Lomba Pildaraja Mengawali Rangkaian Milad Ke-5 Al Muanawiyah

Lomba Pildaraja Mengawali Rangkaian Milad Ke-5 Al Muanawiyah

Al MuanawiyahRangkaian peringatan Milad ke-5 Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Muanawiyah Jombang dibuka dengan penuh semangat lewat lomba Pildaraja (Pemilihan Da’i Remaja). Digelar meriah pada malam hari, Rabu, 6 Agustus 2025 bertempat di Aula Masjidil Haram. Acara ini menjadi panggung istimewa bagi para santri untuk menampilkan kemampuan berdakwah secara kreatif dan inspiratif. Sekaligus mencerminkan semangat santri milenial yang adaptif terhadap perkembangan zaman.

Sebanyak tujuh santri tampil sebagai peserta, terdiri dari perwakilan tingkat SMP, MA, dan kelas tahfidz murni, yaitu:

  • Qonita Fi Sabilillah (Kelas 7 SMP)

  • Hanna Fairuz Maulida (Kelas 9 SMP)

  • Assyafa Robiatul Alawiyah (Kelas 8 SMP)

  • Syifa’ul Hasanah (Kelas 10 SMA)

  • Oufi Silmi Kaffah (Kelas 12 SMA)

  • Ninda Amalin (Kelas Tahfidz Murni)

  • Lintang Ayu Kemuning (Kelas 11 SMA)

Gambar santriwati sedang menyampaikan ceramah dalam lomba Pildaraja (Pilihan Da'i Remaja) Pondok Pesantren Tahfidz putri Jombang Al Muanawiyah.
Tampilan dari Ananda Qonita sebagai kontestan lomba Pildaraja peringatan Milad ke-5 PPTQ Al Muanawiyah Jombang

Dengan mengusung tema “Santri Milenial”, para peserta tampil dengan berbagai pendekatan dakwah yang menghibur sekaligus mengedukasi. Pesan yang disampaikan mulai dari etika bermedia sosial, pentingnya literasi digital, hingga akhlakul karimah sebagai identitas santri zaman now. Kreativitas mereka juga terlihat dalam penyampaian dakwah—mulai dari pantun, lagu berbahasa Madura, narasi berima, hingga gaya retoris yang komunikatif dan menyentuh hati.

Baca juga: Lomba MHQ Santri Meriahkan Hari Kedua Milad Al-Muanawiyah

Salah satu juri, Ustadzah Qori, memberikan apresiasi tinggi terhadap penampilan para peserta. “Mereka hebat-hebat, public speakingnya bagus untuk anak sekelas SMP dan SMA. Mereka sudah bisa membawakan dakwah dengan cara yang menarik. Saya sendiri seumur mereka belum bisa seperti itu,” ujarnya bangga.

Setelah melalui penilaian yang ketat, dewan juri menetapkan dua pemenang utama:

  • Juara Tingkat SMA/Tahfidz Murni: Lintang Ayu Kemuning

  • Juara Tingkat SMP: Assyafa Robiatul Alawiyah

Acara ini juga disiarkan secara live di kanal YouTube Al-Muanawiyah, memberi kesempatan bagi wali santri dan masyarakat luas untuk menyaksikan bakat-bakat muda yang luar biasa.

Lomba Pildaraja sebagai Sarana Aktualisasi Santri

Kegiatan  ini tak hanya menjadi ajang lomba biasa, tetapi menjadi ruang aktualisasi diri bagi santri untuk menyalurkan potensi berdakwah dengan gaya khas generasi masa kini. Bagi lembaga pendidikan lainnya, acara seperti ini dapat menjadi inspirasi untuk menyemai semangat berdakwah yang kreatif sejak usia remaja. Seiring dengan tuntutan zaman yang menuntut metode dakwah yang adaptif, menyentuh, dan mudah diterima.

Dengan hadirnya lomba seperti ini, harapan besar tertanam agar santri tidak hanya piawai menghafal dan memahami ilmu agama, tetapi juga mampu menyampaikannya dengan metode yang menyenangkan, modern, dan penuh makna.

Manfaat Anggur dan Keutamaannya dalam Al-Qur’an

Manfaat Anggur dan Keutamaannya dalam Al-Qur’an

Al MuanawiyahBuah anggur adalah salah satu buah-buahan yang disebut Al-Qur’an sebagai nikmat yang diberikan Allah kepada manusia. Tak hanya lezat dan menyegarkan, manfaat anggur sangat banyak, baik dari sisi kesehatan maupun spiritual. Buah ini telah dikenal sejak zaman para nabi dan bahkan menjadi salah satu simbol kenikmatan di surga.

