseorang berani menyebarkan keburukan orang lain, maka ia juga harus berani menanggung konsekuensinya. Efek dari lisan, baik lisan nyata maupun lisan digital, bisa memecah ukhuwah, menumbuhkan kebencian, bahkan menyeret pelakunya kepada murka Allah.

Menjaga adab berbicara bukan hanya tentang sopan santun, tetapi juga menyangkut keselamatan akhirat. Lisan yang tidak dapat dikendalikan diibaratkan seperti anjing buas, yang siap menerkam musuhnya dengan galak. Rasulullah ﷺ mengajarkan agar lisan kita selalu terjaga dari celaan, ghibah, maupun laknat. Di era digital, pesan ini semakin relevan: pikirkan baik-baik sebelum berucap maupun sebelum mengetik

 Untuk penjelasan lebih lengkap, mari simak kajian kitab Washiyatul Musthafa tentang adab berbicara di channel YouTube Al Muanawiyah. Semoga Allah menjaga lisan kita agar selalu terarah pada kebaikan.

Huru Hara Politik Indonesia: Siapa yang Sebenarnya Bersalah?

Huru Hara Politik Indonesia: Siapa yang Sebenarnya Bersalah?

Pertanyaan besar muncul pasca demonstrasi 28 Agustus 2025 yang berujung huru hara politik di berbagai daerah. Saya dan istri berdiskusi, “Siapa yang salah?” Pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Apakah ulama? Umaro? Atau masyarakat sendiri? Jika ditelusuri lebih dalam, akar masalah tidak sesederhana menunjuk satu pihak.

Akar Masalah dari Pemilu hingga Kebijakan

Demonstrasi kemarin dipicu kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada rakyat. Namun bila ditarik ke belakang, budaya politik uang dalam pemilu menjadi salah satu cikal-bakalnya. Ungkapan populer seperti “kalau tidak ada amplop, tidak nyoblos” atau “serangan fajar jadi penentu pilihan” mencerminkan rapuhnya demokrasi kita.

Politisi pun sering mengeluhkan bahwa biaya menuju kursi legislatif sangat tinggi. Alhasil, sebagian terjebak pada praktik bagi-bagi uang demi dukungan. Ormas yang seharusnya netral juga sering kali ikut terpolarisasi, hingga marwahnya menurun di mata masyarakat.

huru hara politik Indonesia, demo 28 Agustus 2025, Affan Kurniawan, tunjangan DPR, tuntutan rakyat, demo Indonesia 2025
Potret huru hara politik Indonesia saat demonstrasi di depan gedung DPR Jakarta, 25 Agustus 2025 (foto: tempo.co)

Kesenjangan yang Melebar

Masalah lain terletak pada jurang sosial-ekonomi yang semakin terasa. Peneliti Ray Rangkuti pernah menyinggung perbedaan mencolok antara gaji DPR dengan rata-rata penghasilan rakyat. Bayangkan, rakyat hanya memperoleh Rp100 ribu per hari, sedangkan pejabat bisa mengantongi Rp3 juta per hari. Perbandingan inilah yang menimbulkan kecemburuan sosial sekaligus menumbuhkan ketidakpercayaan pada sistem politik.

Baca juga: Potensi Zakat Tunjangan DPR dan Peluang Kebermanfaatannya

Ulama, Umaro, dan Tanggung Jawab Bersama

Sayangnya, ulama belum sepenuhnya hadir memberi solusi. Banyak kebijakan yang meresahkan umat justru dibiarkan tanpa suara tegas. Akibatnya, petuah keagamaan terdengar kurang sejuk di mata masyarakat. Sementara umaro, atau pemerintah, terikat kepentingan partai dan kekuasaan politik, sehingga sulit berpihak total kepada rakyat.

Belum lagi lembaga yudikatif yang dinilai masih lemah dalam menegakkan hukum dengan adil. Semua ini berujung pada keresahan publik, yang kemudian meledak dalam bentuk demonstrasi, huru hara, bahkan shalat ghaib bersama. Saat demo terjadi yang dinilai menjadi pengayom ikut serta menambah masalah baru terjadinya salah satu Ojol (Ojek Online) terlindas meninggal, ini menjadi letupan menambah besarnya api kemarahan masyarakat. Entah apakah ini murni gerakan rakyat atau ada rekayasa elit politik, faktanya kondisi Indonesia memang tidak baik-baik saja.

