Keutamaan Sedekah di Hari Jumat

Gedung pondok pesantren tahfidz putri Al Muanawiyah Jombang tempat menimba ilmu Al-Qur’an yang bisa dibantu melalui sedekah di hari Jumat
Keutamaan sedekah di Hari Jumat melalui wakaf pendidikan

Hari Jumat adalah hari istimewa dalam Islam. Banyak amalan sunnah yang dianjurkan untuk dikerjakan pada hari penuh berkah ini, salah satunya adalah sedekah di hari Jumat. Sayangnya, sebagian kaum Muslimin belum sepenuhnya memahami keutamaannya, padahal ini adalah amalan ringan yang pahalanya besar. Dalam hadits Nabi Muhammad ﷺ, hari Jumat disebut sebagai sayyidul ayyam (penghulu segala hari). Maka, tidak mengherankan jika amalan yang dilakukan pada hari ini pun dilipatgandakan pahalanya, termasuk dalam hal bersedekah.

Mengapa Sedekah di Hari Jumat Lebih Utama?

Hari Jumat memiliki keistimewaan tersendiri dibanding hari-hari lainnya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa amalan pada hari Jumat lebih utama dibanding amalan di hari-hari lain, sebagaimana bulan Ramadhan lebih utama dari bulan lainnya.

Beberapa ulama juga menyebut bahwa sedekah di hari Jumat memiliki nilai spiritual yang lebih besar karena:

  • Hari Jumat adalah hari berkumpulnya kaum Muslimin dalam shalat berjamaah.

  • Doa-doa pada hari Jumat lebih mustajab, termasuk doa orang yang bersedekah.

  • Rasulullah ﷺ sangat menganjurkan memperbanyak amalan kebaikan di hari ini.

“Sedekah di hari Jumat dibandingkan sedekah di hari lain, seperti sedekah di bulan Ramadhan.”
(Lathaiful Ma’arif, Ibn Rajab)

Sedekah yang Bernilai Jariyah: Wakaf untuk Pendidikan

Selain sedekah biasa, salah satu bentuk sedekah yang bisa terus mengalir pahalanya adalah wakaf pendidikan. Wakaf termasuk dalam kategori sedekah jariyah, yakni amalan yang tidak terputus meski seseorang telah meninggal dunia.

Dengan berwakaf untuk pendidikan, Anda tidak hanya membantu operasional lembaga keislaman atau pondok pesantren, tetapi juga ikut membangun masa depan generasi Qur’ani. Setiap huruf Al-Qur’an yang dihafal santri, setiap ilmu yang mereka pelajari, akan menjadi pahala yang terus mengalir bagi para pewakafnya.

Jangan biarkan hari Jumat berlalu tanpa amal. Di antara banyak bentuk kebaikan yang bisa dilakukan, sedekah di hari Jumat adalah ladang amal yang luas dan mudah dikerjakan. Apalagi jika diarahkan untuk sesuatu yang manfaatnya terus berlanjut, seperti wakaf pendidikan.

Yuk, salurkan wakaf pendidikan Anda sekarang di sini dan raih keutamaan sedekah yang terus mengalir hingga akhirat.

Asbabun Nuzul Surat Al-Insyirah: Saat Hidup Terasa Berat

Asbabun Nuzul Surat Al-Insyirah: Saat Hidup Terasa Berat

Setiap ayat dalam Al-Qur’an turun bukan tanpa sebab. Di baliknya, selalu ada peristiwa atau kondisi yang menjadi latar belakang turunnya wahyu. Begitu juga dengan asbabun nuzul surat Al-Insyirah, yang diturunkan sebagai bentuk hiburan dan penguatan dari Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ ketika sedang menghadapi beban berat dalam dakwahnya.

Surat Al-Insyirah (الشرح) atau yang juga dikenal dengan nama Surat Alam Nasyrah, terdiri dari 8 ayat pendek. Namun isinya sangat mendalam, berisi penghiburan dan janji Allah kepada Rasul-Nya bahwa setelah kesulitan akan datang kemudahan.

Saat Dakwah Terasa Berat dan Jalan Terasa Sempit

Menurut riwayat yang disebut dalam kitab Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul karya Imam As-Suyuthi dan Tafsir al-Baghawi, surat Al-Insyirah turun setelah surat Adh-Dhuha, sebagai kelanjutan penghiburan dari Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ.

Pada saat itu, Rasulullah ﷺ tengah menghadapi fase awal dakwah yang penuh tantangan:

  • Beliau dicemooh dan didustakan oleh kaumnya.

  • Jumlah pengikut masih sangat sedikit.