Keutamaan Anggur dalam Al-Qur’an

Dalam beberapa ayat, anggur disebut sebagai salah satu buah utama yang diciptakan Allah untuk umat manusia. Allah berfirman:

“Dan dari buah kurma dan anggur, kamu membuat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik…”
(QS. An-Nahl: 67)

Ayat ini menunjukkan bahwa buah anggur dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan manusia, baik yang bermanfaat maupun yang disalahgunakan. Dalam konteks yang baik, anggur adalah bagian dari “rizqan hasanan” (rezeki yang baik). Selain itu, dalam QS. ‘Abasa ayat 28, Allah juga menyebutkan anggur sebagai salah satu buah yang disediakan-Nya untuk manusia sebagai rezeki yang penuh keberkahan.

gambar anggur putih anggur hitam dan anggur merah ilustrasi manfaat anggur
Manfaat anggur dan keutamaannya dalam Al-Qur’an

Manfaat Anggur bagi Kesehatan

Selain keutamaannya dalam Al-Qur’an, manfaat anggur telah dibuktikan dalam berbagai penelitian medis modern. Berikut beberapa manfaat penting dari buah ini:

  1. Kaya antioksidan
    Anggur, terutama yang berwarna merah atau ungu, mengandung senyawa resveratrol dan flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan kuat. Senyawa ini membantu melawan radikal bebas, mencegah penuaan dini, dan mengurangi risiko kanker.

  2. Menyehatkan jantung
    Konsumsi anggur secara rutin terbukti membantu menjaga kesehatan jantung dengan cara menurunkan tekanan darah, mengurangi peradangan, dan meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL).

  3. Meningkatkan fungsi otak dan memori
    Kandungan polifenol pada anggur juga diketahui dapat mendukung fungsi otak, meningkatkan fokus dan memori, serta mengurangi risiko gangguan neurodegeneratif seperti Alzheimer.

  4. Melancarkan pencernaan
    Anggur mengandung serat dan air yang cukup tinggi, sehingga membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan dan mencegah sembelit.

Baca juga: Manfaat Buah Zaitun, Buah yang Disebutkan dalam Al-Qur’an

Catatan Penting: Anggur Bukan Minuman Keras

Meski anggur sangat bermanfaat, perlu diingat bahwa minuman anggur yang difermentasi menjadi khamar atau alkohol adalah sesuatu yang dilarang dalam Islam. Allah melarang segala bentuk minuman yang memabukkan, termasuk yang berasal dari fermentasi anggur.

Oleh karena itu, sebagai Muslim, kita diajarkan untuk mengambil manfaat dari ciptaan Allah secara halal dan penuh hikmah. Buah anggur dalam bentuk segar adalah rezeki yang penuh berkah—bukan untuk dijadikan sarana kemaksiatan.

Jadikan manfaat anggur ini sebagai pengingat atas nikmat Allah yang luar biasa, dan gunakanlah sesuai tuntunan syariat untuk kesehatan tubuh dan kebaikan jiwa.

Hikmah Perintah Membaca dalam Surat Al Alaq secara Sosiologis

Hikmah Perintah Membaca dalam Surat Al Alaq secara Sosiologis

Al-Muanawiyah – Perintah membaca yang menjadi inti dari wahyu pertama dalam Islam bukan hanya perintah spiritual atau intelektual semata, tetapi juga memiliki makna sosial yang sangat dalam. Surat Al-‘Alaq ayat 1–5 bukan sekadar seruan untuk membuka lembaran ilmu, namun juga menjadi titik awal revolusi peradaban. Hikmah surat Al Alaq dari sisi sosiologis menunjukkan betapa Islam sejak awal telah menempatkan literasi sebagai dasar transformasi masyarakat.

1. Masyarakat Jahiliyah Menuju Masyarakat Ilmiah

Sebelum Islam datang, masyarakat Arab berada dalam masa jahiliyah. Nilai-nilai yang berlaku saat itu lebih mengutamakan garis keturunan, kekuasaan, dan kekuatan fisik. Dengan turunnya wahyu “Iqra’ bismi rabbika” (Bacalah dengan nama Tuhanmu), terjadi perubahan orientasi sosial. Nilai-nilai materialistik dan hierarki sosial mulai digantikan oleh nilai keilmuan dan takwa. Hikmah perintah membaca dalam konteks ini menjelaskan bahwa kekuatan sejati suatu masyarakat bukan pada kekayaan atau status, tetapi pada ilmu.

hikmah perintah membaca dalam surat al Alaq secara sosiologis. Gambar anak-anak antusias membaca buku
Anak-anak yang antusias membaca sebagai ilustrasi hikmah perintah membaca dari surat Al Alaq

2. Membentuk Budaya Literasi Umat

Secara sosiologis, membaca adalah gerbang perubahan sosial. Masyarakat yang terbiasa membaca akan lebih kritis, sadar akan hak dan kewajiban, serta lebih terbuka terhadap kemajuan. Inilah mengapa Rasulullah ﷺ, meskipun ummi, diutus dengan misi membangun budaya ilmu. Para sahabat pun didorong untuk belajar menulis dan membaca. Dalam waktu singkat, lahirlah komunitas Muslim yang mencintai ilmu dan menjadikan literasi sebagai ciri khas peradaban Islam.