Menatap Pemilu dengan Bijak

Masyarakat harus lebih bijak saat pemilu. Jangan tergiur uang Rp20 ribu atau Rp50 ribu yang habis dalam sehari, namun menjerat dalam lima tahun kebijakan yang menekan. Ulama pun jangan tergoda kekuasaan. Mereka harus menjadi penggerak moral, penyejuk, sekaligus pengingat bagi penguasa. Pemerintah juga harus membuka telinga, mendengarkan aspirasi rakyat, bukan justru menutup diri.

Sebagaimana di tulis Gus Nadhirsyah Hosein dan dikutip dari Imam al-Ghazali pernah mengingatkan:

‎وَبِالْجُمْلَةِ، إِنَّمَا فَسَدَتِ الرَّعِيَّةُ بِفَسَادِ الْمُلُوكِ، وَفَسَادُ الْمُلُوكِ بِفَسَادِ الْعُلَمَاءِ، فَلَوْلَا الْقُضَاةُ السُّوءُ وَالْعُلَمَاءُ السُّوءُ لَقَلَّ فَسَادُ الْمُلُوكِ خَوْفًا مِّنْ إِنْكَارِهِمْ

“Secara umum, kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan penguasa. Kerusakan penguasa berakar dari ulama yang rusak. Jika tidak ada hakim dan ulama yang buruk, niscaya kerusakan penguasa akan berkurang karena mereka takut pada kritik ulama.”

Baca juga: Ikhlas vs Pasrah: Polemik Kesejahteraan Guru di Indonesia

Doa untuk Negeri

Huru hara politik Indonesia tidak akan berhenti jika semua pihak saling lempar tanggung jawab. Ulama, umaro, dan rakyat harus introspeksi. Hanya dengan sinergi, kejujuran, dan niat baik, Indonesia bisa keluar dari lingkaran krisis.

اللهم اجعل هذا البلد اندنسيا آمناً مطمئناً وسائر بلاد المسلمين

Semoga Allah menjadikan negeri ini aman, tenteram, dan penuh keberkahan.

A. Muammar Sholahuddin, S.Pd., M.Pd.
Founder Al-Muanawiyah

Asbabun Nuzul Al Zalzalah: Setiap Amal Kecil Pasti Dibalas

Asbabun Nuzul Al Zalzalah: Setiap Amal Kecil Pasti Dibalas

Surat Al Zalzalah adalah surat ke-99 dalam Al-Qur’an yang terdiri dari delapan ayat dan termasuk golongan surat Madaniyah. Surat ini menggambarkan dahsyatnya peristiwa hari kiamat, ketika bumi diguncangkan dan segala amal manusia ditampakkan tanpa terkecuali. Membahas asbabun nuzul Al Zalzalah menjadi penting karena memberikan pemahaman mengapa ayat-ayat ini diturunkan serta bagaimana pesan keadilan Allah ditegaskan. Meskipun singkat, tafsir surat Al Zalzalah ini mengingatkan bahwa setiap perbuatan, baik sekecil apapun, akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Asbabun Nuzul Al Zalzalah

Menurut penjelasan ulama tafsir, asbabun nuzul Al Zalzalah berkaitan dengan kekhawatiran para sahabat tentang keadilan Allah. Mereka bertanya-tanya apakah amal kecil yang mereka lakukan benar-benar akan diperhitungkan. Maka Allah menurunkan surat ini sebagai jawaban bahwa setiap amal, baik besar maupun kecil, akan dicatat dan diperlihatkan kelak.

Asbabun nuzul Al Zalzalah, keadilan dalam hisab amal, amal yang diterima dalam Islam
Ilustrasi asbabun nuzul Al Zalzalah tentang setiap amal akan ada balasannya (freepik.com)

Ayat terakhir menegaskan:

“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya)” (QS. Az-Zalzalah: 7–8).

Dengan turunnya ayat ini, para sahabat dan umat Islam diyakinkan bahwa tidak ada satu amal pun yang sia-sia.

Baca juga: Asbabun Nuzul Surat Al-Bayyinah dan Pesan Pentingnya

Pesan Moral dari Surat Al Zalzalah

Pesan utama dari surat ini adalah pengingat bahwa keadilan Allah sangat sempurna. Tidak ada yang terlewat, bahkan sekecil dzarrah sekalipun. Hal ini menjadi motivasi bagi umat Islam agar senantiasa menjaga amal perbuatan, meski tampak sepele, karena semuanya akan kembali kepada diri sendiri di hari akhir.