  • Dukungan keluarga dan masyarakat sangat minim.

  • Beliau mengalami tekanan batin dan fisik yang luar biasa.

Baca juga: Hikmah Surat Adh Dhuha yang Menenangkan Hati

Dalam kondisi tersebut, Allah menurunkan surat Al-Insyirah, yang artinya “kelapangan”. Allah berfirman:

“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah menghilangkan bebanmu darimu, yang memberatkan punggungmu?”
(QS. Al-Insyirah: 1–3)

Lelaki mendorong batu besar di lereng saat matahari terbit, simbol perjuangan dan harapan sesuai hikmah asbabun nuzul Surat Al-Insyirah
Setiap kesulitan ada kemudahan hikmah asbabun nuzul surat Al-Insyirah

Makna dan Pesan Penting dari Asbabun Nuzul Surat Al-Insyirah

Melalui surat Al-Insyirah, kita bisa memahami bahwa bahkan seorang Nabi pun pernah merasakan tekanan dan kelelahan dalam menjalankan amanah. Namun justru pada saat-saat itulah, Allah menurunkan pertolongan berupa ayat-ayat yang meneguhkan hati.

Pesan dalam surat ini sangat kuat:

  • Allah mengetahui beban yang dipikul Rasulullah ﷺ.

  • Allah mengingatkan bahwa setiap kesulitan pasti disertai kemudahan.

  • Allah memerintahkan Nabi untuk terus berjuang dan mengarahkan hati hanya kepada-Nya.

Asbabun nuzul surat Al-Insyirah mengingatkan kita semua, bahwa dalam hidup ini, kesulitan bukan akhir dari segalanya. Bahkan Rasulullah ﷺ pun pernah diuji dengan sempitnya hati dan beratnya tugas. Tapi Allah tidak membiarkannya sendiri. Allah lapangkan dadanya, angkat bebannya, dan berikan jalan keluar.

Semoga kita pun bisa mengambil pelajaran dari surat ini—untuk tetap teguh saat menghadapi ujian hidup, dan yakin bahwa bersama kesulitan, pasti ada kemudahan.

Hikmah Surat Adh Dhuha yang Menenangkan Hati

Hikmah Surat Adh Dhuha yang Menenangkan Hati

Di tengah hidup modern yang serba cepat, banyak orang merasa kehilangan arah. Tekanan ekonomi, kesepian, dan gangguan mental semakin sering dialami, baik oleh remaja maupun orang dewasa. Sementara itu, kehidupan digital sering kali menambah kecemasan, bukan menguranginya. Apalagi semakin banyaknya informasi tentang mental health di media sosial. Dalam kondisi ini, hikmah surat Adh-Dhuha hadir sebagai pelipur lara. Surat ini menjadi pelajaran berharga, bahwa Allah tidak pernah benar-benar meninggalkan hamba-Nya. Bahkan saat semuanya terasa sunyi dan tanpa jawaban, Dia tetap dekat.

 

Masa Sunyi yang Mengguncang Hati Rasulullah ﷺ

Surat Adh-Dhuha turun pada masa Rasulullah ﷺ merasa gelisah. Wahyu terputus selama beberapa hari hingga berminggu-minggu, ada yang berkata 15 hingga 40 hari (Tafsir al-Qurthubi dan Tafsir Ibn Kathir). Dalam masa itu, Nabi ﷺ merasa sangat sedih. Apalagi saat orang-orang musyrik berkata:

“Tuhannya Muhammad telah meninggalkannya dan membencinya.”

Hal ini menyayat hati beliau, karena beliau sangat merindukan wahyu dan takut bahwa Allah memang sedang marah kepadanya. Bahkan dalam Tafsir al-Baghawi, disebutkan bahwa Nabi sempat tidak keluar dari rumah selama beberapa hari karena rasa sedihnya itu.

Kemudian Allah menurunkan surat Adh Dhuha setelah masa penantian Rasulullah:

“Demi waktu dhuha dan malam apabila sunyi. Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan tidak membencimu.”
(QS. Adh-Dhuha: 1–3)

Cahaya dhuha matahari menyinari embun pagi di atas rumput, simbol hikmah surat Adh-Dhuha
Hikmah surat Adh Dhuha yang menenangkan hati

Setelah surat ini diturunkan, Nabi ﷺ merasa tenang dan sangat lega. Surat ini datang sebagai pelipur lara yang lembut—seolah Allah sedang memeluk Rasulullah ﷺ dalam kelembutan wahyu-Nya. Inilah inti dari hikmah surat Adh-Dhuha. Diamnya langit bukan tanda bahwa Allah membenci. Sebaliknya, itu adalah proses untuk menguatkan keimanan.