Baca juga: 6 Adab Menuntut Ilmu Menurut Kitab Ta’lim Muta’allim

3. Mengikis Ketimpangan Sosial

Salah satu hikmah perintah membaca adalah membuka akses keadilan sosial. Melalui literasi, Islam menghapuskan batas-batas kelas yang menindas. Siapa pun yang berilmu diberi kedudukan tinggi dalam masyarakat. Tidak lagi orang kaya atau bangsawan yang dihormati, tetapi mereka yang membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an. Inilah langkah awal menciptakan masyarakat yang egaliter.

Perintah “Iqra’” bukanlah sekadar ajakan individual untuk membaca, tetapi menjadi gerakan sosial yang mengakar dalam sejarah Islam. Hikmah perintah membaca sangat terasa dalam upaya membangun masyarakat Muslim yang berilmu, adil, dan penuh kesadaran sosial. Inilah warisan sosiologis yang harus terus dilestarikan dalam kehidupan umat Islam hari ini, khususnya di era digital yang penuh tantangan informasi.

Kisah Penghafal Al-Qur’an Gaza yang Menginspirasi dari Rashad

Kisah Penghafal Al-Qur’an Gaza yang Menginspirasi dari Rashad

Di tengah gempuran konflik dan keterbatasan hidup, Gaza tidak pernah kehilangan cahaya Al-Qur’an. Justru dari tanah yang terluka itu, lahir banyak hafiz dan hafizah muda yang membuktikan bahwa firman Allah bisa menetap di dada siapa saja, tak terbatas oleh usia, tempat, atau keadaan. Salah satu kisah penghafal Al-Qur’an Gaza yang menginspirasi berasal dari Rashad Nimr Abu Ras, seorang anak yang berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an di usia 7 tahun.

Menghafal di Tengah Suara Ledakan

Kisah ini bukan sekadar kisah pencapaian biasa. Rashad hidup dalam lingkungan yang serba terbatas. Gaza, seperti yang dunia tahu, adalah wilayah yang setiap hari menghadapi blokade, kelangkaan listrik, dan ancaman serangan. Namun, Rashad tidak menyerah dengan keadaan. Sejak kecil, ia sudah dibiasakan menghadiri halaqah tahfidz di masjid lingkungan tempat tinggalnya. Setiap hari, ia menyetorkan hafalannya kepada para ustadz, meski kadang harus menunggu giliran tanpa fasilitas layak.

Ia tidak memiliki aplikasi canggih, tidak ada rekaman murotal profesional di rumahnya. Yang ia miliki hanyalah semangat dan kesungguhan yang dibimbing oleh cinta kepada Al-Qur’an. Dalam waktu singkat, ia mampu menyetorkan hafalan 30 juz dan lulus dalam ujian tasmi’ yang dihadiri oleh para penguji lokal.

“Rashad adalah bukti nyata bahwa siapa pun bisa menjadi penghafal jika sungguh-sungguh. Bahkan dari Gaza yang penuh luka, kami bisa melahirkan generasi Al-Qur’an,” ungkap gurunya dalam wawancara bersama IQNA (International Quran News Agency).

Rashad Nimr Abu Ras hafidz muda dari gaza Palestina, kisah motivasi penghafal Al-Qur'an di tengah perang dan konflik
Rashad Nimr Abu Ras, kisah penghafal Al-Qur’an Gaza (iqna.ir)

Gaza dan Semangat Generasi Qur’ani

Kisah penghafal Al-Qur’an Gaza seperti Rashad bukanlah satu-satunya. Ada banyak anak-anak lain yang mengikuti jejaknya. Di tengah keterbatasan, mereka mengisi hari-hari dengan murojaah, memperbaiki tajwid, dan saling menyimak satu sama lain.

Fenomena ini tidak lepas dari budaya masyarakat Gaza yang sangat menjunjung tinggi pendidikan Qur’ani. Banyak orangtua yang menjadikan tahfidz sebagai prioritas pendidikan anak. Bahkan beberapa lembaga tahfidz di Gaza memiliki program khusus bagi anak-anak korban perang untuk mendapatkan ketenangan melalui bacaan Al-Qur’an.

Baca juga: Sejarah Masjid Al Aqsa sebagai Kiblat Pertama Umat Islam

Bagi Rashad, menghafal bukan hanya untuk mendapatkan pengakuan, tetapi menjadi sumber kekuatan mental di tengah ujian hidup. Ia merasa lebih tenang saat membaca ayat-ayat Allah, terutama ketika harus menjalani hari-hari di bawah ancaman konflik berkepanjangan.