Selain itu, surat ini juga menjadi penghibur bagi mereka yang merasa amal kecil mereka tidak berarti. Justru Allah menegaskan bahwa setiap perbuatan akan bernilai.

Baca juga: Hasbunallah Wa Ni’mal Wakiil: Asal-Usul dan Maknanya

Di zaman modern, banyak orang merasa tertekan oleh kesibukan dunia dan terkadang meremehkan amal kecil seperti tersenyum, menyingkirkan duri dari jalan, atau membantu orang lain. Begitu juga banyak orang menyepeleken dosa kecil maupun besar, seperti berbohong, memfitnah, zina, atau korupsi. Namun melalui asbabun nuzul Al Zalzalah, kita diingatkan bahwa semua amal itu akan dihitung di hadapan Allah.

Kesadaran ini seharusnya menumbuhkan semangat untuk terus berbuat baik, sekaligus menjadi pengingat agar menjauhi kezaliman meskipun tampak kecil. Karena Allah adalah Dzat yang Maha Mengetahui apa yang terjadi di langit dan bumi. Semoga kita selalu dilindungi Allah dari hal-hal yang menjauhkan dari ridlo-Nya serta dimudahkan untuk selalu mawas diri.

Zakat vs Wakaf, Mana yang Lebih Baik untuk Pendidikan?

Zakat vs Wakaf, Mana yang Lebih Baik untuk Pendidikan?

Di Indonesia, pesantren dan lembaga pendidikan Islam sering menjadi sasaran para donatur yang ingin beramal. Namun, muncul pertanyaan: lebih tepatkah mendukung pendidikan dengan zakat atau dengan wakaf? Kedua instrumen ini sama-sama bernilai ibadah, tetapi memiliki aturan yang berbeda.

1. Zakat: Wajib dan Terikat Syariat

Zakat adalah kewajiban setiap Muslim yang telah memenuhi nisab dan haul. Allah ﷻ telah menetapkan penerimanya dalam delapan golongan (ashnaf) pada QS. At-Taubah ayat 60. Di antara golongan itu ada fakir, miskin, dan fi sabilillah yang dapat dikaitkan dengan dunia pendidikan.

Contohnya, santri miskin yang belajar di pesantren dapat menerima zakat. Begitu juga lembaga pendidikan Islam bisa menggunakan dana zakat untuk program fi sabilillah, selama benar-benar mendukung perjuangan di jalan Allah.

Namun, zakat tidak bisa dialihkan sepenuhnya menjadi wakaf pendidikan. Jika seseorang ingin membangun gedung pesantren atau membiayai operasional jangka panjang, itu bukan ranah zakat, melainkan ranah wakaf atau infak.

ilustrasi zakat mal dan wakaf, gambar tangan menggenggam banyak koin emas
Ilustrasi zakat mal

2. Wakaf: Sunnah dan Berorientasi Jangka Panjang

Berbeda dengan zakat, wakaf hukumnya sunnah dan lebih fleksibel. Wakaf biasanya berbentuk tanah, bangunan, atau dana yang dikelola untuk manfaat jangka panjang. Pendidikan menjadi salah satu bidang utama wakaf, terbukti dengan berdirinya banyak pesantren, universitas Islam, hingga rumah sakit berbasis wakaf.

Jika zakat harus segera disalurkan kepada mustahik, keutamaan wakaf justru dikelola agar manfaatnya terus berkelanjutan. Seorang Muslim yang ingin mendukung pesantren agar bertahan lama, membangun asrama, atau memberi beasiswa berkelanjutan, lebih tepat menyalurkan wakaf.

3. Pengelolaannya di Indonesia

Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 menegaskan bahwa zakat sebaiknya dikelola oleh lembaga resmi seperti BAZNAS atau LAZ agar terdata dan transparan. Meski begitu, zakat tetap sah jika disalurkan langsung kepada mustahik.

Sedangkan wakaf diatur dalam UU No. 41 Tahun 2004. Wakaf biasanya dikelola oleh nadzir (pengelola wakaf) yang bertugas menjaga dan mengembangkan aset wakaf agar manfaatnya berkesinambungan.