Baca juga: Bahaya Tidur Pagi Menurut Hadits dan Sains

Pelajaran dari Surat Adh Dhuha

Setiap orang pernah merasa jatuh, bingung, atau sendirian. Tapi kesulitan tidak selalu berarti akhir. Sering kali, itu justru titik balik menuju kekuatan yang baru. Surat Adh-Dhuha mengajarkan bahwa saat hidup terasa berat, Allah sedang mempersiapkan hadiah terbaik-Nya. Oleh karena itu, jangan biarkan rasa gagal menjatuhkan kita sepenuhnya. Sebab, jika seorang Nabi saja diuji dengan kesepian, tentu kita juga akan merasakannya. Namun kita punya contoh. Rasulullah ﷺ tetap teguh dan Allah menenangkan hatinya dengan wahyu.

Hikmah surat Adh-Dhuha adalah bukti bahwa Allah tidak meninggalkan. Ia justru lebih dekat dari yang kita kira. Jika hari ini terasa gelap, tetap semangat. Cahaya selalu datang setelah malam. Allah tidak pernah meninggalkan kita. Bahkan saat semuanya terasa hampa, Dia sedang memanggil kita untuk kembali lebih kuat, lebih ikhlas, dan lebih dekat.

Agar menambahkan keberkahan di waktu dhuha, mari awali hari kita dengan sedekah terbaik. klik Wakaf Pondok Tahfidz – Pesantren Tahfidz Al-Quran

Apa Arti Tartil dalam Membaca Al Quran dan Mengapa Penting?

Apa Arti Tartil dalam Membaca Al Quran dan Mengapa Penting?

Ketika membaca Al‑Qur’an, banyak orang hanya fokus pada hafalan atau jumlah juz yang dibaca. Padahal, arti tartil membaca Al Quran lebih dalam dari sekadar membaca perlahan. Tartil berarti membaca dengan aturan tajwid, ketenangan hati, dan penghayatan. Allah memerintahkan dalam QS. Al‑Muzzammil ayat 4:

“Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan tartil.”

Ali bin Abi Thalib menjelaskan makna tartil sebagai:

“Mentajwidkan huruf-hurufnya dengan mengetahui tempat-tempat berhentinya.”
(Syarh Mandhumah Al-Jazariyah, hlm. 13)

Ibnu Abbas mengatakan:

“Bainhu tabyīnan” — Dibaca dengan jelas setiap hurufnya.

Abu Ishaq juga menegaskan:

“Membaca dengan jelas tidak mungkin bisa dilakukan jika membacanya terburu-buru. Membaca dengan jelas hanya bisa dilakukan jika dia menyebut semua huruf, dan memenuhi cara pembacaan huruf dengan benar.”
(Lisan al-Arab, 11/265)

Inti dari tartil adalah membaca Al-Qur’an secara pelan-pelan, memperjelas setiap hurufnya, tanpa berlebihan atau dilebih-lebihkan. (Kitab al-Adab, as-Syalhub, hlm. 12) (konsultasisyariah.com)

Seorang santri tahfidz putri sedang tartil membaca Al-Qur’an di dalam masjid
Tartil membaca Al Quran meningkatkan ketenangan jiwa

Mengapa Tartil Itu Penting?

  1. Membaca dengan Tajwid dan Waqaf yang Tepat
    Membaca tartil bukan sekadar melambatkan suara, tetapi menunaikan setiap huruf dan hukum bacaan secara benar agar tidak mengubah makna.

  2. Membantu Pemahaman dan Tadabbur
    Dengan membaca pelan dan memperhatikan setiap ayat, pembaca punya kesempatan merenungi kandungan dan petunjuk di dalamnya.

  3. Efek Kesehatan Mental
    Irama tartil menciptakan ketenangan batin, membantu mengatasi gangguan mental health, dan bahkan meningkatkan kualitas tidur.

  4. Menguatkan Hubungan Spiritual dengan Al-Qur’an
    Membaca tartil menunjukkan kecintaan dan penghormatan kepada kalam Allah, yang akan berdampak pada kedekatan iman seseorang.