Pelajaran untuk Kita di Negeri Damai

Apa yang bisa kita pelajari dari kisah penghafal Al-Qur’an Gaza ini? Salah satu hikmah terbesar adalah bahwa menghafal bukan soal waktu luang atau fasilitas, tetapi soal niat dan istiqamah. Rashad dan anak-anak Gaza lainnya menunjukkan bahwa keterbatasan justru bisa menjadi pendorong lahirnya keberkahan. Bukan hanya di Gaza, kisah ini seharusnya memotivasi kita semua—terutama di negeri yang lebih damai—untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan menanamkan Al-Qur’an dalam hati.

Baca juga: Motivasi Penghafal Al-Qur’an: Hafal 18 Juz di Usia 14 Tahun

Jika anak-anak di Gaza bisa menghafal di tengah sirine dan runtuhan bangunan, lalu apa alasan kita yang hidup di tempat aman untuk tidak meluangkan waktu membaca dan menghafal ayat-ayat suci?

Keutamaan Membaca Al Kahfi di Hari Jumat

Keutamaan Membaca Al Kahfi di Hari Jumat

Setiap hari Jumat, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amalan sunnah. Salah satu amalan yang sangat dianjurkan adalah membaca Surah Al Kahfi. Meskipun terdengar sederhana, keutamaan membaca Al Kahfi ternyata sangat luar biasa, baik dari sisi spiritual maupun perlindungan terhadap fitnah akhir zaman.

Mengapa Harus Surah Al Kahfi?

Surah Al Kahfi mengandung empat kisah besar yang masing-masing menyimpan pelajaran berharga, yaitu:

  1. Kisah Ashabul Kahfi, sekelompok pemuda yang memilih untuk mempertahankan keimanan meski harus mengasingkan diri dan tidur di dalam gua selama ratusan tahun. Ini menjadi simbol kekuatan iman dalam menghadapi tekanan lingkungan.
  2. Kisah dua pemilik kebun, menggambarkan perbedaan antara orang yang bersyukur dan yang sombong atas nikmat Allah. Kisah ini mengajarkan bahwa kekayaan bukan jaminan keberkahan jika tidak disertai rasa syukur dan keimanan.
  3. Peristiwa Nabi Musa dan Khidr menunjukkan bahwa ilmu manusia memiliki batas, dan kesabaran dalam belajar adalah kunci memahami hikmah di balik ketetapan Allah.
  4. Kisah Dzulqarnain, pemimpin yang adil, bijaksana, dan mampu melindungi umat dari kerusakan. Kisah ini mengajarkan bahwa kekuasaan adalah amanah yang harus dijalankan dengan tanggung jawab dan petunjuk Ilahi.

Setiap kisah tersebut menjadi jawaban dari tantangan besar dalam kehidupan: ujian iman, harta, ilmu, dan kekuasaan. Maka tak heran, keutamaan membaca Al Kahfi begitu besar karena kandungannya menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia.

Keutamaan Membaca Al Kahfi di Hari Jumat

Banyak hadits shahih yang menganjurkan membaca Surah Al Kahfi pada hari Jumat. Di antaranya adalah:

“Barangsiapa membaca Surah Al Kahfi pada hari Jumat, maka akan disinari antara dua Jumat.”
(HR. Al-Hakim, dinilai shahih oleh Al-Albani)

Cahaya yang dimaksud dalam hadits ini adalah petunjuk dan perlindungan dari Allah. Artinya, keutamaan tersebut dapat dirasakan dalam bentuk ketenangan hati dan kelapangan dalam menjalani pekan berikutnya.

gambar cahaya matahari terbit di tengah gunung ilustrasi keutamaan membaca Al Kahfi di Hari Jumat
Ilustrasi keutamaan membaca Al Kahfi dengan disinari di antara dua Jumat

Selain itu, dalam hadits Muslim juga disebutkan bahwa menghafal sepuluh ayat pertama atau terakhir dari Surah Al Kahfi dapat melindungi dari fitnah Dajjal. Ini menunjukkan betapa pentingnya Surah ini dalam menjaga kemurnian akidah di tengah dunia yang penuh ujian.

Baca juga: Asbabun Nuzul Surat Al-Insyirah: Saat Hidup Terasa Berat

Amalan yang Menguatkan Jiwa

Bagi remaja dan orang dewasa, membaca Surah Al Kahfi secara rutin bisa menjadi bekal spiritual. Surah ini mengajarkan bahwa ujian hidup selalu ada, tapi dengan keteguhan iman, semua bisa dilalui. Dengan kata lain, keutamaan membaca Al Kahfi bukan hanya untuk akhirat, tetapi juga sangat terasa manfaatnya dalam kehidupan dunia.