Zakat vs Wakaf untuk Pendidikan

Zakat dan wakaf sama-sama menjadi instrumen penting untuk menjaga keberlangsungan pendidikan Islam di Indonesia. Jika zakat membantu santri dan guru bertahan di tengah keterbatasan, wakaf memastikan bahwa pesantren tetap berdiri kokoh dari generasi ke generasi.

Karena itu, mari kita mulai melihat pendidikan sebagai ladang amal jariyah. Dengan wakaf, setiap rupiah yang kita titipkan akan terus mengalir menjadi pahala selama ilmu dari pesantren itu diajarkan. Bayangkan, doa dari para santri dan generasi Qur’ani kelak bisa menjadi saksi amal kita di hadapan Allah.

Bagi siapa pun yang ingin berkontribusi lebih, menyalurkan wakaf pendidikan melalui pondok pesantren adalah pilihan yang mulia. Tidak perlu menunggu kaya, karena wakaf bisa dimulai dari kecil—yang penting niatnya tulus untuk Allah. Kunjungi website kami untuk mengetahui lebih lanjut program wakaf pembangunan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Jombang.

Referensi:

  1. Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 60.

  2. UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

  3. UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

  4. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

  5. Badan Wakaf Indonesia (BWI)

Motivasi Menghafal Al-Qur’an: Tidak Mondok Bukan Hambatan

Motivasi Menghafal Al-Qur’an: Tidak Mondok Bukan Hambatan

Al MuanawiyahPerjalanan menghafal Al-Qur’an sering kali dianggap bergantung pada faktor eksternal, seperti sekolah Islam, fasilitas pesantren, atau dukungan lingkungan. Padahal kenyataannya, porsi terbesar justru ada pada tekad dari dalam diri. Tanpa keteguhan hati, hafalan akan mudah terhenti meskipun sarana sudah tersedia. Inilah cerita tentang motivasi menghafal Al-Qur’an.

Ia adalah Qori Qonitatuz Zahra, 25 tahun, asal Jombang. Bukanlah santri mukim di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang, juga belum pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren. Ia hanya mengikuti setoran hafalan, namun semangatnya dalam menghafal Al-Qur’an luar biasa. Pada September 2025 mendatang, Qori akan menjadi salah satu dari 25 santri yang diwisuda tahfidz.

gambar santri Qori Qonitatuz Zahra sedang melakukan tasmi' hafalan 25 juz
Tasmi’ hafalan 25 juz Qori Qonitatuz Zahra

Menariknya, Qori adalah satu-satunya anak di keluarganya yang menekuni jalan sebagai penghafal Al-Qur’an. Latar belakang keluarganya bukan lulusan pesantren, sehingga perjalanannya penuh tantangan. Ia harus menghadapi kesulitan membagi prioritas, ditambah dengan masalah internal keluarga yang turut memengaruhi semangatnya.

Awal Perjalanan Menghafal

Qori mulai menghafal sejak duduk di bangku SD. Setelah menuntaskan jilid mengaji, ia melanjutkan ke kelas membaca Al-Qur’an sekaligus hafalan di kelas 4 SD. Lulus SMP, ia sudah mengantongi 8 juz hafalan. Namun, motivasi awalnya hanya sebatas menyelesaikan program di Sekolah Islam Terpadu. Sehingga ketika melanjutkan ke SMA Negeri, semangat itu meredup.

Tiga tahun di SMA menjadi masa berhentinya hafalan. Ia masih sempat murojaah pada kelas 10 SMA. Namun pengalaman dibully, perasaan malu, dan sulitnya membagi prioritas membuatnya berhenti hafalan. Ia tetap berusaha berpakaian syar’i dan mengikuti kajian rutin, meski diejek teman dan guru dengan sebutan “bu hajjah”. “Saya merasa hidup saya kosong selama SMA itu,” kenangnya.

Bangkit Kembali di Perguruan Tinggi

Perjalanan berubah saat ia kuliah di Universitas Airlangga. Awalnya Qori tidak berniat melanjutkan hafalan, tetapi Allah menakdirkan ia bertemu dengan informasi pendaftaran asrama mahasiswa yang memiliki program tahfidz, dan diterima. “Sepertinya itu berkat doa orangtua yang ingin anaknya jadi penghafal Al-Qur’an, saya ndak minta,” jelasnya sambil terkekeh.