Baca juga: Sa’ad bin Ubadah yang Terkenal Karena Kedermawanannya

Cara Menerapkan Tartil Membaca Al-Quran

  1. Pelajari ilmu tajwid dengan serius dan konsisten.

  2. Baca secara perlahan dan jelas, tidak tergesa-gesa.

  3. Perhatikan tempat waqaf (berhenti) yang tepat.

  4. Renungkan makna ayat yang dibaca sebagai bentuk tadabbur.

  5. Biasakan mendengar bacaan tartil dari qari’ yang berpengalaman sebagai contoh.

Berusaha tartil dalam membaca Al Quran adalah cara kita memahami bagaimana seharusnya kita memuliakan firman Allah. Tartil bukan hanya tata cara membaca, tetapi bentuk ketundukan hati, kesabaran jiwa, dan kunci kedekatan spiritual. Membaca Al-Qur’an dengan tartil membuat interaksi kita dengan wahyu menjadi lebih hidup, dalam, dan bermakna. Penting juga untuk senantiasa memperhatikan adab membaca Al Quran, supaya Allah senantiasa mencurahkan keberkahan atas bacaan tilawah kita.

Motivasi Hidup Keluarga Islami dari Surat Al Insyirah

Motivasi Hidup Keluarga Islami dari Surat Al Insyirah

Di zaman yang serba cepat ini, hidup seolah tak memberi jeda. Orang tua dituntut untuk kuat secara ekonomi, emosi, dan spiritual, sementara di waktu yang sama mereka juga harus membesarkan anak-anak dengan baik. Tak jarang, kelelahan datang tanpa diminta. Lelah batin, lelah hati, bahkan perasaan tak cukup baik sebagai orang tua. Di tengah kelelahan ini, motivasi hidup Islami sangat dibutuhkan agar hati tidak runtuh—dan di sinilah Surat Al-Insyirah hadir sebagai penenang.

“Bukankah Kami telah melapangkan dadamu? … Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 1 & 6)

Surat pendek ini sering dibaca, tapi jarang direnungi dalam-dalam. Padahal isinya adalah pelajaran besar tentang hidup: bahwa kesulitan adalah bagian dari kehidupan, tapi bukan akhir dari segalanya. Justru bersamanya, ada jalan keluar yang Allah siapkan.

Gambar keluarga bahagia dengan seorang ayah, seorang ibu yang berpelukan dengan anak perempuannya
Motivasi hidup keluarga Islami dari Surat Al Insyirah

Mendidik Anak Adalah Perjalanan Jiwa

Tak ada orangtua yang sempurna. Tapi mereka yang terus belajar dan mendampingi anaknya dengan niat karena Allah, sejatinya sedang menjalani ibadah yang besar. Salah satu bentuk ikhtiar mendidik anak adalah dengan memperkenalkan mereka pada Al-Qur’an sejak dini. Ada banyak orang tua yang memasukkan anaknya ke pondok pesantren. Sebagian mungkin ragu: “Apakah anak saya kuat? Apakah saya tega berpisah? Apakah ini akan berguna?”

Jawabannya bisa ditemukan lewat nilai-nilai dalam surat Al-Insyirah.
Menghafal Al-Qur’an memang bukan hal ringan. Namun, saat anak diajari untuk sabar, disiplin, dan ikhlas dalam menghafal, sebenarnya mereka sedang menempa jiwanya. Banyak santri yang bertumbuh bukan hanya dalam hafalan, tapi juga dalam karakter—lebih sabar, lebih kuat menghadapi cobaan, dan lebih tahu cara memaknai kesulitan.

Dan yang terpenting, dalam proses itu orang tua pun ikut ditempa. Doa mereka semakin dalam. Harapan mereka tumbuh dari sujud. Bahkan ketika anak sempat ingin menyerah, orang tualah yang menjadi semangat utama untuk mereka bangkit lagi.

Motivasi Hidup Islami: Bersama Al-Qur’an Ada Ketenangan

Ketika orang tua mulai letih dalam mendampingi anak—baik dalam hal hafalan, sekolah, atau bahkan hanya menjaga akhlaknya di rumah—ingatlah bahwa Allah tidak pernah membebani seseorang melebihi kemampuannya (QS. Al-Baqarah: 286). Allah tahu apa yang sedang kita perjuangkan.

Al-Qur’an bukan hanya bacaan, tapi penyejuk jiwa. Ia mampu menguatkan hati anak-anak, sekaligus menenangkan jiwa orang tua yang sedang dilanda kekhawatiran. Saat kita menjadikan Al-Qur’an sebagai pusat hidup keluarga, maka rumah tak hanya hangat secara fisik, tapi juga secara spiritual.

Baca juga: Pengertian dan Syarat Nazar dalam Islam

Hidup Tak Akan Selalu Mudah, Tapi Allah Selalu Bersama Kita

Setiap kesulitan, sekecil apapun, adalah bagian dari proses mendewasakan hati. Sebagai orang tua, jangan pernah merasa sendiri. Jadikan motivasi hidup Islami dari surat-surat pendek seperti Al-Insyirah sebagai pelita di saat gelap, agar kita bisa terus melangkah, walau perlahan.