Meluangkan waktu membaca Al Kahfi setiap hari Jumat adalah investasi ruhani yang besar. Selain memperoleh pahala, kita juga mendapatkan perlindungan dari fitnah serta penguatan iman. Yuk, jadikan hari Jumat semakin bermakna dengan menyempatkan membaca Surah Al Kahfi secara rutin.

Pentingnya Adab Sebelum Ilmu di Era Digital

Pentingnya Adab Sebelum Ilmu di Era Digital

Adab mencerminkan kesiapan hati dan jiwa dalam menerima ilmu. Apalagi di era digital seperti sekarang, ilmu bisa didapat dengan cepat. Namun, satu hal sering dilupakan: pentingnya adab sebelum ilmu. Padahal, para ulama terdahulu sangat menekankan bahwa akhlak harus didahulukan sebelum ilmu masuk ke hati. Seorang murid yang mengamalkan adab kepada guru, menjaga sopan santun di majelis ilmu, serta menunjukkan kesungguhan dalam belajar, akan lebih mudah menerima ilmu yang masuk. Sebaliknya, ilmu yang datang kepada orang yang sombong dan tidak beradab seringkali tidak menetap dan tidak membuahkan hikmah.

Imam Malik bin Anas, seorang ulama besar Madinah, menjadi contoh terbaik. Ibunya berkata, “Pergilah ke Rabi’ah, pelajarilah adabnya sebelum kau ambil ilmunya.” Nasihat itu bukan sekadar petuah. Ia menjadi fondasi kesuksesan Imam Malik dalam keilmuannya.

Seorang ulama zuhud yang lain, Abdullah bin Mubarak, pernah berkata,

“Kami mempelajari adab selama 30 tahun dan ilmu selama 20 tahun.”

Itu menunjukkan pentingnya adab sebelum ilmu sebagai bekal utama memperoleh ilmu yang bermanfaat. Contoh lain datang dari Imam Ahmad bin Hanbal. Beliau tidak hanya belajar dari Imam Syafi’i, tetapi juga sangat menghormatinya. Ia lebih memilih mendengar dan menyimak adab gurunya dibanding langsung bertanya atau mengoreksi.

gambar siswa sekolah membungkuk memberi penghormatan sebagai ilustrasi dari adab sebelum ilmu
Menghormati guru adalah salah satu bentuk pentingnya adab sebelum ilmu

Pentingya Adab di Era Digital

Kini, kita bisa belajar dari video ceramah, e-book, dan kelas daring. Namun, adab tetap penting. Misalnya, tidak memotong penjelasan guru saat Zoom. Atau, tidak asal menyebar ilmu tanpa memahami isinya. Karena itu, tetap jaga sikap hormat, meski hanya lewat layar.

Adab juga tampak dari kesiapan belajar. Datang tepat waktu, mencatat dengan serius, dan tidak melakukan kegiatan lain saat guru berbicara. Hal-hal kecil ini mencerminkan penghormatan terhadap ilmu dan pengajarnya. Singkatnya, pentingnya adab sebelum ilmu tidak hanya berlaku di pesantren, tetapi juga di dunia digital. Ilmu tanpa adab akan sulit berbekas dan membawa manfaat jangka panjang.

Bagi yang ingin belajar adab dari kitab klasik seperti Ta’lim Muta’allim dan yang lainnya, banyak pondok pesantren yang mengajarkannya secara sistematis. Salah satunya Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang , untuk membentuk generasi berilmu dan berakhlak mulia.

Hikmah Surat At Tin: Semangat Beramal Shalih di Usia Muda

Hikmah Surat At Tin: Semangat Beramal Shalih di Usia Muda

Surat At-Tin adalah salah satu surat pendek dalam Al-Qur’an yang sering kita dengar dalam shalat. Meski hanya terdiri dari delapan ayat, kandungan maknanya sangat dalam dan relevan dengan kehidupan, terutama bagi para pemuda dan remaja yang sedang berada di masa emasnya. Salah satu hikmah surat At-Tin adalah dorongan untuk memanfaatkan masa muda untuk memperbanyak amal shalih dan tidak menunda-nunda kebaikan.

 

Hikmah Surat At Tin dan Artinya

Allah berfirman:

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4)

Ayat ini menjelaskan bahwa manusia diciptakan dengan sempurna, memiliki akal, jiwa, dan potensi luar biasa. Masa muda adalah masa terbaik dalam hidup seseorang. Fisik masih kuat, semangat masih tinggi, dan beban tanggung jawab belum terlalu banyak. Maka sayang sekali jika masa ini hanya dihabiskan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Sebaliknya, inilah saatnya untuk memperbanyak amal baik dan menanam bekal kehidupan akhirat.

Baca juga: Keteladanan Cinta Mu’adz bin Jabal Kepada Al-Qur’an

Namun Allah juga memperingatkan:

“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.” (QS. At-Tin: 5)

Ini adalah ancaman bagi mereka yang menyia-nyiakan potensi dan waktunya. Tidak semua manusia mampu menjaga fitrahnya. Ketika seseorang memilih untuk menjauh dari iman dan amal shalih, ia akan kehilangan kemuliaannya sebagai manusia yang sebaik-baik ciptaan.