Meski sempat kehilangan hafalan karena berhenti tiga tahun, Qori berusaha bangkit. Ia membagi waktu antara hafalan dengan kuliah, organisasi, lomba, dan pekerjaan. Tidur lebih malam dan bangun lebih pagi menjadi rutinitasnya. Ketekunan itu membuahkan hasil, ia memperoleh beasiswa tahfidz bebas UKT (Uang Kuliah Tunggal) selama 4 semester. Saat lulus Diploma 3, ia berhasil meraih penghargaan mahasiswa berprestasi tingkat fakultas. Pasca menuntaskan studi Diploma 4, hafalannya bertambah hingga 22 juz, dan ia melanjutkannya di PPTQ Al Muanawiyah Jombang.

Baca juga: Nyaris Menyerah, A’yun Lulus Wisuda Tahfidz dan Beasiswa

Keberkahan dari Al-Qur’an

Qori menyadari bahwa perjuangan menghafal Al-Qur’an penuh ujian, tetapi justru mendatangkan banyak kemudahan. Ia merasa dikuatkan dari trauma, dijauhkan dari pekerjaan yang kurang baik, hingga dianugerahi beasiswa kuliah. “Alhamdulillah, sulit-sulitnya jalan yang dihadapi, saya selalu anggap bahwa ini cara Allah membersihkan dan menjauhkan saya dan keluarga dari keburukan,” ungkapnya.

Ia juga berterimakasih kepada pengasuh pondok, Ayah Amar dan Uma Ita Harits, yang telah mengizinkannya melanjutkan hafalan di sana. Bersyukur bertemu dengan tempat yang sesuai. “Program di sini sangat mendukung untuk memutqinkan hafalan, seperti menyetorkan hafalan lama atau nyangking setiap setoran dan tasmi’,” tambahnya. Dia mengkhatamkan hafalannya di PPTQ Al Muanawiyah Jombang, setelah 14 tahun lamanya berjuang.

Motivasi menghafal Al-Qur’an

Sebagai penutup, Qori berpesan kepada para penghafal Al-Qur’an yang sedang berjuang:

“Teruskan jalanmu, jangan berhenti meskipun belum terlihat hasilnya di depan mata. Kita tidak pernah tahu dari amalan apa keberkahan dan kemudahan hidup yang kita dapatkan. Para penghafal Al-Qur’an, yang sudah jelas janji Allah akan dimuliakan, InsyaAllah akan mendapatkan itu. Yakin, harus percaya penuh.”

Kisah Qori Qonitatuz Zahra menjadi bukti nyata bahwa motivasi menghafal Al-Qur’an tidak lahir dari kondisi yang serba mudah, melainkan dari kesungguhan hati. Dengan tekad yang kuat dan doa orang tua, jalan menghafal Al-Qur’an akan selalu terbuka, meski penuh liku.

Tuntas Pelaksanaan ANBK 2025 di SMP Qur’an Al Muanawiyah

ANBK SMP Quran Al Muanawiyah Jombang, Asesmen Nasional Berbasis Komputer 2025 SMP Jombang
Pelaksanaan ANBK SMP Qur’an Al Muanawiyah Jombang

SMP Qur’an Al Muanawiyah menggelar rangkaian kegiatan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) tahun 2025. Sebelum pelaksanaan utama, terlebih dahulu dilaksanakan gladi pada tanggal 19–20 Agustus. Gladi ini menjadi ajang pemantapan sekaligus uji coba kesiapan sarana, jaringan, dan keterampilan siswi dalam menghadapi ujian berbasis komputer. Setelah berjalan dengan lancar, sekolah kemudian bersiap menyongsong ANBK utama yang digelar pada 25–26 Agustus.

Peserta kegiatan tahun ini adalah 16 siswi kelas VIII yang dibagi dalam dua sesi setiap harinya. Sesi pertama dimulai pukul 07.30 hingga 09.40, sedangkan sesi kedua berlangsung pada pukul 10.40 hingga 12.50. Dengan pembagian tersebut, seluruh peserta dapat mengikuti ujian dengan lebih nyaman dan kondusif. Kehadiran para siswi pun patut diapresiasi karena mencapai 100%, menandakan kesungguhan mereka dalam menghadapi asesmen ini.