Dan kepada anak-anak kita, tanamkan keyakinan: bahwa menghafal Al-Qur’an adalah perjalanan jiwa yang akan membawa banyak kemudahan—baik di dunia maupun akhirat.

Bukan Obat, Ini Terapi Mental Health Paling Ampuh Menurut Riset

Bukan Obat, Ini Terapi Mental Health Paling Ampuh Menurut Riset

Di zaman sekarang, banyak remaja merasa cemas, tertekan, dan cepat emosi. Penyebabnya beragam: media sosial, beban sekolah, konflik keluarga, hingga rasa tidak percaya diri. Sayangnya, masalah ini sering tidak terlihat, bahkan tidak disadari oleh orang tua. Padahal menurut WHO, secara global 1 dari 7 remaja usia 10–19 tahun mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, atau gangguan perilaku yang bisa berdampak jangka panjang (World Health Organization, 2021). Jika tidak ditangani, ini bisa memengaruhi prestasi, pergaulan, dan masa depan anak. Maka penting bagi orang tua untuk mencari terapi mental health yang paling ampuh untuk menenangkan anak remaja—dan Al‑Qur’an adalah salah satu cara terbaik.

 

Baca juga: Peran Orangtua dalam Membersamai Anak di Pesantren

 

Al‑Qur’an, Obat Terapi Mental Health yang Ampuh

Penelitian ilmiah menyebutkan bahwa membaca, mendengar, dan menghafal Al‑Qur’an terbukti menenangkan pikiran dan mengurangi kecemasan, stres, dan depresi. Sebuah ulasan dari berbagai penelitian menyatakan bahwa Al‑Qur’an memberikan efek positif untuk kesehatan mental dan bisa digunakan sebagai terapi non-obat (Rozali et al., 2022; Health Science Reports, 2022). Studi meta-analisis tahun 2023 juga menunjukkan bahwa orang yang mendengarkan Al‑Qur’an mengalami penurunan rasa cemas dan stres yang signifikan dibandingkan yang tidak (Almardini et al., 2023). Hasil uji klinis di Universa Medicina pada 2024 memperkuat temuan ini. Orang dewasa sehat yang rutin mendengarkan bacaan Al‑Qur’an selama beberapa hari mengalami penurunan hormon stres dan kualitas tidur yang membaik (Putra et al., 2024).

Seorang remaja muslimah berhijab tampak bersedih, menggambarkan kondisi mental health yang dapat ditenangkan dengan terapi Al-Qur’an sebagai solusi terbaik menurut riset.
Terapi mental health dari Al-Qur’an

 

Penelitian lain dari Malaysia menyebutkan bahwa penghafal Al‑Qur’an menunjukkan keseimbangan emosi yang lebih baik, kemampuan konsentrasi lebih tinggi, dan kualitas hidup lebih sehat secara keseluruhan (Ishak et al., 2022). Ini artinya, mendampingi anak menghafal Al‑Qur’an bukan hanya membuatnya jadi anak shalih/shalihah, tapi juga meningkatkan kualitas mental health anak tetap kuat di masa remaja.

Membiasakan anak remaja dekat dengan Al‑Qur’an—terutama melalui hafalan—adalah pilihan terbaik untuk menjaga ketenangan hati, kestabilan emosi, dan kekuatan mental mereka. Menghafal atau mendengarkan Al-Qur’an bukan sekadar kegiatan keagamaan, tetapi juga terapi spiritual yang terbukti secara ilmiah dapat menurunkan kecemasan. Aktivitas ini membantu menenangkan pikiran, meredakan ketegangan emosional, dan memperkuat mental—terutama pada remaja yang rentan terhadap tekanan zaman modern.

Jika Anda ingin anak tumbuh jadi pribadi yang cerdas, kuat mental, dan dekat dengan Al-Qur’an, pertimbangkan untuk membimbing mereka di lingkungan seperti pondok pesantren tahfidz putri terbaik di Jombang. Di sana, selain hafalan, anak juga dibina akhlaknya. Anda juga dapat mendukung program ini melalui wakaf pondok tahfidz, agar lebih banyak anak merasakan manfaat spiritual dan mental.