Tapi Allah memberikan harapan:

“Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putus.” (QS. At-Tin: 6)

Ayat ini menjadi kunci utama hikmah surat At-Tin, yaitu bahwa iman dan amal saleh adalah penyelamat, dan harus dimulai sejak usia muda. Anak-anak muda harus diberi semangat untuk beramal, agar tidak menyesal di masa tua.

Seorang pria sedang memberikan hadiah kepada temannya, keduanya tersenyum bahagia, menggambarkan semangat beramal shalih di usia muda sesuai pesan Surat At-Tin.
Hikmah surat At Tin untuk motivasi beramal shalih

 

Motivasi Beramal Shalih di Usia Muda

Melalui hikmah surat At-Tin, kita belajar bahwa masa muda bukan untuk bermalas-malasan, melainkan waktu terbaik untuk memperbanyak hafalan Al-Qur’an, membantu orangtua, berbakti, dan menanam kebaikan sebanyak mungkin. Maka jangan tunda amalmu. Jadilah anak muda yang bersinar karena kebaikannya. Perbanyaklah waktu untuk belajar dan mengajarkan Al-Qur’an, dan tidak lupa senantiasa melantukan doa sebelum belajar agar ilmu bermanfaat. Karena salah satu tanda pemuda sholih yang pantas menjadi pemimpin adalah yang hafalan Al-Qur’annya paling banyak dan akhlaknya yang mulia.

Jangan lewatkan masa emasmu tanpa Al-Qur’an. Bergabunglah bersama ribuan pemuda lainnya di pondok tahfidz yang tidak hanya menguatkan hafalan, tetapi juga membentuk karakter, akhlak, dan jiwa kepemimpinan. Temukan lingkungan terbaik untuk bertumbuh bersama Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Muanawiyah Jombang. Daftarkan dirimu sekarang dan jadilah bagian dari generasi pemimpin Qur’ani masa depan.

Tanda Ilmu yang Bermanfaat Bagi Kehidupan Sehari-Hari

Tanda Ilmu yang Bermanfaat Bagi Kehidupan Sehari-Hari

Ilmu yang sejati bukan hanya tumpukan hafalan atau gelar akademik. Dalam pandangan para ulama, tanda ilmu yang bermanfaat adalah ketika ilmu tersebut berdampak nyata pada perilaku dan hati seseorang. Ia menjadi penerang, bukan sekadar pengetahuan yang tak membuahkan amal.

1. Membawa Ketundukan dan Rasa Takut kepada Allah

Ilmu yang bermanfaat membuat pemiliknya semakin rendah hati dan semakin takut kepada Allah. Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang tafsir QS. Fathir ayat 28

“Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.”
(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 308).

Jika semakin banyak tahu, tapi semakin jauh dari ketaatan, maka ilmu itu belum membawa manfaat.

Baca juga: Motivasi Penghafal Al-Qur’an: Hafal 18 Juz di Usia 14 Tahun

2. Mendorong Pemiliknya untuk Mengamalkan Ilmu

Ilmu yang baik akan mendorong seseorang untuk mengamalkannya, bukan hanya menyimpannya dalam kepala. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
Ini menunjukkan bahwa salah satu tanda ilmu yang bermanfaat adalah ketika ia memberi manfaat juga bagi orang lain.

3. Membuat Hati Lebih Sabar dan Tidak Suka Pujian

Orang yang ilmunya benar akan semakin sabar, tidak mudah emosi, dan tidak mencari popularitas. Ia memahami bahwa ilmu adalah amanah yang harus disampaikan dengan ikhlas, bukan alat untuk meninggikan diri.

tanda ilmu yang bermanfaat berkah bagi kehidupan sehari hari bukan hanya gelar akademik
Tanda ilmu yang bermanfaat dan berkah bagi kehidupan sehari-hari

4. Menjauhkan Diri dari Perbuatan Sia-Sia

Ilmu yang bermanfaat akan menjaga pemiliknya dari kesia-siaan. Ia tahu mana yang layak dilakukan dan mana yang sebaiknya ditinggalkan. Waktunya terisi dengan hal-hal bermanfaat.

5. Menambah Cinta terhadap Kebaikan dan Kebenaran

Seseorang yang memiliki ilmu bermanfaat akan cenderung mencintai kebenaran, keadilan, dan nasihat. Ia terbuka terhadap perbaikan dan tidak membenci orang yang mengingatkan. Hatinya tidak keras, tapi lembut dan mudah menerima nasihat. Penting bagi penuntut ilmu agar senantiasa melantunkan doa dijauhkan dari syirik, karena ujian paling kecil dari ilmu salah satunya adalah kesombongan.