Di balik kelancaran acara ini, terdapat peran besar panitia yang bekerja sama dengan penuh tanggung jawab. Kepala sekolah, Lia Amirotus Zakiyah, S.Pd., bertindak sebagai penanggung jawab, dengan dukungan Noviyanti Finisa Nirmala, S.Pd., selaku ketua sekaligus proktor. Selain itu, para panitia lain dari tenaga kependidikan juga turut berikhtiar dengan penuh tanggung jawab agar kegiatan berlangsung sukses tanpa hambatan berarti. Pelaksanaan ANBK berpusat di laboratorium komputer SMP Qur’an Al Muanawiyah. Alhamdulillah, perangkat komputer, laptop, dan jaringan telah disiapkan dengan baik, bahkan sebelumnya berhasil melakukan sinkronisasi dengan pusat. Hal ini membuktikan bahwa kesiapan sekolah dari segi sarana prasarana sudah memenuhi standar.

Harapan Besar dari Pelaksanaan ANBK SMP

Kegiatan ANBK bukan sekadar evaluasi kemampuan literasi dan numerasi siswi, tetapi juga menjadi salah satu upaya meningkatkan mutu sekolah. Harapan besar disampaikan oleh Waka Kurikulum sekaligus Koordinator ANBK, Noviyanti Finisa Nirmala, S.Pd., yang menekankan pentingnya asesmen ini untuk menumbuhkan kualitas pembelajaran, lingkungan belajar yang sehat, serta karakter siswi yang unggul. Ia berharap, dari SMP Qur’an Al Muanawiyah akan lahir generasi penghafal Al-Qur’an yang tidak hanya kuat secara spiritual, tetapi juga melek teknologi dan siap berkontribusi bagi dunia pendidikan Indonesia.

Dengan semangat dan doa yang mengiringi, SMP Qur’an Al Muanawiyah optimis bahwa pelaksanaan ANBK tahun ini akan membawa hasil terbaik, sekaligus menjadi langkah maju menuju pendidikan berkualitas yang seimbang antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan.

Info lebih lanjut kegiatan sekolah, klik di sini

Kunjungi juga website resmi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang.

Kurikulum Pondok Pesantren di Era Digital, Masihkah Relevan?

Kurikulum Pondok Pesantren di Era Digital, Masihkah Relevan?

Kurikulum pondok pesantren sejak dahulu identik dengan tradisi keilmuan Islam yang mendalam. Kajian kitab kuning, metode sorogan, serta bandongan menjadi ciri khas yang melahirkan generasi ulama dan penjaga tradisi keilmuan. Sistem ini terbukti mampu menjaga warisan intelektual Islam dan membentuk karakter santri yang kuat dalam pemahaman agama.

Mengenal kurikulum tempat anak kita bersekolah sangatlah penting. Karena dari sinilah kita bisa memahami arah pendidikan yang diberikan kepada para santri. Kurikulum tidak hanya menentukan metode belajar, tetapi juga membentuk pola pikir, adab, serta keterampilan yang akan dibawa santri dalam kehidupan nyata. Dengan memahami ini, orang tua maupun masyarakat dapat menilai kemampuan pondok pesantren dalam menjawab tantangan zaman sekaligus menjaga keluruhan tradisi Islam.

santri putri pondok pesantren tahfidz putri Jombang sedang tilawah bersama
Santri tilawah bersama sebagai bentuk penerapan kurikulum pondok pesantren Al Muanawiyah

Seiring berkembangnya zaman, silabus pondok pesantren menghadapi tuntutan modernisasi. Santri tidak hanya dituntut menguasai ilmu agama, tetapi juga harus mampu bersaing dalam bidang akademik dan sosial di era digital. Modernisasi ini tidak berarti meninggalkan tradisi, melainkan memperkaya dan menyesuaikannya dengan kebutuhan masa kini. Penggunaan teknologi, metode pembelajaran interaktif, serta tambahan kurikulum nasional menjadi langkah penting agar pesantren tetap relevan.

Dengan pendekatan tersebut, kurikulum pendidikan  santri mampu menjaga keseimbangan. Santri tetap mendapatkan kekuatan dari tradisi keilmuan salaf, namun juga memiliki keterampilan yang bermanfaat di kehidupan modern. Inilah yang kemudian melahirkan konsep integrasi: tradisi sebagai pondasi, modernisasi sebagai penguat, dan keduanya bersatu demi melahirkan generasi muslim yang berdaya saing.