Daftar Referensi Ilmiah

  1. Rozali, C. W. M. et al. (2022). The Impact of Listening to, Reciting, or Memorizing the Quran on Physical and Mental Health of Muslims: Evidence from Systematic Review. PubMed

  2. Health Science Reports. (2022). The effect of the holy Quran recitation and listening on anxiety, stress, and depression: A scoping review. PubMed

  3. Almardini, A. et al. (2023). The Effect of Holy Qur’an Recitation on Anxiety: A Systematic Review. PubMed

  4. Putra, M. A. et al. (2024). The Effect of Listening to Holy Quran Recitation on Stress among Healthy Adults. Universa Medicina. Link

  5. Ishak, I. et al. (2022). The Impact of Quran Memorization on Psychological and Health Well‑Being. RIGEO. Link
Peran Orangtua dalam Membersamai Anak di Pesantren

Peran Orangtua dalam Membersamai Anak di Pesantren

Menyekolahkan anak di pesantren bukan akhir dari peran orangtua dalam mendidik, melainkan babak baru untuk terus membersamai mereka—meski dari kejauhan. Di balik santri yang kuat hafalannya, sabar adabnya, dan tenang jiwanya, ada orangtua yang tak lelah mendoakan, mendukung, dan memenuhi kewajiban mereka dengan penuh tanggung jawab.

Sebagian orangtua mungkin merasa kehilangan saat pertama kali anak masuk pondok. Tidak bisa lagi mengawasi secara langsung, apalagi saat anak sedang sakit, rindu rumah, atau menghadapi ujian. Namun, yakinlah bahwa dukungan orangtua tidak harus selalu berupa kehadiran fisik. Justru dari kejauhan, ada banyak cara untuk terus membersamai mereka.

Suasana podcast Al Muanawiyah yang membahas peran orangtua dalam membersamai anak di pesantren, menekankan pentingnya dukungan keluarga dalam pendidikan santri.
Podcast PPTQ Al Muanawiyah Jombang tentang peran orangtua dalam membersamai anak di pesantren

Peran Orangtua Bagi Anak di Pesantren

1. Doa yang Mengiringi Setiap Langkah

Doa orangtua adalah pelindung yang tak kasat mata. Rasulullah ﷺ menyebut doa orangtua sebagai salah satu doa yang mustajab. Maka, jangan pernah merasa kecil saat hanya bisa mendoakan. Setiap hafalan yang lancar, setiap ujian yang terlewati, bisa jadi buah dari doa-doa itu.

2. Menjalankan Kewajiban dengan Ikhlas dan Tepat Waktu

Salah satu bentuk dukungan yang jarang disorot adalah memenuhi kewajiban administratif seperti pembayaran syahriyah atau infak bulanan. Ini bukan sekadar tanggung jawab keuangan, tapi bukti keseriusan orangtua dalam ikut berjuang bersama anak. Pesantren yang dikelola dengan baik membutuhkan partisipasi aktif dari wali santri—baik secara spiritual maupun material.

Baca juga: Doa Sebelum Belajar Agar Mendapat Ilmu Bermanfaat

3. Menjaga Komunikasi dan Semangat Anak

Sesekali, kirimkan pesan yang menguatkan hati. Jangan hanya menanyakan nilai atau capaian hafalan, tapi tanyakan juga kabar hati dan keseharian anak. Kalimat sederhana seperti “Abi dan Umi bangga padamu” bisa menjadi penyemangat luar biasa bagi anak di pesantren.

4. Ikut Belajar dan Memahami Dunia Pesantren

Orangtua perlu membuka diri untuk memahami nilai-nilai dan ritme kehidupan pesantren. Dengan begitu, nasihat dan arahan dari rumah akan sejalan dengan yang diajarkan di pondok. Saat anak merasa ada sinergi antara rumah dan pesantren, mereka akan lebih mudah menjalaninya.

Anak yang berjuang di pondok butuh dukungan yang konsisten. Tidak harus selalu berupa materi, tapi cukup dengan kehadiran batin, doa  yang tak putus, dan tanggung jawab yang ditunaikan dengan ikhlas. Karena sejatinya, orangtua adalah tim utama dalam proses pendidikan, meskipun panggung utamanya kini ada di pesantren.

Untuk melihat lebih dalam bagaimana orangtua bisa terus membersamai perjuangan anak-anak mereka di pondok, simak video selengkapnya di kanal resmi kami YouTube Al Muanawiyah

6 Adab Menuntut Ilmu Menurut Kitab Ta’lim Muta’allim

6 Adab Menuntut Ilmu Menurut Kitab Ta’lim Muta’allim

Dalam Islam, adab menuntut ilmu merupakan syarat utama agar ilmu menjadi berkah. Tanpa adab, ilmu bisa menjadi sia-sia. Oleh karena itu, santri dan pelajar muslim perlu mempelajari tata krama saat belajar, bukan hanya materi pelajaran. Salah satu kitab rujukan utama yang membahas hal ini adalah Ta’limul Muta’allim, karya Imam Az-Zarnuji. Kitab ini sudah menjadi pedoman di berbagai pesantren dan madrasah Islam.