Tanda ilmu yang bermanfaat bisa dikenali dari efeknya dalam kehidupan: lebih taat kepada Allah, lebih baik akhlaknya, dan lebih besar kontribusinya untuk sekitar. Sehingga kita dianjurkan untuk melantunkan doa berikut, terutama selepas Shalat Subuh, agar Allah anugerahkan ilmu yang bermanfaat dan menjadikannya sebagai cahaya sepanjang hidup.

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu Majah no. 925. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.) (muslim.or.id)

Doa untuk Guru Agar Ilmu Menjadi Berkah

Doa untuk Guru Agar Ilmu Menjadi Berkah

Guru bukan hanya penyampai materi pelajaran, tetapi juga pembentuk karakter dan penjaga peradaban. Dalam Islam, posisi guru sangat dimuliakan. Mereka dianggap sebagai penerus tugas para nabi dalam menyebarkan ilmu. Karena itulah, doa untuk guru menjadi wujud syukur dan penghargaan yang sangat berarti.

 

Dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim, adab kepada guru dijelaskan sebagai bagian dari syarat utama keberkahan ilmu. Di antara adab tersebut adalah menjaga ucapan, sopan dalam bersikap, tidak membantah, dan selalu mendoakan kebaikan untuk guru.

Mengapa Mendoakan Guru Itu Penting?

Imam Ahmad pernah mengatakan, “Aku tidak pernah berdoa untuk diriku sendiri kecuali aku juga mendoakan guruku.” Ini menunjukkan bahwa doa untuk guru adalah bagian dari amal kebaikan yang bernilai tinggi.

Salah satu bentuk penghormatan adalah memohonkan ampun dan kebaikan untuk guru, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat. Dengan doa itu, kita berharap ilmu yang diajarkan menjadi lebih berkah, dan hubungan antara guru dan murid semakin terikat dengan rahmat Allah.

Seorang guru dengan wajah sumringah sedang menerangkan pelajaran kepada murid, menggambarkan doa untuk guru agar ilmu menjadi berkah
Doa untuk guru

 

Baca juga: Santri Menjalani Tes Baca Kitab di Hari Kedua Matsaba

 

Pilihan Doa untuk Guru

Berikut beberapa contoh doa yang bisa diamalkan secara rutin:

  1. Doa memohonkan ampun dan balasan terbaik:

    اللّهُمَّ اغْفِرْ لِمُعَلِّمِي وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي الْجَنَّةِ، وَاجْزِهِ عَنِّي خَيْرَ الْجَزَاءِ

    “Ya Allah, ampunilah guruku, angkat derajatnya di surga, dan balaslah dia dengan balasan terbaik dariku.”

  2. Doa agar ilmu guru bermanfaat bagi umat:

    اللَّهُمَّ اجْعَلْ عِلْمَ مُعَلِّمِي نَافِعًا، وَارْزُقْهُ الإِخْلاَصَ وَالْقَبُولَ

    “Ya Allah, jadikanlah ilmu guruku bermanfaat, dan anugerahkan keikhlasan serta penerimaan padanya.”

  3. Doa ketika guru wafat:

    اللّهُمَّ اغْفِرْ لِأُسْتَاذِنَا، وَاجْعَلْ قَبْرَهُ رَوْضَةً مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ، وَنَوِّرْهُ بِنُورِكَ

    “Ya Allah, ampunilah guru kami, jadikan kuburnya taman dari taman surga, dan terangilah dengan cahaya-Mu.”

  4. Doa singkat penuh makna:

    جَزَى اللهُ مُعَلِّمِي خَيْرَ الْجَزَاءِ

    “Semoga Allah membalas guruku dengan sebaik-baik balasan.”

Baca juga: Bukan Obat, Ini Terapi Jiwa Remaja Paling Ampuh Menurut Riset

Doa sebagai Bentuk Cinta dan Adab

Mendoakan guru adalah amal yang sederhana namun bernilai besar. Melalui doa untuk guru, kita tidak hanya menunjukkan rasa syukur, tetapi juga menanamkan adab mulia yang diwariskan para ulama. Mengajarkan anak-anak untuk mendoakan gurunya akan membentuk pribadi yang menghormati ilmu dan pemberi ilmu. Dan dari sanalah keberkahan ilmu akan terus mengalir.

Nyaris Menyerah, A’yun Lulus Wisuda Tahfidz dan Beasiswa

Nyaris Menyerah, A’yun Lulus Wisuda Tahfidz dan Beasiswa

Menjelang harunya prosesi wisuda tahfidz, tersimpan kisah perjuangan panjang yang penuh inspirasi. Salah satunya datang dari Qurrota A’yun, wisudawati tahfidz bil ghoib asal Madura, yang telah menjalani tiga tahun penuh dedikasi di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang.Sejak kecil, A’yun telah akrab dengan Al-Qur’an. Ia mulai menyetorkan hafalan juz 30, 1, dan 2 kepada ayahnya bahkan sebelum mondok. Perjalanan mondoknya dimulai dari pondok kitab sejak kelas 1 SMP hingga 2 SMA. Namun, karena harus membantu TPQ sang ibu, ia sempat boyong. Setelah itu, keinginan kuat untuk menghafal Al-Qur’an membawanya kembali mondok di Jawa.