Perpaduan Kurikulum Pondok Pesantren di Al Muanawiyah

Lalu bagaimana dengan Al Muanawiyah? Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang telah mengintegrasikan kurikulum tradisional dan modern secara harmonis. Tradisional di sini diwujudkan dalam pengajaran kitab kuning ala salafiyah. Sementara aspek modern hadir melalui program tahfidz dan pemanfaatan alat multimedia yang dioperasikan langsung oleh santri. Lebih jauh, PPTQ Al Muanawiyah Jombang memadukan kurikulum nasional, tahfidz, pesantren, dan IT. Sehingga santri bebas memilih fokus pengembangan sesuai minat serta potensi mereka.

Untuk memahami lebih dalam tentang konsep integrasi kurikulum pondok tradisional dan modern ini, Anda dapat menyimak Podcast Al Muanawiyah yang membahas tema “Kurikulum Pesantren antara Tradisi dan Modernisasi.” Podcast ini memberikan gambaran bagaimana pesantren hari ini mampu menjaga akar tradisinya sekaligus menjawab tantangan zaman modern.

Program Unggulan Tahfidz Mengantarkan Mutqin 30 Juz

Program Unggulan Tahfidz Mengantarkan Mutqin 30 Juz

Salah satu momen mengharukan sebagai bagian dari program unggulan tahfidz Al Muanawiyah adalan khatam setoran 30 juz. Hari Sabtu, 23 Agustus 2025, menjadi momen bersejarah bagi Early Azkiyatul dari Tulungagung. Santriwati yang juga murid SMA Quran Al Muanawiyah ini resmi khatam setoran 30 juz di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah. Tepat pada setoran halaman ke-20 juz 28, bacaan terakhirnya ditutup dengan doa khotmil Qur’an oleh Uma Ita Harits Unni’mah, S.PdI., M.PdI. selaku pengasuh pondok. Suasana penuh haru menyelimuti momen ini, menjadi saksi syukur atas ketekunan seorang santri dalam perjalanan panjang menghafal Al-Qur’an.

foto santri putri Pondok Pesantren tahfidzul Qur'an Al Muanawiyah yang khatam setoran 30 juz
Early, santri asal Tulungagung yang telah menuntaskan setoran 30 juz di PPTQ Al Muanawiyah

Hingga kini, sudah ada 15 santri khatam setoran 30 juz di PPTQ Al Muanawiyah dari total ratusan santri. Mereka datang dari berbagai daerah, mulai dari Sumatera, Jawa, Madura, Sulawesi, Maluku, hingga Papua. Capaian tersebut membuktikan bahwa semangat menjadi penghafal Al-Qur’an mampu melintasi batas geografis maupun latar belakang keluarga.

Metode Fabina-Ziyarotan: Program Unggulan Tahfidz Al Muanawiyah

Sejak berdiri tahun 2020, PPTQ Al Muanawiyah terus berkomitmen menghadirkan program unggulan tahfidz dengan strategi terbaik. Setelah empat tahun riset, lahirlah metode “Fabina-Ziyarotan”, yang terdiri dari:

  • Fa (Fammi bisyauqin): Target 5 juz sehari.

  • Bina: Wajib binnadhor dengan penyimak.

  • ZiYa: Menambah hafalan sekaligus mengulang seperempat setoran sebelumnya.

  • Ro: Murojaah dua kali sehari.

  • Tan: Tasmi’ kelipatan 5 juz dengan sambung ayat.

Metode ini bukan sekadar teknik hafalan, melainkan hasil perpaduan antara pendidikan dan psikologi anak. Santri diajak untuk tumbuh dengan motivasi yang kuat, terbiasa dengan target jelas, sekaligus mendapat dukungan akademik dan pengalaman belajar yang menyeluruh.

Membentuk Generasi Qur’ani yang Tangguh

Berbeda dari pondok tahfidz lainnya, Al Muanawiyah tidak hanya mengejar kuantitas hafalan, tetapi juga kualitas mutqin. Pendekatan ini memastikan setiap santri tidak sekadar hafal, melainkan benar-benar memahami dan merawat hafalannya. Hasilnya, lahir generasi Qur’ani yang siap menjadi teladan di masyarakat.

Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih jauh tentang program unggulan tahfidz, kunjungi website resmi PPTQ Al Muanawiyah Jombang. Di sana, Anda bisa menemukan informasi lengkap tentang metode, kegiatan, dan perjalanan para santri dalam menapaki jalan mulia sebagai penjaga Kalamullah.