Imam Az-Zarnuji menjelaskan bahwa keberhasilan dalam menuntut ilmu bergantung pada enam hal penting. Inilah kiat sukses belajar dalam Islam yang patut dipegang oleh setiap penuntut ilmu.

1. Dzaka’ (Kecerdasan)

Cerdas bukan berarti harus jenius. Yang dimaksud adalah kecerdikan memahami pelajaran dan cepat menangkap penjelasan guru. Pelajar yang beretika saat belajar juga akan lebih mudah menerima ilmu.

2. Hirsh (Semangat dan Niat Kuat)

Tanpa semangat, belajar hanya akan terasa berat. Santri yang punya tekad kuat akan tetap belajar meski dalam keadaan lelah. Ini adalah sikap mental yang mendukung adab saat belajar.

3. Ijtihad (Kesungguhan dan Usaha Serius)

Belajar butuh perjuangan. Keseriusan akan membentuk konsistensi. Santri yang sungguh-sungguh tidak menunda hafalan dan tidak lalai dalam murojaah. Etika belajar dalam Islam mengajarkan disiplin dan kerja keras. Begitu juga dengan menghafal Al-Qur’an. Kita juga hendaknya menerapkan tips menghafal Al-Qur’an yang baik agar hafalan tidak cepat hilang.

Para siswa putri sedang melaksanakan ANBK di SMPQ Al Muanawiyah Jombang, menggambarkan semangat dan adab menuntut ilmu dalam lingkungan pendidikan Islam.
Adab menuntut ilmu yang diterapkan siswa SMPQ Al Muanawiyah Jombang

4. Bulghah (Bekal yang Cukup)

Bekal yang cukup membuat santri bisa belajar dengan tenang. Makanan, alat tulis, dan tempat tinggal yang layak adalah bagian dari penunjang keberhasilan. Orang tua juga berperan dalam memberikan dukungan.

Baca juga: 5 Alasan Kenapa Kita Harus Menghafal Al-Qur’an

5. Irsyad Ustadz (Bimbingan Guru)

Seorang murid tidak akan berhasil tanpa guru. Dalam Islam, adab kepada guru adalah bagian dari adab menuntut ilmu. Menjaga perkataan, mendengarkan dengan saksama, dan meminta nasihat adalah kunci keberkahan ilmu. Begitu pula para pengajar di sekolah tempat anak menuntut ilmu, harus dipastikan profesional dan berkompeten.

6. Thuluz Zaman (Waktu yang Panjang)

Belajar bukan proses instan. Hafalan dan pemahaman butuh waktu. Santri perlu sabar dan tekun. Seorang pelajar yang memiliki etika belajar yang baik akan menghargai proses ini.

Kitab Ta’lim Muta’allim mengajarkan bahwa adab menuntut ilmu dalam Islam lebih utama dari sekadar ilmu itu sendiri. Dengan cerdas, semangat, sungguh-sungguh, cukup bekal, bimbingan guru, dan waktu yang konsisten, pelajar muslim bisa meraih keberhasilan. Santri yang berakhlak mulia akan mendapat ilmu yang bermanfaat, serta mengangkat derajat dirinya dan keluarganya.

Tips Menghafal Al-Qur’an dengan Cepat dan Mudah

Tips Menghafal Al-Qur’an dengan Cepat dan Mudah

Menghafal Al-Qur’an adalah impian banyak Muslim. Selain mendatangkan pahala besar, menjadi hafidz atau hafidzah juga membawa ketenangan hati dan kemuliaan hidup. Namun, tidak sedikit yang merasa kesulitan. Padahal, cara menghafal Al-Qur’an dengan cepat dan mudah bisa dilakukan siapa saja jika dibarengi dengan niat yang ikhlas, strategi yang tepat, serta lingkungan yang mendukung. Terutama bagi santriwati di pesantren tahfidz, memahami metode hafalan Al-Qur’an yang efektif sangat penting agar hafalan tidak hanya cepat masuk, tapi juga kuat dan tahan lama.

 

Berikut ini adalah 9 tips menghafal Al-Qur’an yang telah terbukti membantu banyak santri dalam menjaga hafalan secara konsisten dan benar.

1. Niat yang Ikhlas karena Allah

Langkah pertama dan paling utama dalam menghafal Al-Qur’an adalah memperbaiki niat. Pastikan niat hanya karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji, dikejar target dunia, atau karena tekanan dari orang lain. Niat yang benar akan menjadi bahan bakar semangat dan menjaga ketulusan dalam setiap proses hafalan.