Perjuangan penghafal al quran menuju wisuda tahfidz 30 juz
Perjuangan penghafal Al quran menuju wisuda tahfidz 30 juz

Ketika menemukan program tahfidz di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al Muanawiyah Jombang tahun 2022, A’yun merasa mantap. “Awalnya ingin mondok karena melihat acara hafiz cilik, ketika kelas 3 SD jadi acara favorit setiap Ramadhan. Kagum melihat anak-anak kecil bisa sambung ayat, bisa dapat hadiah mengumrohkan orangtua,” ungkapnya.

Motivasi umroh itu yang mendorongnya untuk melanjutkan perjalanan menghafalkan Al-Qur’an. Kemudian didukung oleh kakaknya yang juga sudah menjadi hafidzah. Di pondok Al Muanawiyah, ia merasakan kenyamanan luar biasa. “Suka dengan program tilawah 5 juz setiap hari. Karena sangat membantu lebih akrab dengan Al-Qur’an, selain menguatkan hafalan.” Program setoran yang terstruktur juga membuat hafalannya semakin mantap.

Namun tentu saja, jalan menuju khatam 30 juz tidak selalu mudah.

 

Ujian Terberat Menuju Wisuda Tahfidz

Menurut A’yun, tantangan terberat justru datang saat menghafal juz 21 ke atas. “Karena selain ayatnya mulai kurang familiar, terutama di juz 25–28. Apalagi sedang diberi amanah untuk menjadi musyrifah penyimak di pondok.” Karena tugas itu, ia harus menyetor hafalan sejak pukul 6 pagi. Saat belum siap, setoran pun seringkali tidak lancar. Setelah itu, ia masih harus menyimak hafalan teman-teman yang juga belum lancar.

Ujian semakin berat ketika ia menjabat sebagai ketua kamar dan menghadapi konflik dengan santri, bahkan hingga dipanggil orang tua santri tersebut. Di saat bersamaan, nenek tercinta meninggal dunia. Tinggal 10 juz menuju akhir, namun justru saat itulah langkahnya terasa paling berat. “Sempat merasa ingin berhenti,” kenangnya.

Namun, dorongan dari Uma Ita Harits dan keluarga membuatnya bangkit. “Ingat orangtua di rumah dan kakak perempuan yang selalu mendorong khatam agar punya teman saling menyimak di rumah.” Dengan langkah tertatih dan sering dilanda rasa kurang percaya diri, A’yun tetap melanjutkan. “Yang penting usaha dulu, hasilnya serahkan ke Allah,” ucapnya penuh haru. Akhirnya, Allah berikan kekuatan hingga ia mampu khatam 30 juz.

Proses seleksi beasiswa tahfidz universitas al amien madura dengan hafalan 30 juz sekali duduk
A’yun ketika menuntaskan tasmi’ 30 juz sekali duduk dalam proses seleksi beasiswa tahfidz

Kenikmatan Pasca Khatam 30 Juz Justru Bertambah

Perjalanan itu tidak hanya mengantarkannya menuju wisuda tahfidz, tetapi juga membuka jalan ke masa depan. Ia berhasil meraih beasiswa fully funded jalur tahfidz untuk kuliah di Universitas Al-Amien Madura, jurusan Al-Qur’an dan Tafsir. “Mungkin bukan takdirnya ya. Takdirnya dapat mewujudkan keinginan orangtua kuliah di Al-Amien,” ujarnya, setelah sebelumnya sempat lulus beasiswa lain namun batal lanjut karena keberatan dengan syarat harus pindah pondok.

Beasiswa itu mewajibkan tasmi’ 30 juz sekali duduk—hal yang sempat membuatnya ragu. Namun, ia kembali membuktikan diri dan lulus. Kini, ia siap memulai kuliah pada Agustus mendatang. Tak hanya itu, proses menghafal juga membawa ketenangan jiwa dan menjadi sebab datangnya kemudahan rezeki bagi keluarganya. Ia memberikan motivasi untuk para pejuang Al-Qur’an:

“Menghafal Al-Qur’an itu jangan dianggap beban, berat. Jalani aja dengan santai, sebisanya yang penting istiqomah dan bisa tanggung jawab dengan hafalannya. Buat jadwal dan target hafalan, juga harus tirakat. Rajin puasa sunnah Senin Kamis, shalat malam, sedekah, dll. InsyaAllah akan lebih dipermudah Allah.”