2. Tentukan Target Hafalan Harian

Tentukan target harian yang realistis sesuai kemampuan, misalnya 1 ayat, setengah halaman, atau 1 halaman per hari. Yang terpenting adalah istiqomah, karena konsistensi lebih berharga daripada kuantitas yang besar tapi tidak teratur.

“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang paling konsisten meskipun sedikit.” (HR. Bukhari)

3. Manfaatkan Waktu Pagi untuk Hafalan

Salah satu strategi cepat dan mudah menghafal Al-Qur’an adalah setelah shalat Subuh. Di pagi hari, pikiran masih jernih dan suasana sekitar tenang, sehingga proses menghafal bisa lebih cepat dan mudah. Banyak hafidz dan hafidzah berhasil karena mereka konsisten memanfaatkan waktu pagi secara maksimal.

Beberapa santri PPTQ Al Muanawiyah sedang setor hafalan Al-Qur’an kepada ustadz, suasana khusyuk yang menggambarkan semangat dalam menghafal Al-Qur’an cepat dan mudah.
Tips menghafal al quran cepat dan mudah

 

4. Gunakan Metode 5x Ulang

Teknik ini sangat cocok untuk pemula maupun santri tingkat lanjut. Caranya sederhana: baca satu ayat sebanyak 5–10 kali dengan tartil, kemudian tutup mushaf dan coba hafalkan tanpa melihat. Ulangi proses ini sampai hafal benar, baru lanjut ke ayat berikutnya. Dengan cara ini, hafalan menjadi lebih mudah tertanam dalam ingatan, terutama jika dilakukan secara konsisten setiap hari. Metode pengulangan ini juga cocok diterapkan dalam tips menghafal Al-Qur’an untuk pemula di rumah maupun di pondok pesantren.

5. Gunakan Mushaf Hafalan yang Konsisten

Cara mudah lainnya untuk menghafal Al-Qur’an adalah menggunakan satu jenis mushaf hafalan secara konsisten agar terbentuk. Banyak santri berhasil menghafal lebih cepat karena otaknya terbiasa dengan posisi dan bentuk ayat dalam halaman yang sama. Mushaf Madinah sangat direkomendasikan karena penempatannya rapi dan berstandar internasional.

Baca juga: Meneladani Cara Sahabat Nabi Menghafal Al-Qur’an

6. Jadwalkan Muraja’ah Setiap Hari

Muraja’ah atau mengulang hafalan lama adalah kunci utama dalam menjaga hafalan agar tidak hilang. Buat jadwal rutin untuk muraja’ah, dengan proporsi ideal:
– 30% untuk hafalan baru
 – 70% untuk muraja’ah hafalan lama
Tanpa muraja’ah yang rutin, hafalan akan cepat lupa meskipun sudah pernah dikuasai.

7. Dengarkan Murottal dari Qari Favorit

Mendengarkan murottal dari qari seperti Mishary Rashid Al-Afasy, Al-Minshawi, atau Al-Husary dapat memperkuat hafalan dari sisi pendengaran. Ini membantu pengucapan yang benar, memperbaiki tajwid, dan menambah semangat dalam menghafal.

8. Tulis Ulang Hafalan di Kertas

Menulis ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah dihafal bisa memperkuat daya ingat serta melatih kepekaan terhadap detail ayat. Metode ini sangat cocok bagi tipe santri yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik.

9. Setorkan Hafalan secara Rutin

Setorkan hafalan kepada ustadzah, guru tahfidz, atau teman satu halaqah. Koreksi dari orang lain sangat penting untuk memastikan hafalan benar, tajwid sesuai, dan bacaan tidak keliru. Minimal lakukan setoran hafalan seminggu sekali, atau lebih sering jika memungkinkan.

Menghafal Al-Qur’an adalah perjalanan  yang indah dan penuh keberkahan. Dengan menerapkan cara menghafal Al-Qur’an dengan cepat dan mudah, serta didukung oleh lingkungan yang kondusif, insya Allah setiap orang bisa menjadi hafidzah yang kuat hafalannya dan berakhlak Qur’ani.

Jika Anda sedang mencari tempat terbaik untuk anak putri Anda menghafal Al-Qur’an dengan bimbingan profesional dan sistem terstruktur, pondok pesantren tahfidz putri terbaik di Jombang adalah pilihan yang tepat. Di sana, para santri tidak hanya fokus menghafal, tetapi juga dibimbing dalam adab, akhlak, dan ilmu agama lainnya. Lingkungan yang kondusif, guru yang berpengalaman, dan program tahfidz yang intensif menjadi keunggulan utama.